BPR, Terus Berjuang Meski Penuh Beban Regulasi

Bergeser dari Pinjaman Modal Kerja ke Industri,Perdagangan dan Konsumtif

SWARNANEWS.CO.ID, PALEMBANG|Di tengah kondisi sulit  berhadapan dengan warga masyarakat yang perekonomiannya jatuh bangun, Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia Sumsel-Babel (Perbarindo Sumsel Babel), terus melakukan berbagai strategi dan langkah agar tetap eksis dan maju berkembang. Kalau sebelumnya BPR bertumpu meminjamkan dana untuk modal kerja, saat ini berubah ke industry perdagangan dan konsumtif.

Penegasan itu diutarakan oleh Sekretaris Bank Perkreditan Rakyat Indonesia Sumsel-Babel (Perbarindo Sumsel-Babel) Riza Pahllevy  di sela-sela kegiatan sosialisasi OJK di Palembang, Rabu (26/7).

Menurut Riza,bank ada dua jenis, yakni Bank Umum (konvesional) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Di mana, kedua Bank ini sama -sama menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk kredit. Perbedaannya, Bank Umum boleh menerbitkan dengan cek giro, kalau BPR tidak bisa. Namun kedua Bank tersebut sama-sama dilindungi oleh pemerintah.

Untuk memberikan pengertian tersebut pihaknya melakukan sosialisasi ke masyarakat agar mengerti dengan program literalisasi dan edukasi terutama dengan produk-produk BPR.

Riza menambahkan, Perbarindo Sumselbabel  saat ini terdapat 29 BPR yang terdiri atas 24 di Sumsel dan 4 di Babel. Jumlah 24 BPR Sumsel itu yang di Palembng  terdapat 14 BPR sisanya di kabupaten kota yang lain. Sedangkan pembinaan BPR dilakukan dengan  rutin bertemu dengan para anggota.

“Kita selalu kerja bareng  dan per semester  membuat laporan,” ujar Riza.

Para pengurus Perbarindo Sumselbabel

Sedangkan kegiatan literasi dan  inklusi pernah mereka gelar di Muaraenim  yang melibatkan lebih dari 600 orang dari masyarakat dan SKPD.

Mengenai kondisi di Sumsel perkembangannya menurut Riza memang  plus minus dari segi penyaluran. Pertumbuhan hanya 6 persen. OJK juga selalu memantau BPR. Untuk itu BPR juga harus siap mengantisipasi regulasi yang terus bertambah tiap waktu.

Saat ditanya animo masyarakat di pedesaan untuk bekerja sama dengan BPR menurut Riza memang lagi jatuh bangun.

Pria yang juga Direktur Utama, BPR Syariah al Falah ini mengemukakan, sudah lima tahun terakhir  dana tersedot untuk membiayai sawit dan karet. Akan tetapi karena harga karet tak menentu  maka kondisi ini sangat memukul perekonomian rakyat. Hal ini juga menyulitkan bagi BPR.

Oleh karena itu pihaknya saat bergeser dari core bisnis  yang dulunya bertopang pada  modal kerja, kini 60 persen bergeser ke konsumtif. Langkah itu juga cukup aman dibandingkan memaksakan diri untuk modal kerja. Untuk itu saat ini pihaknya juga menjalin  kerja sama dengan PNS, TNI dan POlri.

Sedangkan strategi yang  BPR lakukan dengan memberikan layanan lebih baik. Sebab kita bukan bank umum servise excelent yang bisa kita berikan dalam bentuk jemput bola door to door kita jemput kalau ada masyarakat yang ingin menabung.

Saat ditanya mengenai asset yang dimiliki Barindo, menurut Riza  dari 29 BPR  asetnya mencapai Rp2,1 Triliun.

Teks/Editor: Sarono PS

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *