SWARNANNEWS.CO.ID, Palembang | Takut ditembak mati polisi berdasarkan perintah Kapolda Sumsel Irjen Pol Zulkarnain Adinegara karena identitas sudah diketahui, Rahmat Kosamsi (50) menyerahkan anaknya Tyas Dryantama ke Mapolda Sumsel. Tyas ditetapkan sebagai tersangka perampokan disertai pembunuhan terhadap Tri Widiyantoro (44) yang ditemukan tinggal tulang belulang.
Tyas masih bertatus mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sriwijaya. Rahmat mengetahui anaknya menjadi salah satu pelaku perampokan dan pembunuhan Tri setelah Kapolda Sumsel mengungkapkan dua pelaku yang masih buron, yakni Tyas Hengki SUlaiman.
Sementara Bayu sudah ditangkap dan Poniman tewas ditembak polisi dalam operasi penangkapan. Rahmat menyerahkan anaknya ke Mapolda Sumsel karena takut anaknya ditembak polisi dan dihantui rasa bersalah terhadap keluarga korban.
Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Sumsel AKBP Azis Andriyansyah membenarkan adanya penyerahan pelaku perampokan disertai pembunuhan terhadap Tri Widiyantoro yang langsung diantarkan orangtuanya.
“Benar, tersangka Tyas menyerahkan diri ke Polda Sumsel. Yang bersangkutan diantarkan bapak kandungnya sendiri,” ujar Azis, Minggu (1/4).
Polda kembali mengimbau tersangka Hengki untuk menyerahkan diri.Apabila tidak mau menyerahkan diri, maka tindakan tegas terukur pasti akan dilakukan polisi.
“Tyas bersembunyi di kampung halamannya di Dusun III RT 9 Desa Mulya Jaya Kecamatan Lalan Kabupaten Musi Banyuasin selama lebih dari 45 hari usai melakukan perampokan terhadap korban,” kata Azis.
Di hadapan penyidik, Tyas mengakui bersama tiga temannya telah merencanakan untuk melakukan perampokan sopir gocar. Modusnya sama seperti perampkan terhadap Edwar Limba, yakni dengan memancing sopir gocar. Namun, beberapa kali sempat dibatalkan memesan gocar.
Ternyata, saat masuk orderan kepada Tri itulah mereka langsung memutuskan untuk melancarkan aksi perampokan.
“Sehari merencanakan perampokan. Kata Poniman, langsung saja dijerat leher sopirnya biar tidak melawan lagi,”” ujar Tyas.
Tyas duduk di bagian belakang kursi di sebelah Poniman. Ketika sudah ada aba-aba, Poniman langsung menjerat leher korban. Tri sempat merontak, namun para pelaku segera menahan badan dan memegangi setir.
“Aku duduk di belakang bersama Poniman. Jadi saat dijalan menuju jalan arah bandara, Poniman langsung menjerat leher korban,” ungkapnya.
Memastikan korban meninggal, mereka langsung berupaya untuk membuang mayat Tri. Sempat kebingungan, akhirnya mayat dibuang ketika mereka menuju ke arah desa mereka yang berada di Lalan Muba.
Ketika ditanya ia mau menuruti permintaan sang bapak untuk menyerahkan diri. Karena sang bapak yang mengetahui bila Poniman sudah tewas ditembak polisi karena berusaha kabur ketika akan ditangkap, membuatnya juga berpikir dua kali untuk melarikan diri. Dari itulah, ia memutuskan untuk mengikuti perkataan sang bapak menyerahkan diri ke polisi ketimbang ditangkap polisi hidup atau mati.
“Bapak yang meminta untuk menyerahkan diri. Katanya ketimbang nanti bernasib sama seerti Poniman, lebih baik menyerahkan diri.”
“Bapak juga sempat marah dan tidak percaya kalau aku sudah merampok dan membunuh orang,” pungkasnya.
Kapolda Irjen Pol Zulkarnain Adinegara mengatakan, Tyas diketahui berperan sebagai otak dari tindak kejahatan tersebut.
“Fakta tersebut diketahui dari pengakuan tersangka Bayu, yang menjadi otak di balik perampokan sadis ini adalah Tyas yang berstatus sebagai mahasiswa jurusan Ekonomi Pembangunan, Unsri,” ujarnya.
editor : Sarono ps
sumber : tribunsumsel.com