Temu Ahli Gambut Terkait Pengembangan Pengelolaan Ekosistem

SWARNANEWS.CO.ID, PALEMBANG | Sinkronisasi penelitian dan pengembangan berdasarkan kebutuhan multipihak guna mengimplementasikan pengelolaan ekosistem gambut berkelanjutan di Indonesia.

Deputi Project Director David Ardhian, saat menggelar Temu Ahli Gambut di Hotel The Zuri, Selasa (29/1/2019) menyampaikan laporan terkait latar belakang munculnya dari bergulakan di lapangan, satu pendekatan didalam konteks inovasi Pengelolaan sumber daya alam yang sering dikenal dengan lanskap.

Kelola Sendang maksudnya pengelolaan kemitraan lanskap, sedangkan Sembilang gabungan sembilan proyek yang membantu pemerintah daerah provinsi untuk mendorong kemitraan didalam Pengelolaan tentang alam yang berada pada taman nasional marga satwa Dangku dan Sembilang.

“Dalam proses dilapangan, kami menemukan yang terpenting dalamĀ konteks pengelolaan lanskap. Dimana telah berkembang dalam satu prinsip konservasi,” ujarnya.

David menembahkan, Proyek Kelola Sendang di mutasikan mulai tahun 2017, sekarang sedang memasuki fase-fase akhir proyek, dimana upaya-upaya merangkum hal terpenting dalam hal persoalan Pengelolaan Pengetahuan. Salah satu kawasan terpenting lanskap sembilang yakni mengenai lahan gambut. Tahun 2015 kawasan ini mengalami dampak yang besar akibat kebakaran hutan dan gambut.

“Sejak itu selaku mitra pembangunan di Sumsel, saya mencoba untuk mengkonsolidasikan dan melakukan upaya dalam rangka berkontribusi terhadap pencegahan kebakaran lahan hutan yang pada akhirnya mengurangi remisi,” terangnya

Sementara itu, Koordinator TRGD Najib Asmani mengatakan dalam temu ahli ini pihaknya menginginkan ada solusi terkait persoalan lahan gambut. Jadi harus ada aksi nyata untuk mengatasi masalah gambut. “Kita ingin solusi yang diterapkan menguntungkan masyarakat atau tidak. Karena salah satu tujuan riset ini untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan menurunkan kemiskinan di desa sekitar lahan gambut,” ujarnya.

Lebih lanjut, Najib menjelaskan, pihaknya sudah menetapkan 4 lokasi pusat penelitian gambut yakni du Sepucuk OKI, Taman Nasional Sembilang, kawasan HTI di OKI seluas 700 ribu hektar hampir separuh di sumsel, dan keempat di Banyu Urip Banyuasin.

“Kita ingin melegalkan lokasi pusat penelitian gambut tersebut, kita buat FGD untuk diajukan ke Gubernur,” bebernya.

Ditempat sama, ahli gambut, Prof DR Daniel Murdiyarso menambahkan, pertemuan ini untuk menentukan langkah kedepan terkait pengelolaan gambut.

“Gambut itu berhubungan dengan emisi gas rumah kaca, karena gambut itu gudang karbon yang besar. Apalagi 70 persen gambut di Asia ini ada di Indonesia. Disini kita ingin ada aksi nyata menurunkan emisi dari lahan gambut, ” urainya.

Banyak yang belum tau, kalau gambut itu menimbulkan emisi. Kita berupaya menekan emisi gambut, salah satu caranya gambut tidak dikeringkan. “Kalau dikelola dengan dikeringkan itu bencana. Kita berupaya supaya gambutnya basah lagi,” pungkasnya.

Teks : Herwanto
Editor : Sarono PS