Sejarah Penyusunan Al-Qur’an

“Akhirnya Allah membukakan hatiku seperti juga telah membukakan hati Abu Bakr dan Umar. Aku berdiri. Aku mulai melacak dan mengumpulkan Quran dan lempengan-lempengan, dari tulang-tulang bahu, kepingan-kepingan pelepah pohon kurma dan dari hafalan orang…” tutur Zaid sebagaimana dirawikan Bukhari.

Menurut Zaid, tak henti-henti dirinya meminta arahan dari Abu bakr dan Umar bin Khatab.

“Setelah lembaran-lembaran itu kucatat ke dalam beberapa jilid aku masih harus mencari satu ayat dari Surah Ahzab. Aku mendengar Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam pernah membacanya. Dan ini hanya ada pada Khuzaimah Ansari…”

Lalu, kenang Zaid, “kumasukkan ke dalam Surah itu. Itulah lembaran-lembaran Quran yang sudah dihimpun yang ada di tangan Abu Bakr sampai dia wafat, kemudian di tangan Umar sampai dia pun wafat. Setelah itu di tempat Hafsah bin Umar.”

Zaid bin Sabit sebetulnya satu di antara orang yang sudah mulai mengumpulkan Quran sejak zaman Nabi Muhammad. Seperti dirawikan Anas bin Malik dalam Bukhari dan Muslim, “yang mengumpulkan Quran pada masa Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam empat orang. Semua dari Ansar. Ubai bin Ka’b, Mu’az bin Jabal, Zaid bin Sabit dan Abu Zaid.”

Menurut Imam Malik, penyusunan Quran itu didasarkan pada apa yang pernah mereka dengar dari Rasullullah.

“Kami di tempat Rasulullah Sallallahu alaihi wasalam menyusun Quran dari lempengan-lempengan,” kata Zaid. Maksudnya, menyusun ayat-ayat yang terpisah-pisah dalam surah-surah lalu dikumpulkannya dengan petunjuk dari Rasulullah.

“Dalam salat dan di luar salat Rasulullah sering membaca surah-surah itu sepenuhnya. Di antaranya Baqarah, Ali Imran, Nisa’, A’raf, Jinn, Najm, Rahman, Qamar dan yang lain,” tulis Muhammad Husain Haekal dalam Abu Bakr As-Siddiq: Sebuah Biografi dan Studi Analisis tentang Permulaan Sejarah Islam Sepeninggal Nabi.

Sejumlah perawi-tafsir sejarah kemudian “terlalu bersemangat” membagi pembabakan sejarah Islam dengan mengkotak-kotakan rezim siapa yang menghimpun dan menyusun Quran.

Sebagian sumber yang sering direproduksi para pencerita, menyebutkan Umar lah yang melakukannya. Versi ini bersandar pada kitab Al-Masahif karya Ibn Abi Dawud dan kitab Al Itqan fi Ulumil Quran karya As-Suyuti.

Versi lain senantiasa mencuplik doa Ali bin Abi Thalib, “semoga Allah memberi rahmat kepada Abu Bakr. Dia yang paling besar jasanya dalam mengumpulkan Quran.”
Abu Bakr balik memuji Ali bin Thalib atas usahanya mengumpulkan Quran, begitu pun muslimin yang lain dipuji oleh Abu Bakr atas usaha mereka mengumpulkan Quran.

Menurut Abu Bakr, pekerjaan mereka itu sebagai pelipur lara bagi pendahulu-pendahulu mereka yang telah mengumpulkan Quran pada masa Rasulullah.

editor : Sarono ps

sumber : sumeks.co.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *