Rizal : Stop Proyek Mercusuar Maksimalkan Potensi Lokal

Sumsel Butuh Program Pro Rakyat

Poin Penting Pembangunan Sumsel :
1. Benahi sistem logistik infrastruktur di Sumsel. Seperti truk truk logistik yang melebihi kuota timbangan jangan boleh lewat.

2. Perbaiki kualitas pembangunan fisik yang masih buruk. Salah satu contoh infrastruktur jalan makin hari makin parah. Sumsel kalah dengan kualitas pembangunan propinsi Babel. Pejabat harus memberikan contoh ini.

3. Izin untuk sektor pertambangan dan SDA harus difikirkan kembali. Stop hobi mengeluarkan izin dan harus difikirkan lebih dalam. Pemilik tambang saat ini belum mampu membawa kesejahteraan untuk masyarakat di sekitarnya.

SWARNANEWS.CO.ID, PALEMBANG Pembangunan di Sumatera Selatan  bertaburan proyek mercusuar sejak beberapa tahun terakhir. Kini waktunya dianggap selesai alias stop. Pembangunan saatnya dialihkan ke sektor kerakyatan bersentuhan dengan kebutuhan masyarakat.

Banyak contoh bisa diambil bersentuhan dengan rakyat langsung,  kata Pengamat Pembangunan Ir. H Ahmad Rizal, SH, M.H, FCBArb,  yang kini sedang menyelesaikan doktornya di bidang hukum bisnis di Universitas Padjajaran Bandung.

Sektor pertanian misalnya, benahi tata niaga komoditi di Sumsel. Mulai padi hingga komoditi karet, kelapa yang kini masih butuh uluran tangan penentuan harga di tingkat petani.

Begitupun dengan komoditi padi lumbungnya ada di  Kabupaten Ogan Ilir (OI), Musi Rawas, dan OKU Timur juga masih butuh pembenahan tataniaga.

Rizal juga menyorot contoh lain, pusat Karoseri yang dahulu tersentral di Kertapati dan kini sudah dibumihanguskan. Padahal jika ini ada, akan banyak angkot yang bisa memanfaatkan fasilitas ini untuk meremajakan kendaraanya. “Lha, kalau angkot umum bagus, pasti masyarakat senang memakainya,” imbuhnya.

Begitupun dengan perahu yang bagus dan bisa dijadikan sebagai alternatif multimoda di Palembang. Selain mampu menggerakkan ekonomi rakyat, juga bisa meningkatkan  Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Termasuk memberdayakan bank daerah seperti Bank SumselBabel, sudah sepatutnya menjadi bank andalan yang lebih banyak membela ekonomi kecil dibantu dengan kredit seoptimal mungkin hingga berkembang dengan baik. Sebab selama ini bank daerah baru slogan nama saja, tapi fungsinya masih seperti bank umum lain, memberikan kredit ke pemodal usaha skala besar karena bisa cepat menaikkan keuntungan dan menekan resiko kemacetan. Sedangkan mikro ke dalam porsinya masih sangat kecil.

Maksimalkan kapasitas Bank SumselBabel dengan mendorongnya untuk membentuk divisi khusus pertanian atau malah lebih maksimal lagi dengan membuat Bank Sumseelbabel Tani (bank yang khusus berkonsentrasi dengan kegiatan pertanian dan perkebunan) untuk memajukan usaha petani di daerah lumbung-lumbung padi. Jangan biarkan mereka terus menerus tergantung dengan bank gelap dan para rentenir seperti kejadian selama ini yang terus berlangsung.

“Kita berharap bisa melakukan evaluasi besar besaran kondisi ini. Stop dan cukupkan dulu pembangunan mercusuar ataupun skala internasional dan mulailah membangun ke dalam yang benar dibutuhkan rakyat. Jangan sampai kemajuan Sumsel hanya dinikmati segelintir kelompok orang tapi belum merata semua lapisan masyarakat,” terangnya.

Cobalah mulai manfaatkan fasilitas yang ada untuk masyarakat. GOR Jakabaring dan venue venue lainya seperti venue renang. ” Mbok ya, dalam seminggu beri hari khusus masyarakat bisa masuk menikmati venue-venue yang ada dengan tarif super murah, bahkan sesekali gratis, biar rakyat bisa menikmati ini,” tegasnya.

Masih banyak cara lain bisa disinergikan dengan kebutuhan rakyat. Sudah banyak fasilitas kebutuhan masyarakat yang terenggut. Mulai lapangan GOR,  POM IX saat ini tidak bisa lagi jogging senam pagi karena sudah dibangun Rumah Sakit Siloam dan mall. Lumban Tirta dulu terkenal murah dan mudah akses, saat ini sudah dikerjasamakan dengan pihak ketiga.

Ia menilai promosi Sumsel untuk dunia luar sudah luar biasa dan dirasakan cukup. Waktunyalah berbenah ke dalam Sumsel karena masyarakat masih banyak butuh akses infrastruktur dan akses kebijakan SDA hasil panen dan potensi rakyat lain belum tergali.

Petani padi juga membutuhkan bantuan pemerintah dalam hal tata niaga sehingga mereka tidak dipermainkan harganya saat musim panen.

Termasuk Bank SumselBabel Tani yang mengurusi khusus sektor pertanian Sumsel butuh disosialisasikan dan dibentuk agar komoditi lokal lebih besar lagi dan terjamin harganya di tingkat petani dengan support fasilitas kredit yang maksi.

Di samping itu  program pembangunan Pelabuhan  Tanjung Api-Api (TAA) masih terus terganjal harus cepat dicarikan solusi.

“Kalau tidak bisa dibangun di Sumsel, jangan diam saja. Gaet Babel buat pelabuhan eksport di Babel, sedangkan Sumsel bisa bangun pelabuhan sebagai pengumpan (feeader). “Kan tidak repot, semua bisa jalan semestinya dan komoditi rakyat bisa segera keluar dari pelabuhan terdekat tanpa biaya mahal karena jauh,” bebernya.

“Kita sudah butuh semua ini untuk rakyat. Butuh pemimpin yang cerdas dan bisa memikirkan ekonomi rakyat. Bahkan multiplier afect setiap pembangunan juga harus merata,” bebernya lagi.

Bagi pemimpin yang baru terpilih, ia berharap bisa membangun Sumsel bahkan Palembang sebagai ibu kota, lebih real dan menyentuh dunia usaha secara luas.

Slogan jangan hanya sekedar slogan, Lumbung Pangan, Lumbung Energi, Berobat Gratis, Sekolah Gratis, faktanya masih sebaliknya di lapangan. Rasionalisasikan slogan itu jadi lebih nyata agar bisa membumi dan mengakar kinerjanya bisa langsung dirasakan masyarakat secara jelas. (*)

Teks : Asih
Editor: Sarono PS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *