SWARNANEWS.CO.ID, PALEMBANG | Tahun 2019 bisa berarti tahun perubahan bagi seluruh partisan pesta demokrasi. Pasalnya Bacaleg kelahiran 1980-an lekat disebut era millenial mulai bermunculan. Sedangkan Bacaleg era kolonial tahun 1940-an hingga 1960-an sudah mulai ditinggalkan.
Sebut saja tiga anak muda Nandriani (23), Galluh (25) dan Febri (25) kini tengah berjuang mencalonkan diri di ajang pemilu 2019 nanti.
Ketua DPD Partai Solidaritas Indonesia Musi Rawas Utara Yadi Febri menjelaskan Pileg 2019 akan Jadi Momentum Emas Bagi Generasi Millenial untuk tampil menjadi Wakil Masyarakat Kelas Bawah.
“Semangat Pengabdian harus terpatri dalam jiwa Anak Muda, dari semangat itulah yang jadi Pembeda antara Golongan Tua dan Golongan Muda. Menjadi wakil rakyat sebagai alat sakti bagi generasi muda untuk Menjadi pelopor perubahan dan berbakti pada masyarakat,” jelas Yadi.
Dijelaskan Yadi, untuk itu hendaklah Bacaleg dari anak muda harus terus berada di tengah-tengah masyarakat, agar kelak bisa menjadi wakil mereka di legislatif.
Sementara itu Galluh Sitoresmi, Bacaleg Muda dari Partai Gerindra yang maju di Dapil 6 Banyuasin yang meliputi Kecamatan Talang Kelapa dan Tanjung Lago menjelaskan apatisme politik generasi muda dalam politik perlahan mulai hilang mereka mampu keluar dari zona nyaman.
“Perkembangan zaman menununtut anak – anak muda untuk menentukan pilihan kemasan penyampaian gagasan politik dilakukan dengan berbagai cara yang sangat kreatif dan elegan sehingga membuat mereka tertarik,” terang Galluh.
“Saya memang masih muda, namun berbagai refrensi kebijakan dan pekerjaan di akar rumput terus saya dapatkan yaitu dengan terjung langsung ke bawah menyerap aspirasi rakyat secara langsung dan alhamdulilah semuanya menyambut dengan baik jadi tidak ada lagi istilah yang muda belum pengalaman yang ada tinggal kemauan dan kompetensi kita,” Papar Galluh.
Senada dengan Galluh, Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah Sumsel Nandriani Octarina, S. Psi, CHA menuturkan era digital sekrang memberikan kemudahan bagi anak muda untuk mendapatkan berbagai informasi tentunya di bidang politik.
“Kita sebagai generasi baru saat ini dituntut untuk memiliki kompetensi, berbagai referensi akan kepemimpinan di tingkat bawah juga kita pelajari secara langsung dan harus turun langsung menemui masyarakat,” jelasnya.
Anak muda adalah lokomotif perubahan, dengan berbagai macam kreatifitas dan ilmu pengetahuan maka kita bisa mengisi estafet kepemimpinan dengan lebih baik dibandingkan generasi lama.(*)
Teks : Fuad
Editor : Asih