Sebuah karya pena terbukti lebih tajam dari 1000 pucuk bayonet.
Oleh: Muhammad Subarkah*
Belum saja reda, soal cacing dalam makanan kalengan, publik dibuat terkaget-kaget dengan celotehan puisi ‘konde’ Sukmawati Soerkanoputri ketika hadir dalam acara Indonesia Fashion Week 2018, yang memamerkan koleksi baju kebaya karya desiner Ane Avantie. Isi puisi tak ada yang luar biasa. Kalau anda pembaca dan penikmat puisi karya itu sangat biasa saja. Tak ada pencapaian estetik yang sublim di sana.
Tentu tak berlebihan Prof Sukron Kamil, Guru Besar Sastra dan Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengatakan puisi Sukmawati tak ada yang istimewa. Bahkan kata puisi i tidak itu tepat apabila harus menyandingkan antara budaya nusantara dengan syariat Islam.
“Ada kecenderungan islamophobia ketika dia membandingkan antara kidung Indonesia dengan azan. Ini problematik secara antologi seni Islam atau kebudayaan Islam. Itu nampak sekali di dalam soal itu,” kata Sukron.
Nah agar lebih jelas mari baca puisi yang memantik kembali kontriversi seru itu. Banyak orang dan pihak tersinggung. Lucunya, banyak pula yang selama ini merasa ‘sekuler’ atau tak peduli Islam ribut di media sosial marah-marah. Sementara banyak yang selama ini dianggap ‘Islamis’ tenang-tenang saja. Entah ada apa ini?
Pusi itu berjudul ‘Ibu Indonesia’:
Aku tak tahu Syariat Islam
Yang kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah
Lebih cantik dari cadar dirimu
Gerai tekukan rambutnya suci
Sesuci kain pembungkus ujudmu
Rasa ciptanya sangatlah beraneka
Menyatu dengan kodrat alam sekitar
Jari jemarinya berbau getah hutan
Peluh tersentuh angin laut
Lihatlah ibu Indonesia
Saat penglihatanmu semakin asing
Supaya kau dapat mengingat
Kecantikan asli dari bangsamu
Jika kau ingin menjadi cantik, sehat, berbudi, dan kreatif
Selamat datang di duniaku, bumi Ibu Indonesia
Aku tak tahu syariat Islam
Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok.
Lebih merdu dari alunan azanmu
Gemulai gerak tarinya adalah ibadah
Semurni irama puja kepada Illahi
Nafas doanya berpadu cipta
Helai demi helai benang tertenun
Lelehan demi lelehan damar mengalun
Canting menggores ayat ayat alam surgawi
Pandanglah Ibu Indonesia
Saat pandanganmu semakin pudar
Supaya kau dapat mengetahui kemolekan sejati dari bangsamu
Sudah sejak dahulu kala riwayat bangsa beradab ini cinta dan hormat kepada ibu Indonesia dan kaumnya.
Sumber: Republika
Editor: Sarono PS