Higienitas Air Minum Isi Ulang Dipertanyakan

SWARNANEWS.CO.ID, PALEMBANG | Higienitas air minum isi ulang di sejumlah depot patut dipertanyakan. Disperindag diminta siaga melakukan kontrol bisnis ini.

Hal ini disampaikan langsung oleh Dadang (27) memilih tidak lagi mengkonsumsi air minum isi ulang tanpa lebel yang banyak dibisniskan di masyarakat.

“Sudah setahun saya tidak lagi minum air isi ulang galon yang harganya Rp. 3.000 sampai 5.000 per galon untuk satu kali ini. Sejak berhenti beli dan nekat merebus air sendiri untuk minum, saya tidak lagi sering flu. Saya fikir air itu ada yang tidak steril. Selain murah, cara filterisasinya juga hanya 2,3 tabung, apa iya sudah steril,” ujar Dadang.

Ia berharap pihak terkait seperti Disperindag atau BPOM ikut mengawasi dan mengecek bisnis galon isi ulang yang marak dimana mana. Jika perlu harus ada sertifikat higienitas dari Disperindag secara periodik layaknya makanan yang beredar juga harus higienis.

Sementara Swarna News coba menelisik beberapa pengusaha air galon isi ulang namun mereka enggan bahkan marah saat disinggung soal higienitas air yang mereka jual.

Hanya ada salah satu pelaku bisnis galon isi ulang yang mau memberikan komentarnya dengan singkat.

Daniel (45) pemilik depot isi ulang berlokasi Bambang Utoyo berdekatan denga sekolah Pembina, mengakui, masyarakat sebagian besar mengkonsumsi air minum isi ulang yang dijual oleh beberapa depot karena lebih praktis dan murah.

Namun sebagian besar masyarakat jarang memperhatikan apakah air minum yang masyarakat konsumsi tersebut bisa mempengaruhi kesehatan dan gangguan metabolisme tubuh atau tidak.

Ia menjelaskan hal yang perlu diketahui secara garis besar air depot dikatakan layak minum, dan memenuhi standarisasi bisa dilihat dari air baku dan ketentuan kualitas air, seperti tidak berwarna, rasa tidak asam, tidak berbau dan segar.

Menurut Daniel, dirinya sendiri dalam menjalankan bisnis isi ulang tidak percaya dengan kehigienisan air tangki, karena belum tentu tangki nya sering dibersihkan.

Oleh sebab itulah Daniel mengaku, tidak menggunakan air tangki tapi menggunakan air PAM yang sudah diendapkan di filter stainlis melalui kertas membran, setelah itu dipanaskan melalui sinar UV, baru kemudian diisikan ke galon, sehingga lebih terjaga dan steril. (*)

Teks : Devi
Editor : Asih

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *