Bersama Bapak Makmuri, S.E
(Sales Area Head, PT PGN Palembang)
SWARNANEWS.CO.ID, PALEMBANG | Sosok sumringah, sederhana, gesit dan santun ini ternyata seorang penguasa kerajaan gas di PGN Palembang. Meski baru 5 tahun sejak ia menjabat di Palembang tahun 2013, namun mampu membawa langkah PGN menjadi garda terdepan dari sisi kebutuhan gas saat ini.
Selain murah meriah, gas alam yang dikenalkan PGN sejak tahun tahun 1977 di Cirebon dan masuk di Palembang tahun 1998, kini jad buronan para ibu rumah tangga khususnya, ingin meningkatkan efisiensinya dalam belanja.
Tidak mudah lho, kata Makmuri mengenalkan pemakaian gas bumi ini ke masyarakat. Saat itu Minyak Tanah (Mitan) masih ada, gas elpiji juga masih mudah didapat. Butuh perjuangan tidak sebentar.
Jebolah UT Bogor Jurusan Manajemen Umum ini mengaku tak muluk muluk menjalankan aksinya ini.
Karirnya dimulai masuk PGN dari hanya seorang pegawai kontrak harian tahun 1989 naik bagian perencanaan hingga tahun 2001, terus melejit lagi ke Divisi Pemasaran membuat putra kelahiran Tegal 27 November 1966 ini makin menggilai dunia sales.
Hingga akhirnya PGN mengamanatkan ia memegang jabatan sebagai pengelola pengendalian pasar tahun 2004 hingga tahun 2008.
Berpindah ke Banten tahun 2009 sebagai account eksekutif, lalu balik ke Jakarta lagi tahun 2010 hingga tahun 2012, dan akhirnya lengket di kota pempek ini dari tahun 2013 hingga tahun 2018 saat ini.
Ia merasa terbantu dengan adanya program konversi mitan ke gas elpiji pada awalnya. Setidaknya dengan adanya program ini masyarakat semakin kenal dengan gas.
Gas dipersepsi masyarakat adalah hal sangat menakutkan saat itu. Takut meledak, mudah tersambar api lah, dan lainya. Tapi semenjak elpiji masuk, gas menjadi sahabat baru bagi masyarakat kita. Sekaligus menjadi gerbang baru PGN semakin mengenalkan gas alam sejatinya malah lebih aman ketimbang gas elpiji, karena berat jenisnya lebih ringan dibanding elpiji. Jadi wajar, jika sampai hari ini alhamdulillahnya belum ada kejadian ledakan dan lainya dari gas alam ini.
Kunci kesuksesan PGN selanjutnya saat mitan saat ini sudah sulit dicari. Bahkan gas elpiji yang sudah diancang ancang mulai digeser dan akan diganti dengan gas alam melalui program Jargas APBN guna melakukan pembangunan jaringan pipanisasi gas alam rumah tangga, khususnya wilayah kelas menengah ke bawah. Dengan sasaran kelas ini, ketepatan sasaran memberikan nilai asas manfaat luar biasa karena bisa berhemat kali lipat dibandingkan menggunakan gas elpiji.
Apalagi untuk pemilik kedai dan warung makanan kecil bisa lebih banyak untung jika bisa hemat di sisi kebutuhan gas.
Sementara untuk kebutuhan komersil seperti industri juga akan tetap dilayani di semua wilayah. Bedanya hanya tarif, kalau komersil menggunakan dolar dalam kontrak khusus,sedangkan untuk pelanggan rumah tangga tarifnya dalam bentuk rupiah dan cukup dengan persetujuan langganan.
Dengan nilai ekonomis dan efisiensi yang diboyong, PGN optimis bisa lebih menggeliatkan perekonomian rakyat agar lebih banyak lagi untungnya.
Dengan tarif Rp. 3.100 /m3 masih sangat familier sekali dengan net income masyarakat yang masih di kisaran Rp. 2 jutaan UMP Sumsel begitu juga wilayah propinsi lain yang tak jauh dari jumlah tersebut.
Sejauh ini belum ada persoalan serius terkait pemasangan gas ini. Baik cadanganya maupun masalah tehnis lainya.
Jadi masyarakat tidak perlu takut jika mau pasang gas alam. Untuk Palembang ada wilayah baru akan dijadikan sasaran pipanisasi Talang Kelapa. Ini kabar baik sekaligus butuh kesiapan masyarakat menyambutnya. Pelanggan hanya akan dikenakan biaya awal sekitar Rp 3 juta lebih kurangnya tergantung jumlah panjang pipa dari saluran besar ke pipa saluran rumah. Ditambah deposit awal Rp. 200 ribu. Selanjutnya tinggal membayar jumlah tagihan sesuai pemakaian setiap sebelum tanggal 20. Jika telat akan dikenakan denda pembulatan sebesar Rp. 15.000.
Pembayaran sendiri juga sudah bisa dilakukan dengan mudah di banyak gerai, mulai ATM BRI,BNI,Mandiri, BTN juga BCA bahkan bisa juga di Tokopedia, Indomaret dan Alfamart dan DAN store.
Sampai hari ini pelanggan PGN mencatat ada 6.200 pelanggan. Untuk skala rumah tangga I sebanyak 1.597 pelanggan dengan harga tarif gas Rp. 2.255 /m3. Untuk rumah tangga II sebanyak 4.414 dengan harga Rp. 2.710 /m3. Pelanggan kecil sebanyak 153, sedangkan pelanggan industri sebanyak 88 ditambah PLN jadi 89 pelanggan total. Sedangkan pelanggam pabrik ada PT. Indofood dan Interbis.
Hal pokok paling mendasar dalam bisnis adalah edukasi pelanggan. Inilah yang saya lakukan sepanjang waktu, suara pelanggan adalah titik nadir perubahan bagi perusahaan. Ya, kalau mau untung terus, kuncinya menjaga suara pelanggan tetap baik dan berpihak keperusahaan untuk melakukan hal hal lebih baik.
Banyak sekali lika likunya jika sudah bicara soal sales daan marketting. Mulai tekanan psikologis calon pelanggan yang punya sentimen pribadi ke tetangga sebelahnya, yang kadang membuat PGN susah masuk lobi melakukan pemasangan gas. Sehingga harus susah payah mendatangi RT dan tokoh setempat memberikan penjelasan detil.
Jadi jangan heran, kalau tiba-tiba pas kita mau nawarin pemasangan ke warga, warga lainya justru tidak membolehkan masuk ke lokasi tersebut dan hal hal aneh lainya.
Saya juga banyak belajar soal pelanggan ini dengan teman teman lainya. Termasuk saat mendatangi pabrik baru. Ya, setidaknya lolos dari satpam pabrik itu sudah luar biasa.
Di zaman now, sudah sangat gampang mencari identitas perusahaan baru, tinggal searching lansung muncul. Di masa dulu, harus membeli data ke base data. Kadang ke BPS, ataupun Dinas Perindustrian dan lainya. Untuk memasuki kawasan industri setidaknya harus mengetahui alamat nomor telpon dan pihak yang dituju agar lebih gampang meningkatkan akses masuk ke industri tersebut dan meningkatkan pasar pengguna gas alam.
PGN didirikan tahun 1965 memang sudah waktunya dinikmati keberadaanya oleh masyarakat luas. Meski pada praktiknya dalam pengelolaan jargas harus bekerjasamanya dengan BUMD setempat dan lainya.
Intinya selama ini untuk kepentingan masyarakat, PGN harus support dan ikut tumbuh bersama kebutuhan masyarakat luas.(*)
Teks/Editor : Asih Wahyu Rini