Reporter: Devi Adelia
Editor: Sarono PS
SWARNANEWS.CO.ID, PALEMBANG Masih miskinnya pemahaman tentang literasi yang dimiliki oleh 3,4 juta jiwa penduduk di Sumatera Selatan menjadi mereka rentan terjadi konflik dengan produk dan jasa keuangan tertentu.
Statemen itu dikemukakan oleh Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan OJK KR 7 Sumbagsel, Sabil, saat sosialisasi dan meningkatkan literasi dan inklusi keuangan, di Hotel Arista, Palembang, Kamis (26/07).
Menurut Sabil OJK Kantor Regional VII Sumbagsel mencatat dari 8,2 juta penduduk Sumsel, baru 2,6 juta atau 31,64 persen jiwa yang telah terliterasi dan menggunakan produk dan jasa keuangan.
Sementara sisanya yakni 3,4 juta jiwa sudah menggunakan produk jasa keuangan, namun belum mengetahui atau terliterasi dengan baik terkait produk dan jasa tersebut.
“2,6 juta jiwa penduduk Sumsel sudah well literate atau melek literasi sementara sisanya masih ikut-ikutan saja belum tahu dampak dan manfaatnya,” ujar Sabil.
Dia mencontohkan masyarakat yang belum melek literasi tersebut bisa terlihat saat mengajukan kredit ke perbankan.
“Dia cuma tahu mengajukan kredit ke bank tapi tidak tahu di dalamnya ada produk asuransi. Nah biasanya budaya yang ikut-ikut ini seringkali terjebak investasi bodong. Ketika kemudian terjadi hal-hal yang merugikan maka akan timbul konflik dengan pelaku usaha jasa keuangan (PUJK) yang nakal,” katanya.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya terus melakukan sosialisasi dan edukasi terkait literasi keuangan sehingga masyarakat bisa lebih paham manfaat dan dampak dari produk jasa keuangan.
Bukan hanya itu, kelemahan pemahaman masyarakat itu juga kadang dimanfaatkan oleh marketing untuk membujuk masyarakat dengan mengutarakan keunggulan dan manfaat produk jasa keuangan tapi tidak menjelaskan berbagai resiko lainnya.
Dia peningkatan literasi keuangan akan melibatkan perubahan cara pandang masyarakat dari selama ini belum terbiasa terlayani jasa lembaga keuangan menjadi merencanakan kehidupan mereka ke depan.
“Dengan literasi keuangan yang baik diharapkan masyarakat dapat lebih sejahtera,” katanya.
Sementara itu terkait inklusi keuangan, Sabil mengatakan capaiannya sudah bagus, yakni 73,09 persen atau di atas nasional.
“Targetnya kan 2019 inklusi keuangan capai 75 persen dan kami optimistis bisa mencapai angka tersebut,” katanya.
Melaui kegiatan sosialisasi tersebut diharapkan timbul pemahaman dari Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK) dan para pihak yang diundang kemudian meneruskan berbagai hal tentang literasi keuangan dan inklusi keuangan kepada pihak yang lebih luas lagi.(*)