Kisah Bacha Khan dan Gandhi

Bacha Khan adalah tokoh antikolonial penting abad ke-20.

SWARNANEWS.CO.ID| Pada tanggal 30 Januari 1948, Gandhi dibunuh oleh Nathuram Godse, anggota Rashtriya Swayamsevak Sangh, karena ‘melegakan’ umat Islam dan atas penderitaan pemisahan Pakistan dan India. Banyak yang telah ditulis tentang kehidupan dan kematian Gandhi, tapi bagaimana dengan Gandhi di tengah kita?

Saya memiliki gambaran sosok Bacha Khan yang lembut dan bersosok menjulang tinggi yang membantu Gandhi dengan riang melintasi jembatan yang sangat sempit dan genting di Jehanabad, Bihar, pada bulan Maret 1947. Kala itu kedua teman tersebut berjuang untuk membawa obat dan membangun kembali masyarakat setelah terjadinya bencana yang mengerikan, yakni berupa siklus kekerasan yang digerakkan oleh Pembantaian Besar Calcutta pada bulan Agustus 1946.

Bacha Khan, sebagaimana dikenal dengan nama Abdul Ghaffar Khan, adalah tokoh antikolonial penting abad ke-20 di India. Sisi signifikansi historisnya perlu dipahami tidak hanya dari batasan sempit narasi nasionalis, namun lebih penting untuk pemahaman kita tentang perjuangan untuk keadilan.

Jika kita memikirkan kolonialisme sebagai bentuk penundukan politik dan ekonomi, hal itu juga disertai dengan produksi seluruh pengetahuan yang membuat penaklukan ini mungkin dan sah. Pembangunan antropologis yang kuat dari suku Pathans yang ‘suka perang’, yang hanya menanggapi penyuapan dan kekerasan daripada alasan, digunakan untuk membenarkan bentuk kekerasan kolektif paling ekstrem yang dilakukan di Inggris India. Wilayah barat laut Pakistan adalah tempat uji coba (terutama selama periode antar perang) untuk teknologi perang yang aneh yang akan menimbulkan rona dan teriakan ketidakmanusiawian jika mereka dilakukan di tempat lain.

Bacha Khan memang telah mendukung perlawamam tanpa kekerasan dan mobilisasi sebagai salah satu gerakan pembangkangan sipil tanpa kekerasan yang paling berhasil dalam bentuk Khalid Khidmatgars. Bacha Khan secara fundamental menantang dan mengungkap pemahaman kolonial Pathans ini.

Garakan Khudai Khidmatgars telah sebagian besar dilupakan orang pada hari ini atau hanya diceritakan sebagai pengecualian besar dalam sejarah pemberontakan dan pemberontakan di wiayah barat laut itu. Tapi apakah mereka gemilang di masa lalu? Apakah hanya sekedar gerakan kecil dan tidak relevan yang bertahan beberapa saat, terhadap ketidakadilan dan penaklukan kekuatan militer terbesar dan paling maju pada masanya?

Dalam otobiografinya, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Urdu sebagai Ap Biti, dia menceritakan sebuah percakapan dengan Gandhi di asramnya. Dia meminta Gandhi apakah dia terkejut bahwa dengan gerakan Khalid Khidmatgars yang terakhir itu telah menerima pelatihan tanpa kekerasan, serta merupakan orang yang paling disiplin dan tabah.

Gandhi menjawab  bahwa dia sama sekali tidak terkejut. Apalagi  karena gerakan antikekerasan itu juga berati perlawanan tanpa senjata membutuhkan setidaknya sebanyak keberanian seperti perlawanan bersenjata dan karena itu, orang-orang Pathan memiliki sejarah keberanian yang panjang.

Dengan mensejajarkan keberanian ‘Pathan’ terhadap antikekerasan, Bacha Khan telah menentang dasar-dasar pengetahuan kolonial dan mengungkapkan kebrutalan dan ketidakabsahan kekerasan kolonial. Dengan menjadi ‘Frontier Gandhi’, Bacha Khan juga membawa masalah perbatasan ke arus utama politik India.

Sumber gagasan Bacha Khan sangatlah banyak seperti yang dimiliki oleh Gandhi, Namun persahabatan mereka yang luar biasa juga pantas mendapat perhatian kita, dan bukan sesuatu yang harus ditakuti. Dalam persahabatan mereka menempa etika perawatan dan dialog seputar perbedaan agama dan budaya yang luas, dan ini adalah etika yang bisa dibilang menyelamatkan hidup Mashal Khan di Universitas Bacha Khan sejak dulu.

Dan kketika Bacha Khan meninggal pada tanggal 20 Januari 1988, kegiatan di Peshawar seakan terhenti. Jalan-jalan di Peshawar ditutupi bendera merah dari Partai Nasional Awami, dan tubuh Bacha Khan kemudian diletakkan di Jinnah Park sehingga ratusan ribu pengikutnya memberi penghormatan terakhir padanya. Jenderal Zia l Haq datang untuk memberikan penghormatan. Rajiv Gandhi, yang saat itu adalah perdana menteri India, diberi izin untuk terbang ke Peshawar. perMeski kala itu  puncak Perang Dingin, Soviet dan mujahidin sesasaat mengadakan Perdamaian. Wilayah Khyber Pass dibuka untuk kafilah besar yang berangkat dari Peshawar ke Jalalabad untuk memberikan penghormatan kepadanya.

Jika kita sesaat menagguhkan kembali batas-batas nasional secara sebentar sajauntuk Bacha Khan, mungkin saja kita membiarkan cita antikolonialitasnya, tapi juga kerendahan hati, kesederhanaan dan keterbukaannya terhadap dunia.

Vazira Fazila-Yacoobali Zamindar: Penulis adalah profesor sejarah di Universitas Brown dan pengajar di fakultas di Watson Institute for International Studies. Dia adalah penulis The Long Partition dan Making of Modern South Asia. Tulisan ini pernah dimuat di Media Pakistan, Dawn,

 

Editor: Sarono PS

Sumber : Republika

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *