Nilai Pengalihan Saham PGN Lebih Tinggi dari Harga Reguler

SWARNANEWS.CO.ID, JAKARTA |Proses pembentukan induk (holding) BUMN migas sudah memasuki tahap akhir. Menteri Keuangan Sri Mulyani telah meneken Keputusan Menteri Keuangan (KMK) terkait valuasi 56,9 persen saham pemerintah di PT Perusahaan Gas Negara Tbk ( PGN) yang akan dialihkan ke Pertamina. “Besarannya sekitar Rp 38 triliun,” ujar Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno kepada Kontan, Senin (2/4).

Dengan demikian, bila dihitung maka valuasi 100 persen saham emiten berkode PGAS ini sekitar Rp 66,78 triliun. Dengan mengacu jumlah saham PGAS sekitar 24,24 miliar saham, maka valuasi tersebut setara dengan harga Rp 2.755 per saham. Sehingga, harga pengalihan saham lebih tinggi dari harga penutupan PGAS kemarin di pasar reguler, yakni Rp 2.310 per saham. Baca juga: Pekan Ini, Pemerintah Akan Serahkan Saham PGN ke Pertamina Artinya, akan ada selisih harga sekitar Rp 445 antara harga bentukan pemerintah dengan harga pasar. Atau dengan kata lain, harga saham negara dalam PGAS lebih tinggi sekitar 19 persen-20 persen. Analis Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy mengatakan, selisih harga itu masih cukup wajar dalam aksi korporasi berupa pengalihan saham pengendali. “Namanya control premium. Jadi pembeli bersedia bayar lebih tinggi untuk memperoleh pengendalian,” ujar dia. Ia mengatakan, semakin bagus asetnya, semakin premium pula harganya. Efek dilusi Di sisi lain, menurut Robertus, potensi gain dari selisih harga itu bukan cuma satu-satunya hal yang harus dicermati. Melainkan, adanya kemungkinan efek dilusi dari aksi korporasi itu. Pembentukan holding BUMN migas tersebut akan diikuti oleh bergabungnya PGAS dan PT Pertamina Gas ( Pertagas). Menurut Robertus, ketika keduanya merger, akan ada penambahan jumlah saham beredar yang menimbulkan efek dilusi. “Itu yang akan berdampak kepada investor publik,” kata dia. Sayangnya, skema penggabungan PGAS dan Pertagas saat ini masih belum jelas. Sehingga, belum bisa terlihat seberapa besar jumlah tambahan saham usai penggabungan tersebut. Fajar juga mengaku belum bisa merinci skema penggabungan yang akan digunakan. “Minggu ini baru akan dibahas,” ujar dia. Baca juga: Petronas Disebut Siap Bayar Utang Jutaan Dollar AS ke PGN Meski demikian, Robertus sudah memiliki dua skenario. Jika nanti bertambahnya jumlah saham PGAS menyebabkan price earning ratio (PER) ataupun price to book value (PBV) PGAS menjadi jauh di atas rata-rata emiten, maka investor sebaiknya jual karena mahal. Sebaliknya, jika ternyata PER dan PBV masih di bawah rata-rata, jangan ragu untuk beli. “Karena murah,” tambah Robertus. Saat ini, dia belum memiliki perhitungan target harga saham PGAS. Sebab, harus diketahui dulu efek dilusi dari merger tersebut untuk memastikan target harga. Sementara itu, analis BCA Sekuritas Nyoman W. Prabawa masih memberi pandangan bullish untuk saham PGAS. Meski skema merger PGAS dan Pertagas belum final, penggabungan kedua entitas ini tetap akan memberi efek positif bagi PGAS. Nyoman menilai konsolidasi keduanya akan memperkuat segmen hilir, bahkan mengeliminasi persaingan. “Pada saat bersamaan penggabungan itu juga akan meningkatkan nilai buku,” jelas dia dalam riset 12 Maret lalu. Nyoman merekomendasikan buy PGAS dengan target harga Rp 2.750 per saham.

Sumber: Kompas.com
Editor: Sarono PS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *