Batasi Penyaluran Premium

Terkait peran Pertamina sebagai penyalur BBM, Fajar menegaskan bahwa BUMN memiliki dua peran penting dalam pembangunan Indonesia. Pertama, sebagai agen pembangunan yang berperan penting dalam melaksanakan berbagai Proyek Strategis Nasional, memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kedua, berkontribusi dalam bentuk penciptaan keuntungan dan setoran pajak kepada negara. ”Sebagai BUMN, tugas Pertamina bukan hanya mencari keuntungan semata namun yang utama menyediakan kebutuhan dan pelayanan masyarakat dari Sabang hingga Merauke secara berkeadilan,” pungkasnya.

Diketahui, sepanjang 2017 lalu, Pertamina berhasil mengantongi pendapatan sebesar US$42,86 miliar. Angka tersebut naik sekitar 17 persen dari tahun 2016. Kendati dimikian, perolehan laba bersih perseroan turun dari US$3,15 miliar di 2016 menjadi US$2,4 miliar di 2017. Atau merosot sekitar Rp 36,4 triliun.

Penurunan perolehan laba bersih sebesar 23 persen itu tersebut lantaran belum adanya penyesuaian harga untuk BBM bersubsidi seperti premium dan solar. Di tengah kenaikan Indonesian Crude Price, Pertamina menekan biaya operasi sekitar 26 persen dibanding 2016, sehingga berimbas pada laba bersih.

Tahun 2018 ini Pertamina menganggarkan capex alias belanja modal sebesar US$5,59 miliar. Dari dana tersebut, 59 persen akan dialokasikan untuk hulu, 15 persen untuk pemasaran, 15 persen untuk mega proyek, 5 persen untuk gas, 3 persen untuk pengolahan, serta 3 persen untuk riset dan pendukung lainnya.

Sementara terkait produksi, data semester satu 2017 menunjukkan bahwa produksi migas Pertamina tercatat sebesar 692.000 barrel minyak per hari, atau naik 8 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Kenaikan tersebut ditunjang oleh peningkatan produksi minyak sebesar 12 persen menjadi 343.000 barel per hari (bph) sementara produksi gas tumbuh 4 persen menjadi 2,022 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) di banding tahun lalu.

editor : Sarono ps

sumber : sumeks.co.id