SWARNANEWS.CO.ID | “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran” (QS az-Zumar [39]: 9).
Ayat di atas merupakan bentuk pertanyaan retoris yang tidak memerlukan jawaban. Artinya, orang yang berilmu sudah pasti berbeda dengan orang tidak berilmu (bodoh). Orang berilmu lebih utama daripada orang bodoh. Ia senantiasa dapat mengambil pelajaran dari kehidupan dan peristiwa yang terjadi di sekitarnya.
Keutamaan orang berilmu cukup banyak. Namun, ada dua keutamaan yang kadang luput dari perhatian, yaitu cara melihat dan dilihat. Orang berilmu lebih banyak melihat sesuatu dari sisi positif. Dalam pandangannya tidak ada satu pun peristiwa di dunia ini yang sia-sia. Semuanya pasti ada manfaatnya (QS Ali Imran [3]: 191).
Tentu hal ini berbeda dengan cara pandang orang bodoh yang sering melihat sesuatu dari sisi negatif. Setiap peristiwa terkadang disikapinya dengan keluh kesah, caci maki, dan putus asa.
Tumpukan sampah, misalnya, adalah objek yang akan berbeda maknanya jika dilihat oleh orang bodoh dan orang berilmu. Orang bodoh akan melihatnya sebagai sesuatu yang menjijikkan. Ia akan merespons objek tersebut dengan kemarahan.
Terkadang kemarahan tersebut diekspresikan dengan menyalahkan orang lain, khusunya yang berwenang mengurusnya. Jadi, sampah baginya bermakna buruk karena cara pandangnya yang negatif.
Berbeda dengan orang bodoh, orang berilmu akan melihat sampah sebagai tumpukan uang. Dalam pikiran kreatifnya terbayang bahwa di belakang tumpukan yang kotor ada beragam potensi. Mulai dari potensi pupuk kompos, tenaga listrik, bank sampah, sampai asuransi sampah. Orang berilmu melihat sampah dengan sikap positif sehingga yang semula terlihat kotor dan menjijikkan diubah menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Tidak hanya cara memandang kehidupan, keutamaan orang berilmu juga terdapat pada saat dipandang baik oleh Allah, manusia, maupun makhluk lainnya. Allah memandang orang berilmu sebagai makhluk mulia sehingga derajatnya akan diangkat ke tempat yang lebih tinggi.
“ … niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS al-Mujadalah [58]: 11).
Manusia dan makhluk lain pun melihat orang berilmu sebagai sosok mulia. Banyak di antara mereka yang merasa tenang, nyaman, dan tercerahkan ketika melihatnya dan dekat dengannya.
Oleh karena itu, mereka selalu mengapresiasi keberadaannya dengan senantiasa mendoakan dan memohonkan ampun baginya sebagaimana dijelaskan oleh satu hadis: “Sesungguhnya para malaikat melebarkan sayapnya karena ridha kepada orang yang menuntut ilmu. Sesungguhnya makhluk yang berada di langit dan di bumi sampai ikan paus yang di dalam lautan senantiasa memohonkan ampun (kepada Allah) bagi orang yang berilmu (‘alim)” (HR Abu Daud dan Tirmidzi). Wallahu a’lam.
editor : Sarono ps
sumber : republika.co.id