SWARNANEWS.CO.ID, PALEMBANG | Gerakan jalan santai berkaos dengan tagline “2019 Ganti Presiden” dengan bermacam warna, berlangsung di Kambang Iwak pada Selasa pagi (11/09) mengundang pihak aparat berjag super ketat. Bahkan dari sisi jumlah, aparat berjaga melebihi jumlah para pegiat aksi jalan santai
Bertepatan tahun baru Islam dan hari libur nasional 1 Muharam 1440 Hijriah, ratusan masyarakat ikut ramaikan kegiatan jalan santai tersebut.
“Tidak ada satu aturan pun yang melanggar dari kegiatan jalan santai ini terlebih peserta kompak kenakan pakaian bertuliskan 2019 ganti presiden, saya minta tunjukkan dimana salahnya”, Ujar Iskandar Sabani yang juga ikut menjadi peserta jalan santai saat diminta keterangan oleh awak media mengenai tanggapannya terhadap ratusan peserta yang kenakan pakaian yang sedang viral.
Iskandar yang berprofesi sebagai advokat dan juga aktivis di tahun 1998 dengan santai mengatakan kembali bahwa tak ada yang berhak melarang ratusan masyarakat berseliweran kenakan kaos, ia menganggap seperti ada pihak yang takut dengan sebuah gerakan ganti presiden sekarang ini.
“Semua orang harusnya paham mengenai kebebasan berpendapat dimuka umum, secara lisan ataupun tulisan dan dari dulu sudah ada dalam Undang- Undang Dasar Negara kita. Jadi kenapa harus dihilangkan? Toh kita tidak mengganggu kok, tidak menyorakkan yel- yel atau makar malah ini biasa saja cuma memakai baju”, tegas Iskandar.
Ia menambahkan bahwa ahli tata negara Mahfud MD saja tidak melarang dan katakan bahwa gerakan “2019 Ganti Presiden” tidak melanggar Undang- Undang serta Bawaslu bersama KPU juta turut sampaikan ini bukan larangan.
“Jadi gini, ini gerakan jalan santai jadi tentu dari kemauan diri sendiri bukan orang lain. Mengenai informasi jelas kita tahu dari Sosmed karena rekan- rekan disini banyak kenal diMedsos, dirasa kegiatan gerakan ini tidak mengganggu ketertiban umum dan aktifitas warga berjoging dan ini cuma jalan santai saja seperti pada hari Minggu serta hari libur lainnya yang dipastikan aman”, Pungkasnya.
Dilanjutkannya bahwa ini bukan kegiatan yang dikoordinir ketika ditanyai surat pemberitahuan dari kepolisian untuk kegiatan jalan santai ini.
“Ini secara spontan saja yang tak diperlukan panitian ataupun Koordinator Lapangan (Korlap), tak ada ketua bahkan bebas sampaikan hak berpendapat masing- masing. Kegiatan ini berjalan sendiri- sendiri”, Terang Iskandar.
Pengamat Sosial dan Politik Sumsel Dolly Reza Fahlevi turut hadir pada aksi jalan santai ini.
“Aksi yang digawangi seluruh individu ini merupakan perwujudan dari hak konstitusi warga negara , fakta dilapangan banyak sekali pihak aparat yang turut bertebaran disekitar alokasi dan bisa dihitung dari jumlahnya melebihi dari jumlah peserta aksi sendiri. Pihak keamanan terlalu berlebihan sikapi aksi jalan santai ini, secara psikologis ini adalah bentuk tekanan dari pihak aparat terhadap peserta aksi jalan santai walaupun tidak secara langsung melarang peserta aksi jalan santai”, tutur Dolly.
Menurutnya kegiatan ini hanyalah jalan santai dan pembedanya hanyalah peserta kenakan kaos bertaggar ganti presiden 2019 dan tak ada kepentingan apapun.
“Hal ini momok bagi pemerintah, kita harus tahu kenapa tagline ditakuti. Ini merupakan symbol, ya simbol dari harga bbm naik, beras naik, listrik naik, dollar naik dan semua naik. Inilah sebuah symbol bahwa masyarakat menolak atas kebijakan pemerintah hari ini”, tandasnya.
Bahkan menurut hemat Dolly gerakan aksi “2019 Ganti Presiden” terkesan dihalang- halangi karena gerakan ini akan terus menggaung dan menggemah, semakin ditekan maka akan semakin membesar.
“Kita sebagai masyarakat bangsa sebaiknya melihat hal ini sebagai kritik yang membangun untuk lihat kemajuan bangsa kedepan”, imbuhnya.
Karena bagi Dolly kegiatan ini bukan duri dalam daging tapi pembenahan sacara struktural.(*)
Teks : Ridho
Editor : Asih