SWARNANEWS.CO.ID, Jakarta | Kesehatan bagi kebanyakan orang dipahami sebatas persoalan raga belaka. Pantas jika kemudian praktik dokter menjadi begitu marak, sebab tak satu pun manusia yang kesulitan mengenali perihal penyakit raga. Padahal, masalah kesehatan tidak semata raga, tetapi juga jiwa.
Sayangnya, tidak banyak orang memahami perihal yang sejatinya paling esensial dalam diri setiap insan ini. Akibatnya, banyak orang yang kian hari kian rusak hidupnya karena yang sakit jiwa dan pikirannya, tetapi yang diobati raganya. Dokter ditaati, ulama diabaikan, akhirnya akal dituhankan.
Orang tidak bisa tidur, misalnya, jika dianalisis secara menyeluruh bukan hanya karena ketegangan syaraf, melainkan gersangnya jiwa dari menjalankan ibadah sehingga sangat jarang mengingat Allah Ta’ala.
Buya Hamka dalam bukunya, Kesepaduan Iman dan Amal Sholeh, menyampaikan ungkapan seorang dokter yang memberikan nasihat kepada pasien yang menderita darah tinggi. “Mengapa seseorang menjadi darah tinggi, atau kacau pikiran sehingga tergoyang urat saraf? Sebabnya ialah karena soal-soal yang beraneka warna dalam hidup ini hendak diselesaikan sendiri, hendak dibereskan sendiri.”
“Lupa bahwa keputusan yang sebenarnya adalah di tangan Allah sementara hati kurang terpaut kepada- Nya, hanya percaya kepada kekuatan sendiri. Orang lupa bahwa kekuatan diri sendiri terbatas.”
“Oleh sebab itu, kata teman saya itu pula, hendaklah segala urusan itu lepaskan ke atas, jangan hendak dipikul sendiri dan hendak diedarkan di keliling otak; tentu payah. Dengan mengerjakan shalat dan khusyuk, kita melepaskan senak yang tertumbuk dalam pikiran kita.”
Dengan kata lain, semakin seseorang disiplin menjalankan ibadah, seperti shalat, membaca Alquran, zikir, sedekah, serta yang lainnya, semakin besar kemungkinan seseorang hidup sehat jiwa dan raganya.
Tentu saja semua dilakukan dengan memperhatikan kualitas berupa niat yang lurus, kekhusyukan, dengan meresapi makna hingga sampailah makna dari setiap doa dan zikir yang diucapkan ke dalam jiwa sehingga tenteramlah hati. Hal ini bisa kita lihat dari Rasulullah SAW yang senantiasa sungguh-sungguh dalam beribadah. Sekalipun ada amalan kecil yang dilakukan, beliau tetap melakukannya dengan kualitas terbaik.
Rasulullah shalat malam hingga tapak kaki beliau bengkak bukan karena banyaknya rakaat tahajud yang didirikan, melainkan pengerjaan setiap rukun shalat itu sendiri, di mana antara berdiri, ruku, dan sujud semua dilakukan dengan sangat khusyuk.
Buya Hamka menegaskan, “Segala ibadah yang telah diperintahkan itu sangatlah teguh hubungannya dengan penjagaan jiwa kita di dalam menghadapi hidup.”
Dengan demikian, tidak patut bagi setiap Muslim semata sibuk menjaga kesehatan raga kemudian melupakan kesehatan jiwa. Olahraga rutin tetapi ibadah amburadul, terhadap ilmu agama merasa tidak butuh.
Kini saatnya kita padukan kesehatan jiwa dan raga, hadapi masalah dengan kemampuan akal, tetapi jangan lepas dari memohon pertolongan kepada-Nya. Hiduplah secara wajar dan benar dalam pandangan Allah dan Rasul-Nya, insya Allah sehat jiwa raga dan bahagia dunia-akhirat. Allahu’alam.
editor : Sarono ps
sumber : republika.co.id