SWARNANEWS.CO.ID, Salfit | Sejumlah pembangunan yang dilakukan Israel terlihat di Distrik Salfit, wilayah Tepi Barat yang diduduki. Tim konstruksi Israel bekerja keras saat crane mengangkat dan menurunkan bahan bangunan di puncak bukit untuk memperluas Ariel University, universitas pemukim pertama yang didirikan di Tepi Barat.
Pembangunan yang terus berlanjut tak terlepas dari kenyataan pengusiran tanpa henti terhadap warga Palestina dari tanah mereka. Ada sekitar 65 ribu pemukim yang tinggal di 24 permukiman ilegal Israel yang tersebar di seluruh distrik itu.
Baru-baru ini, Israel mengumumkan rencana membangun jalur kereta pertama bagi para pemukim Israel di Tepi Barat yang diduduki. Jalur ini menghubungkan permukiman Ariel, salah satu pemukiman terbesar Israel dengan populasi hampir 19 ribu orang, dengan sejumlah kota di dalam Israel.
Proyek ini diperkirakan akan selesai pada 2025 dan akan menelan biaya hingga 1,16 miliar dolar AS. “Kereta api ini akan menyita lebih banyak tanah kami dan menghancurkan lebih banyak keluarga,” kata Wali Kota Salfit, Abed al-Karim Zubeidi, kepada Aljazirah.
“Pembangunan ini akan menyebabkan lebih banyak kerusakan lingkungan dan ekonomi. Israel menggunakan tanah kami untuk melakukan pembangunan bagi rakyatnya dan kami didorong untuk pergi tanpa membawa apa-apa,” kata dia.
Jalur kereta api yang digagas Menteri Perhubungan Israel, Israel Katz, akan dibangun di sepanjang Route 5. Jalan raya ini melintasi Salfit dari persimpangan Zaatara (Tapuah), dan menghubungkan permukiman Ariel ke kota-kota Israel di luar Garis Hijau 1967.
Jalan raya Route 5 sudah membagi Salfit menjadi dua, yang memisahkan komunitas Palestina dari satu sama lain. Menurut siaran pers Kementerian Perhubungan Israel, sementara jalur kereta api masih dalam tahap perencanaan, tiga opsi yang diusulkan untuk rutenya akan dimulai di permukiman Ariel.
Akan ada pemberhentian langsung di Ariel University dan berlanjut melalui zona industri Barkan. Jalur ini akan menuju ke barat, ke Garis Hijau ke arah Tel Aviv.
Jamal al-Ahmad, kepala dewan penyitaan tanah di Salfit, mengatakan sekitar 300 hektar tanah akan disita dari penduduk untuk pembangunan rel kereta api. Penduduk setempat tidak diberikan pencerahan mengenai nasib mereka setelah tanah mereka disita.
Seperti rencana pembangunan Israel lainnya di Salfit yang telah secara langsung mempengaruhi kehidupan warga Palestina, pembangunan rel kereta api diketahui warga hanya melalui pengumuman di surat kabar.