Bulog Sumsel Minim Serap Gabah, Stok Beras di Gudang Tinggal 2 Bulan

SWARNANEWS.CO.ID, PalembangMeski Sumsel termasuk daerah lumbung pangan, namun ternyata Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik Divisi Regional Sumsel Babel malah sangat minim melakukan penyerapan gabah. Sebaliknya, Bulog Divre Sumsel Babel malah semakin menggeliat melakukan penyerapan beras, meski dalam kategori belum maksimal.

Kepala Perum Bulog Divre Sumsel Babel, Bakhtiar AS, Senin (26/3) mengatakan, pihaknya memang tidak begitu terkonsentrasi dalam penyerapan gabah tetapi memang penyerapan beras lebih diutamakan. Meskipun begitu gabah tetap diserap oleh Bulog Divre Sumsel Babel. Bakhtiar menjelaskan, untuk penyerapan beras sendiri saat ini sudah perlahan mulai dilakukan.

Tercatat sejak memasuki masa panen tahun ini sudah sebanyak 1.160 ton beras yang masuk gudang, sementara kontrak yang berjalan seharusnya mencapai 1.266 ton beras.

“Dari penyerapan beras itu, sudah membantu mengisi stok beras di gudang Bulog. Bahkan saat ini jumlah stok beras di gudang Bulog sekitar 15.555 ton beras atau hanya mampu mencukupi kebutuhan sekitar dua bulan saja.”

“Stok beras gudang yang ada di Bulog itu sudah termasuk kiriman beras dari Jawa Barat dan Sulawesi Selatan,” ujarnya

Menurutnya kondisi beras yang ada di gudang Bulog saat ini bisa dibilang cukup meski jumlah penyerapannya masih jauh target realisasi yang harusnya tahun ini mencapai 80 ribu ton beras. Diakuinya, penyerapan beras yang masih rendah itu dikarenakan saat ini harga pembelian beras dari petani di pasaran cukup tinggi.

Sementara Bulog membeli beras petani sesuai dengan HPP yakni Rp 7.300 per kilogramnya. Hanya saja saat ini, dikenakan harga fleksibilitas 10 persen dari HPP menjadi Rp 8030 per kilogramnya. Ia pun mengakui pihaknya tidak bisa menyerap banyak beras dari petani.

Hal itu dikarenakan, beras yang masuk ke gudang Bulog tidak begitu banyak disalurkan keluar. Sebab, saat ini beras yang ada di gudang Bulog hanya memiliki sejumlah outlet penyaluran seperti bantuan sosial dan beras cadangan pemerintah.

“Bansos sekian persen, rastra sudah tidak ada. Jika kita serap begitu banyak maka butuh dilakukan pemeliharaan, seperti biaya perawatan dan bunga bank. Kondisi kualitas beras harus diutamakan,” jelasnya.

Akibat dari stok beras yang minim itu, hampir semua gudang beras Bulog di Sumsel Babel tidak begitu banyak menyimpan beras. Diketahui Bulog Divre Sumsel Babel memiliki 42 unit gudang dan 18 kompleks pergudangan dapat mencapai kapasitas 100 ribu ton beras.

“Sementara itu untuk gabah yang bisa kita serap sekitar 10-20 kilogram saja per unit gudangnya. Sementara untuk penyerapan gabah hanya dilakukan di 4 unit di sejumlah daerah, yakni Telang, Jatimulyo, Kayu Agung, dan Martapura,” ucapnya.

Adapun penyerapan yang dinilai sangat minim itu karena memang sarana dan prasarana pengolahan dan penggilingan gabah di wilayahnya tidak memungkinkan. Seperti halnya mesin-mesin pengolahan dan penggilingan yang jumlahnya terbatas dan kondisi mesin sudah tua.

Untuk dapat mewujudkan program pemerintah untuk lebih maksimal penyerapan gabah, kata dia, perlu dilakukan revitalisasi. Tahun ini rencananya akan dibangun unit gudang pengolahan gabah baru di Sumsel yakni di Banyuasin dan OKU Timur.

editor : Sarono ps

sumber : tribunsumsel.com