SWARNANEWS.CO.ID, Jakarta | Sya’ban merupakan bulan kedelapan dalam penanggalan hijriyah. Dinamakan Sya’ban karena orang-orang Arab pada bulan tersebut yatasya’abun (berpencar) untuk mencari sumber air. Mereka tasya’ub (berpisah-pisah/terpencar) di gua-gua.
Selain itu, bulan tersebut disebut Sya’ban, karena sya’aba (muncul) di antara dua bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan ini dikenal sebagai bulan Rasulullah SAW. Nabi SAW bersabda, ‘’Sya’ban adalah bulanku.’’ ( HR. Ad dailami dari Anas bin Malik dan diriwayatkan juga oleh Al Fath bin Abil Fawaris dari Al Hasan Al Bashri).
Sebagian ulama menyebut Sya’ban sebagai bulan shalawat kepada Nabi SAW. As sayyid Muhammad Alawy al Maliki al Hasani berpendapat bahwa rahasia mengapa Rasulullah SAW menisbatkan Sya’ban sebagai bulannya, karena pada bulan inilah turun ayat sholawat dan salam.
‘’Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.’’ (QS. al-Ahzaab: 56).
Bulan Sya’ban diyakini sebagai salah satu bulan yang mulia, penuh berkah dan kebaikan. Sya’ban adalah gerbang menuju bulan suci Ramadhan. Sehingga, ada ulama yang mengatakan bahwa Rajab adalah bulan menanam benih kebaikan atau amal sholeh, Sya’ban bulan untuk menyirami dan memupuk dan Ramadhan adalah bulan untuk memanen tanaman yang tumbuh dari benih itu.
Dalam riwayat Imam Bukhari, Aisyah RA menceritakan, bahwa Rasulullah SAW selalu memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Bahkan dalam riwayat lain dikatakan bahwa tidak ada bulan melebihi bulan Sya’ban di dalamnya Rasulullah SAW berpuasa. Dalam hadiss lain disebutkan bahwa Nabi SAW berpuasa mayoritas pada hari-hari bulan Sya’ban.
Dari Usamah bin Zaid RA, dia berkata: ‘’Saya berkata: ‘’Ya Rasulullah, saya tidak pernah melihatmu berpuasa dalam satu bulan dari bulan-bulan yang ada seperti puasamu di bulan Sya’ban.
Rasulullah SAWu bersabda: Itulah bulan yang manusia lalai darinya antara Rajab dan Ramadhan. Dan merupakan bulan yang di dalamnya diangkat amalan-amalan kepada Rabbul ‘alamin. Dan saya suka untuk diangkat amalan saya sedangkan saya dalam keadaan berpuasa. (HR. Nasa’i, lihat Shahih Targhib wat Tarhib hlm 425).
Dan dalam sebuah riwayat dari Abu Dawud No. 2076, dia berkata: Bulan yang paling dicintai Rasulullah untuk berpuasa padanya adalah Sya’ban kemudian beliau sambung dengan Ramadhan. Dishahihkan oleh Al-Albani, lihat Shahih Sunan Abi Dawud 2/461.
editor : Sarono ps
sumber : republika.co.id