Trik Mendisiplinkan Anak Dalam Islam

SWARNANEWS.CO.ID, PALEMBANG |Tidak jarang orang tua yang kwalahan saat mendisiplinkan anaknya. Bahkan uring uringan justru lebih banyak terjadi bila dipaksakan.

Menerapkan disiplin terhadap anak sangat tergantung kepada hubungan antara orang tua ‎dengan anak. Jika hubungan keduanya baik, maka anak akan memiliki disiplin yang baik.

Demikian sebaliknya, jika hubungan keduanya kurang baik, maka anak akan memiliki ‎disiplin yang kurang baik. Dr. Nashih Ulawan menjelaskan ada tiga prinsip dalam ‎mendisiplinkan anak. ‎

1. Bersikap Lemah Lembut ‎

Pada prinsipnya, mendidik anak harus dengan kelembutan. Kelembutan terlahir karena ‎adanya kasih sayang yang menyentuh perasaan terdalam. Sikap lembut terhadap anak juga ‎akan berimbas pada pembentukan karakter anak. Anak akan memiliki perasaan yang ‎lembut. Rasulullah Saw berpesan kepada istrinya Aisyah, Beliau bersabda : ‎

“Wahai Aisyah, bersikaplah lembut, karena sesungguhnya Allah apabila menghendaki ‎kebaikan pada suatu keluarga, dia ilhamkan kelembutan kepada mereka.” (HR. Ahmad). ‎

2. Mempertimbangkan Karakter Anak ‎

Setiap anak memiliki karakternya masing-masing. Ada yang pendiam, ada juga yang banyak ‎bicara. Ada yang penyabar, ada juga yang pemarah. Perbedaan karakter ini sangat ‎dipengaruhi oleh latar belakang keluarga, lingkungan, dan juga sifat bawaan. Karena itu, ‎dalam menyikapinya pun tidak boleh sama. ‎

Imam Ghazali memberikan perumpamaan guru itu seperti dokter. Seorang dokter tidak ‎mengobati semua pasiennya dengan cara pengobatan yang sama. Setiap pasien memiliki ‎karakter penyakit masing-masing. Jika dokter menyamaratakan cara pengobatan kepada ‎semua pasien, maka akan berakibat fatal.

Demikian juga orang tua, ia tidak boleh mengatasi permasalahan semua anak dengan cara ‎yang sama. Anak harus diperlakukan sesuai dengan karakter anak itu. ‎

3. Memberikan Hukuman Secara Bertahap

Hukuman bukanlah alternatif terbaik dalam meluruskan perilaku anak. Hukuman terhadap ‎anak adalah pilihan terakhir, setelah semua cara sudah dilakukan. Mulai dari memberinya ‎nasihat, memberikan peringatan, meluruskan kesalahan dengan contoh yang benar, ‎menegur dengan kata-kata lembut, menegur dengan ketegasan. ‎

Kalaupun harus melakukan hukuman fisik, misalnya dengan menjewer telinga atau ‎melakukan pemukulan ringan pada tubuhnya, harus dilakukan atas dasar ingin ‎memperbaiki. Bukan karena ingin melampiaskan kesal dan marah apalagi balas dendam.

Para ulama sangat hati-hati terhadap hukuman dengan pemukulan atau dengan hukuman ‎fisik lainnya. Ibnu Khaldun, dalam Muqadimah berpendapat bahwa seorang guru atau ‎orang tua tidak boleh memberikan hukuman apa pun kecuali dalam keadaan terpaksa. Ia ‎juga tidak boleh menghukum dengan hukuman fisik, kecuali setelah sebelumnya ‎memberikan peringatan keras agar memberikan pengaruh dalam memperbaiki. ‎

Menurutnya, kekerasan pada anak akan membuatnya lemah dan penakut. Akibat dari ‎seringnya memberikan hukuman fisik adalah mendorong anak untuk berbohong untuk ‎menghindari dari hukuman. ‎

Membentuk karakter disiplin pada anak dibutuhkan proses yang panjang dan dimulai sejak ‎dini. Peran orang tua sangat menentukan keberhasilan dalam menerapkan disiplin ‎terhadap anak. Karena itu, Imam Ghazali sangat menekankan kepada orang tua agar ‎membiasakan disiplin sejak usia dini dengan selalu melakukan kontrol atas perilaku anak. ‎

Imam Ghazali mengatakan, “Anak kecil apabila dibiarkan pada awal pertumbuhannya, ‎biasanya dia akan tumbuh memiliki akhlak yang buruk. Suka berdusta, pendengki, suka ‎mencuri, mengadu domba, suka mencampuri urusan orang lain, suka melecehkan orang ‎lain dan suka menipu. Semua itu bisa dihindari dengan pendidikan yang baik.”

Semoga tiga kiat di atas dapat menambah wawasan kita dalam mendidik anak, supaya berkarakter disiplin baik dalam urusan duniawi maupun ukhrawi. Wallahu Ta’ala ‘alam.(*)

Sumber : Dari beberapa literasi buku
Editor : Asih

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *