Ardiyan: Peserta Layak Tahu Hasil Tes Psikologi
SWARNANEWS.CO.ID, PALEMBANG |Seleksi calon anggota KPU Provinsi Sumatera Selatan ditengarai banyak mengundang tanda tanya. Kejanggalan pertama berawal saat bocornya nama-nama calon anggota timsel padahal belum di-SK kan oleh KPU RI tetapi telah beredar di What’s App.
Nama-nama Timsel KPU Sumsel yang bocor dan beredar di masyarakat Sumsel saat itu yakni: DR Hj Qodariah Barkah M.H.I, Dra. Anisatul Mardiah MAg. Ph.D, Dr H Fajri Ismail. M.PdI, DR. Nyimas Anisah Muhammad MA
dan . DR H M Idris SE. M.SI. Faktanya yang terpilih hanya Dra. Anisatul Mardiyah, Dr. H. Fajri Ismail, Dr. M.Idris, Nyimas Anisah Muhammad, dan posisi Dr. Qodariah Barkah menghilang digantikan dengan nama baru Dr. Sri Rahayu notabene Direktur Pascasarjana UMP.
Saat itu salah satu nama timsel yang telah beredar sebelum disahkan, Anisatul Mardiah sempat mengakui bahwa dirinya telah dihubungi pihak KPU RI terkait pembentukan Tim Seleksi KPU Sumsel.
“Sebelum lebaran memang ada staf KPU RI yang nelpon saya, menanyakan kesediaan saya untuk dicalonkan sebagai Timsel KPU Sumsel,”terangnya
Ditanya, apakah dirinya bersedia menjadi anggota tim seleksi calon anggota KPU Sumsel, dirinya tidak banyak komentar. “Hehehe, masih dirahasiakan,” ujarnya singkat.
Melihat kejadian tersebut Muhammad Afzal Mahfuz SH Anggota Komisi 2 DPR RI Fraksi Partai Demokrat Dapil Sulawesi Barat mengatakan, seharusnya hal ini tidak terjadi kenapa rahasia negara bisa bocor?.
“Menurut hemat saya hal tersebut seharusnya tidak boleh terjadi proses penetapan belum diadakan seleksi namun sudah beredar nama-nama yang seolah olah akan menjadi tim seleksi. Hal Itu harus diklarifikasi ke KPU RI karena kami tidak mengurusi Internal KPU. Seharusnya tidak boleh bocor keluar. Itu rahasia negara, “ jelas Afzal Mahfus SH melalui pesan What’s App, pada Minggu (17/06) yang telah lalu.
Berdasarkan informasi dari narasumber yang tak bersedia disebutkan namanya, dari lima nama tersebut, saat penentuan ketua timsel juga terjadi ketegangan antara Sri Rahayu yang berminat jadi ketua tapi di saat yang sama Anisatul Mardiyah juga menghendaki posisi yang sama. Akhirnya Anisatul Mardiyah yang menjadi ketua Timsel KPU Provinsi Sumsel.
Sesuai jadwal kemudian timsel melaksanakan tugasnya. Saat penerimaan calon peserta calon anggota KPU terdapat 112 orang yang mendaftar. Kemudian dilakukan seleksi administrasi lulus 60 orang peserta. Kemudian mereka mengikuti tes CAT lulus 31 peserta. Oleh karena hasil tes CAT bersifat obyektif dan bisa diketahui oleh peserta secara akurat maka kelulusan tersebut tidak menimbulkan gugatan apapun.
Pengumuman Hasil Psikologi Mencurigakan
Usai tes CAT kemudian 31 peserta mengikuti ujian psikologi yang dilaksanakan di RS Ernaldi Bahar Palembang pada tanggal 26-27 Juli 2018.
Direktur Rumah Sakit Ernaldi Bahar, Dr Hj Yumidiansih F, M.kes saat itu menyatakan, semua yang dilakukan pada tahapan psikotes tersebut memang harus profesional.
Wanita yang akrab disapa Essi ini menerangkan, bahwa terkait jadi atau setidaknya tiap-tiap calon, itu bukan wewenang pihak Ernaldi Bahar. Karena, pihaknya hanya memberikan hasil tes dan dikirim ke Tim Seleksi (Timsel) secara tertutup.
“Memang ada rekomendasi, tapi tidak menilai. Karena yang menentukan itu institusi yang mengirim. Kami kan hanya pihak yang ditumpangi untuk memeriksa bagaimana masing-masing calon,” katanya.
Essi mengatakan, tim yang menguji psikotes itu memang mereka yang punya kompetensi. Kalau untuk psikolog, itu psikolog klinis bukan psikolog teori dan sudah punya profesi.
“Satu tim ada lima, empat tim psikolog dan ada tim lain sebagai penunjang. Dari hasil tersebut disampaikan ke kami dan kami hanya menandatangani sebagai direktur mengetahui dan dikirimkan,” katanya.
Essi mengungkapkan, tahapan psikotes calon Anggota KPU Sumsel, Kamis (26/7/2018) lalu dimulai dari tes tertulis, kemudian melakukan diskusi. Tiap peserta dibuat kelompok dan dilihat oleh tim penilai. Selanjutnya dilakukan wawancara satu persatu baru diberi kesimpulan berupa nilai.
“Nah mungkin tim penilai punya kriteria sendiri. kalau saya hanya struktural job manajemen di sini. Kan ada 31 orang yang dinilai yang terlihat saat diskusi, siapa-siapa yang bisa memberikan pendapat, siapa yang emosional dan siapa yang dominan. Saya tidak tahu, yang pasti ada aspek-aspek itu yang dinlai, seperti ketahanan terhadap preasure,” ungkapnya.
Kemudian berlanjut saat tes psikologi dari 31 peserta tahu-tahu diluluskan 30 peserta pada tanggal 7 Agustus 2018. Anehnya hanya 1 orang yang tidak lulus. Kenyataan ini jelas menimbulkan tanda tanya banyak pihak termasuk Neli Eponi salah satu peserta calon anggota KPU Sumsel yang tidak lulus.
“Ini aneh bagi saya. Saya mengikuti semua proses tersebut dengan lancar. Termasuk saat diskusi kelompok dalam memberikan pendapat termasuk dalam hal pengelolaan emosi,” ujar perempuan yang juga anggota KPU Kabupaten Ogan Ilir ini.
Aneh rasanya kalau saya yang sudah bertugas dengan optimal di KPU OI hampir lima tahun ini tak bisa menguasai hal-hal yang menjadi cakupan tes psikologi tersebut. Oleh karena itu pihaknya mempertanyakan dari mana timsel mempertimbangkan dirinya yang tidak lulus. Untuk itu dirinya meminta transparansi dan klarifikasi dari timsel.
“Kalau saya tidak diluluskan adakah poin yang menyatakan dari bagian psikologi merekomendasi saya tidak layak. Kalau kemudian timsel menyatakan hal itu dilakukan berdasarkan ranking maka dirinya juga minta dibuka data tersebut sehingga diketahui ranking yang sesungguhnya,” ujarnya menegaskan.
Timsel Tidak Transparan
Saat Swarnanews mengkonfirmasi permasalahan tersebut di RS Ernaldi Bahar diterima oleh Ketua Tim Psikologi Feriliana, MPSi, Psi. Dirinya mengatakan semua hasil penilaian tersebut sudah diserahkan ke Timsel KPU Provinsi Sumsel. Kita berikan hasil penilaian kepada mereka dalam bentuk print out.
Ketua Timsel KPU Sumsel, Anisatul Mardiyah saat dikonfirmasi Swarnanews.co.id mengenai pengumuman tersebut sedang tidak ada di tempat. Saat diminta kesediaannya untuk membuka berkas penilaian hasil tes psikologi tersebut yang bersangkutan keberatan.
“Berkas hasil penilaian itu tidak bisa diberi tahu ke masyarakat,” ujarnya.
Menanggapi keberatan ketua timsel tersebut pihak yang dirugikan akan terus berjuang untuk memperoleh akses untuk melihat hasil obyektif yang telah diberikan tim psikologi kepada timsel agar diperoleh kejelasan atas kejanggalan tersebut.
Pengamat politik dari FISIP Universitas Sriwijaya Dr Ardiyan Saptawan ketika diminta tanggapannya mengatakan secara pribadi peserta yang bersangkutan memiliki hak untuk mengetahui hasil sesungguhnya dari tes psikologi tersebut. Dengan demikian proses seleksi bisa berjalan dengan fair. (tim)