SWARNANEWS.CO.ID, Palembang | Menjadikan kuliner pempek lebih mendunia adalah salah satu fokus Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang. Berbagai cara dilakukan untuk mewujudkan target tersebut. Salah satunya dengan membentuk Asosiasi Pengusaha Pempek (Asppek) Palembang.
Tiga bulan terbentuk, berbagai gebrakan dilakukan Asppek. Seperti menggelar Lorong Basah Night Culinary, Pasar Pempek dan Kopi di Pedestrian Sudirman, yang sukses menghidupkan iklim wisata kuliner di Metropolis.
“Pada 2016 akhir, menurut survei, pempek menjadi kuliner terpopuler nomor tiga setelah ayam taliwang dan ayam betutu. Kita yakin popularitas pempek akan menjadi lebih dikenal. Apalagi, saat ini, pempek sudah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. Kita berharap, tahun depan, akan diakui pula sebagai Warisan Budaya Tak Benda tingkat dunia oleh Unesco,” kata Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Kota Palembang, Isnaini Madani, saat acara silaturahmi anggota Asppek Palembang di Emilia Hotel, kemarin (18/4).
Sejarawan Rd Muhammad Ikhsan SH MH pada kesempatan itu memaparkan tentang sejarah pempek. “Banyak orang menganggap bahwa pempek berasal dari sejarah seorang bernama Apek, yang menjual penganan berbahan ikan dan sagu dengan bersepeda. Padahal pada masa itu, Kota Palembang kondisinya adalah perairan dan rawa-rawa semua. Pada masa itu, belum ada jalan tanah dan aspal,” terangnya.
Ia menjelaskan, sejarah pempek yang sering dirujuk orang berasal dari sumber Wikipedia, terdapat banyak kekeliruan. Sementara, ada versi yang disusun RM Akib dan T Wakil yang menyatakan pempek berasal dari penganan bernama kelesan yang sudah sejak lama dibuat orang Palembang.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Kebudayaan (Kadisbud) Kota Palembang, Sudirman Teguh menyebut, Pemkot Palembang cukup hati-hati soal sejarah pempek. Ia mengaku, pihak terkait terus diskusi mengenai sejarah pempek. “Nanti kalau kita sudah yakin betul, kita akan paparkan. Kalau sudah kita temukan, bisa saja kita tetapkan juga sebagai hari pempek. Kita lakukan peringatan khusus dan lakukan festival pempek untuk menyebarluaskan sejarah yang kita anggap paling tepat sehingga pengetahuan ini lebih masif. Belum ada makanan yang dirayakan dengan hari peringatan tertentu di Indonesia,” urainya.
Sebab, ungkap dia, tulisan yang tertera dan dipajang di restoran pempek juga ada perbedaan versi. “Dengan langkah itu, kita yakin akan bisa meredam cerita-cerita yang keliru. Apalagi kalau sudah ditetapkan lewat perda, maka simpang siur itu akan berakhir,” katanya.
Sementara itu, Ketua Asppek Palembang, Yenny Anggraini SH, yang juga pengusaha Pempek Cek Molek mengatakan, saat ini, sudah ada sekitar 100 pengusaha pempek yang bergabung dalam asosiasi. “Silaturahmi ini sebagai momen berkumpul dan memprogramkan agenda. Karena selama ini, kita hanya berkomunikasi melalui media sosial. Kali ini, ada kesempatan untuk kopi darat dan bersinergi kerja sama dengan pemerintah,” katanya.
Berbagai agenda sudah dilakukan Asppek Palembang. Seperti ikut menggelar Lorong Basah Night Culinary, Pasar Pempek dan Kopi di Pedestrian Sudirman, workshop kewirausahaan yang diadakan MarkPlus bersama Hermawan Kertajaya, kerja sama dengan Hipmi Kota Palembang, BSN, dinas terkait untuk izin BPOM, HAKI, dan lainnya.
Selain itu, ungkap dia, Kementerian Pariwisata menunjuk Palembang dan Jakarta untuk event great sale. “Pemerintah menggagas HBDI, 8 Agustus-2 September. HBDI ini bisa dimaknai sebagai Happy Birthday Indonesia atau Hari Belanja Diskon Indonesia. Ini juga bagian dari rangkaian Festival Sriwijaya. Jadi, akan ada great sale pempek dan songket di semua mal di Palembang. Kita akan mendukung dan ikut menyukseskan program ini,” pungkasnya.
editor : Sarono ps
sumber : sumseks.co.id