* 60 Persen Didominasi Kredit Produktif
* Perdagangan Jadi Primadona
* Penyaluran KUR Capai 96 Persen
* Aset Tumbuh 6,15 persen
SWARNANEWS.CO.ID, PALEMBANG | Kabar gembira bagi pelaku usaha dan calon investor sudah memasuki gerbang Sumbagsel dan Palembang khususnya. Kinerja industri jasa keuangan di semester satu layak mendapat acuangan jempol. Tidak saja kabar penyaluran kredit yang mulai didominasi kredit produktif mencapai 60 persen lebih. KUR pun luar biasa mendapatkan sambutana luar biasa sudah mencapi 96 persen angka penyaluranya. Hal ini berbanding lurus dengan sektor perdagangan besar kian menjadi target utama pergerakan ekonomi.
Kepala Kantor OJK Kantor Regional 7 Sumbagsel, Panca Hadi Suryatmo melalui Humas Lina, mengakui. Berdasarkan hasil pengawasan dan pengolahan data/informasi, diketahui bahwa secara umum kinerja industri jasa keuangan dinilai baik.
kondisi ini menurut Lina, tercermin dari ketersediaan akses keuangan dinilai telah memadai, tercermin dari beberapa hal diantaranya.
a . Jumlah entitas industri jasa keuangan sebanyak 278 entitas dengan 1.404 kantor IJK yang melayani masyarakat di 17 kabupaten/kota se-Sumsel, dengan rincian. Jenis Industri Jumlah Entitas Jumlah Jaringan Kantor Perbankan 79 909, IKNB 156 409, Pasar Modal 43 86, Total 278 1.404.
b. Bank pelaksana kegiatan LAKU PANDAI sebanyak 11 (sebelas) bank yaitu Mandiri, BRI, BNI, BTN, Bank Artha Graha, Bank Sumsel Babel, Bank Sinarmas, BRI Syariah, BTPN, Bank Bukopin dan BTPN Syariah. Jumlah agen LAKU PANDAI sebanyak 14.759 agen yang melayani masyarakat sampai di daerah terbatas industri jasa keuangan (remote area) dengan jumlah nasabah Basic Saving Account (BSA) 146.027 nasabah.
c. Galeri investasi yang telah dibuka sebanyak 9 (sembilan) di 7 (tujuh) universitas negeri/swasta dan 2 (dua) pasar di Kota Palembang dengan bermitra dengan perusahaan sekuritas.
Kinerja keuangan industri jasa keuangan dinilai Baik, tercermin dari ,kinerja sektor perbankan. Secara umum kinerja keuangan industri perbankan di Sumatera Selatan dinilai Baik.
Total aset tumbuh sebesar 6,15% (yoy) yaitu dari Rp85,75 triliun (Juni 2017) menjadi Rp91,02 triliun (Juni 2018), dengan market shared terhadap nasional sebesar 1,19%.
Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp5,86 triliun atau 8,34% (yoy) yaitu dari Rp70,34 triliun (Juni 2017) menjadi Rp76,21 triliun (Juni 2018). Market shared terhadap nasional sebesar 1,41%.
Komposisi DPK per Triwulan II 2018 masih didominasi oleh dana murah (64,60%) berupa Tabungan (47,49%) dan Giro (17,11%). Sisanya berupa Deposito sebesar 35,40%.
Di sisi Aktiva, pertumbuhan dipengaruhi oleh pertumbuhan Kredit sebesar Rp 7,39 triliun atau 10,09% (yoy) yaitu dari Rp73,24 triliun (Juni 2017) menjadi Rp80,63 triliun (Juni 2018).
1) Risiko kredit cukup baik tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) masih dijaga level <5% dengan trend menurun. NPL posisi Juni 2018 sebesar 3,37%.
2) Berdasarkan jenis penggunaan, komposisi terbesar pada kredit konsumsi sebesar 38,54%. Kredit Modal Kerja dan Investasi masing-masing sebesar 38,10% dan 23,36%.
3) Penyaluran kredit perbankan sampai dengan posisi Triwulan II 2018 didominasi ke sektor produktif sebesar Rp48,87 triliun (61,39%). Sedangkan kredit konsumsi sebesar Rp30,74 triliun (38,61%). Rasio NPL per jenis kredit relatif stabil dan masih terjaga di level <5,00%.
4) Berdasarkan sektor usaha, penyaluran kredit didominasi oleh sektor Perdagangan Besar dan Eceran (20,71%). Sektor Industri Pengolahan merupakan penyumbang Non Performing Loan (NPL) terbesar yaitu Rp0,79 triliun atau 30,48% dari total NPL.
Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh perbankan sampai dengan posisi Juni 2018 sebesar Rp1,40 triliun atau terealisasi sebesar 96,46% dari target tahun 2018 sebesar Rp1,45 triliun.
Provinsi Sumatera Selatan mendapat urutan ke-12 berdasarkan jumlah target penyaluran KUR tahun 2018.
Realisasi KUR didominasi oleh jenis KUR Kecil sebesar Rp0,72 triliun (51,69%).
Fungsi intermediasi perbankan di Sumsel dinilai optimal tercermin dari trend rerata Loan to Deposit Ratio (LDR). Trend LDR Sumsel selama 3 (tiga) Tahun terkahir stabil antara 102 – 110%. Hal ini sejalan dengan trend LDR secara nasional relatif stabil antara 89-94%.
Kinerja sektor IKNB. Secara umum kinerja keuangan industri IKNB di Sumsel dinilai Baik.
Total aset perusahaan Dana Pensiun s.d. Triwulan II 2018 tumbuh sebesar 1,16% (yoy), yaitu dari Rp3,85 triliun (Juni 2017) menjadi Rp3,89 triliun (Juni 2018). Market shared secara nasional sebesar 1,51%.
Jumlah Piutang Pembiayaan dari perusahaan pembiayaan sebesar Rp11,25 triliun atau tumbuh sebesar 10,90% dari posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp10,15 triliun. Market shared secara nasional sebesar 2,54%. Non Performing Financing (NPF) tercatat sebesar 2,68%, sehingga risiko pembiayaan tetap terjaga pada level <5%.
Sampai dengan Triwulan I 2018, kegiatan perusahaan perasuransian di Sumsel telah mencatat jumlah premi sebesar Rp 0,94 triliun, dengan market shared secara nasional sebesar 1,05%. Jumlah klaim asuransi yang telah dibayarkan sebesar Rp 0,44 triliun. Produk asuransi didominasi oleh produk asuransi jiwa sebesar 76,6% dan sisanya adalah produk asuransi umum 23,7%.
Kinerja sektor Pasar Modal. Secara umum kinerja keuangan industri Pasar Modal di Sumsel dinilai Baik.
Secara agregat jumlah Single Investor Identification (SID) bertambah sebanyak 8.975 rekening atau tumbuh sebesar 54,25% dari 16.543 SID (Juni 2017) meningkat menjadi 25.518 SID (Juni 2018).
SID saham tercatat sebanyak 12.216 SID (47,87%), SID Reksa Dana sebanyak 11.640 SID (45,61%) dan SID SBN sebanyak 1.662 SID (6,51%).
Transaksi saham dan reksadana juga tercatat tumbuh masing-masing sebesar 52,11% dan 10,92%. Transaksi saham meningkat dari Rp 0,82 triliun (Mei 2017) menjadi Rp1,24 triliun (Mei 2018), dan transaksi reksa dana meningkat dari Rp.0,08 triliun (Mei 2017) menjadi Rp0,09 triliun (Mei 2018).
Jumlah layanan konsumen
Layanan konsumen yang dilaksanakan oleh OJK KR 7 Sumatera Bagian Selatan berupa penerimaan dan pemberian informasi kepada masyarakat.
a. Total layanan konsumen yang dilaksanakan sampai dengan Triwulan II 2018 sebanyak 109 layanan.
b. Layanan terbanyak berasal dari industri perbankan sebanyak (62%), diikuti dengan perusahaan pembiayaan (25%), perusahaan perasuransian (11%) dan lembaga jasa keuangan lainnya (2%). Sedangkan topik layanan terbanyak yaitu mengenai restrukturisasi kredit sebesar 17%.
c. Per 1 Januari 2018, OJK melayani permintaan Informasi Debitur (sebelumya adalah BI Checking) melalui Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK). Total permintaan informasi debitur s.d. saat ini sebanyal 447 permintaan.
d. Berdasarkan tujuan memperoleh Informasi Debitur yang terbanyak adalah dokumentasi pengajuan kredit sebesar 51%. (*)
Teks/Editor : Asih