Waspada! Karet, Sawit Mulai Jenuh

Pariwisata, Kopi, Perikanan Jadi Primadona Baru

Swarnanews.Co.Id-Palembang,Jenuhnya komoditas karet dan sawit sejak 5 tahun terakhir terus merosot tak terkendali, makin melemahnya kesejahteraan petani di posisi NTP 93,35, membuat banyak pihak prihatin. Sektor pariwisata, kopi dan perikanan digadang gadang lebih layak jadi primadona baru perekonomian saat ini.

Pengamat ekonomi dan perkebunan jebolan UI, Miswan Hasnuri saat dibincangi mengakui, momentum pertumbuhan ekonomi Sumsel di angka 6,7 persen di TW II data Bank Indonesia menurutnya cukup bagus. Lantaran didorong dana masuk Asian Games lalu dari proyek konstruksi serta proyek strategis nasional lainya.

Tapi itu di TW II 2018, lantas semester II 2018 ini apa yang bisa diandalkan, bahkan untuk 2019 mendatang. “Belum ada kuda kuda siap diluncurkan, padahal sektor kebun lesu terus sejak beberapa tahun terakhir. Kasian petani daya belinya terus turun,”bebernya.

Paling bisa menjawab percepatanya adalag pariwisata. Dimana bisa memanfaatkan aser aset eks Asian Games lalu. Pertanyaanya, bagaimana caranya, selain even lanjutan skala nasional internasional harus terus digelar jika bisa setiap bulanya. Juga harus ada gerakan pemanfaatan aset olahraga skala internasional dari masyarakat.

Contoh saja buka hari khusus dimana masyarakat bisa berlatih dan memanfaatkan ini. Bahkan perlu jadwal khusus semua sekolah di Sumsel menggelar even latihan atau pertandingan bersama. Efeknya terhadap ekonomi pasti ada jika ini rutin dan komit.

Kopi, saat ini potensi kopi masih bisa menjanjikan jika serius digarap. Dulu ada 180 eksportir kopi di Sumsek aktif, sekarang tinggal 1 atau 2 orang saja aktif. Bahkan kopi saat ini tidak masuk listing unggulan komoditi eksport, akan tetapi potensi pengembanganya luar biasa.

Sebab sudah ada kopi robusta Semendo yang terdaftar di Indikasi Geografis KemenhukHAM. Artinya kualitas kopi dam kekhassanya ada, layak dijual. Hanya saja masih banyak pihak tidak percaya diri.

Contoh saja ada pabrik kopi di Kertapati bertahan puluhan tahun memproduksi kopi aslu arabika dan robusta. Banyak permintaanya, namun hanya sekedarnya saja mereka menggarap pasar. Ini berarti, pemda harus tanggap. Selain daya kreatifitas masyarakat ada. Potensi barangnya tersedia banyak. Jika Sumsel bisa melakukan itu, tidak ada lagi kopi Sumsek lari eksport lewat Lampung.

Begitu juga dengan perikanan Sumsel. Memang hanya nomor sekian kadang ada permintaan eksport. Ini tidak diseriusi pemda juga menindaklanjuti, baik mempromosikan besar besaran hasil olahan Sumsel juga pembinaan para peternak budidaya ikan. Potensi budidaya cukup tinggi di sini. Kebutuhan untuk pempek saja dipatok rata rata bisa 6,7 ton per bulan. Bila pemda menyambut nilai kreatifitas masyarakat juga sudah banyak melakukan inovasi, akan bisa dijadikan andalan bahkan eksport. ” Memang butuh anggaran, kita tuntut, komit nggak pemdanya dengan program unggulan, “imbuhnya.

Padahal tenaga kerja Sumsel terbesae 49 persen berada di sektor pertanian ini. Jika ini tidak di push, Sumsel akan sulit kedepanya.

Jika dilihat kebelakang, jumlah investasi tertinggi PMDN dalam negeri adalah sektor listrik, gas air mencapau Rp. 13,1 trillliun. Terbesar di tahun 2015 lalu masuk Rp. 1,7 trillliun. Sektor lain belum menunjukkan taji. Artinya peluang sektor belum tergarap masih sangat besar.

Ia menilai komoditas karet dann sawit sepertinya sudah mulai jenuh. Karena perlambatan pasar sangat lama.

Oleh sebab itulah butuh keberanian baru bagi Sumsel.

Tiga sektor penyumbang PDRB masih didominasi pertmabngan, penggalian,industri pengolahan. Andil terbesar industru pengolahan dan konstruksi. (*)

Teks/Editor : Asih

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *