Mayoritas penduduk Djibouti terdiri dari kelompok etnis Somali dan Afar.
SWARNANEWS.CO.ID, JAKARTA |Republik Djibouti terletak di kawasan Tanduk Afrika. Negara ini berbatasan dengan Eritrea di utara, Etiopia di sebelah barat dan selatan, serta Somalia di tenggara.
Sementara, di sisi timurnya menghampar Laut Merah dan Teluk Aden. Dibandingkan dengan Indonesia, luas total wilayah Djibouti tidaklah seberapa, yakni hanya berkisar 23.200 km persegi.
Beribu-ribu tahun yang lampau, Djibouti bersama-sama dengan Eritrea, Somalia Utara, dan daerah pesisir Sudan merupakan bagian dari Kerajaan Pwenet atau juga dikenal dengan sebutan Tanah Punt.
“Menurut naskah, hasil alam yang melimpah di Tanah Punt pada zaman dahulu menjadikan kerajaan tersebut sebagai salah satu mitra dagang yang paling strategis bagi bangsa Mesir kuno,” ungkap sejarawan Ian Shaw dan Paul Nicholson dalam The Dictionary of Ancient Egypt (1995).
Mayoritas penduduk Djibouti terdiri dari kelompok etnis Somali dan Afar. Pada periode Rasulullah SAW dan para sahabat, kedua suku tersebut tercatat sebagai salah satu masyarakat yang pertama kali memeluk Islam di benua Afrika. Dekatnya jarak antara Djibouti dan Semenanjung Arabia ikut mempermudah proses Islamisasi di negeri tersebut.
Ketika Kesultanan Ifat di bawah Dinasti Walashma menguasai kawasan Tanduk Afrika pada 1285-1415, pengaruh Islam di Djibouti pun semakin menguat. Sayangnya, usia pemerintahan dinasti tersebut hanya berlangsung 130 tahun. Invasi yang dilakukan Kekaisaran Kristen Etiopia pada awal abad ke-15 mengakhiri kekuasaan Kesultanan Ifat di Djibouti.
Pada akhir abad ke-19, pemerintah kolonial Prancis memulai misi penjajahannya di Djibouti. Sejak itu, negeri ini pun berganti nama menjadi French Somaliland. Setelah melalui perjuangan yang panjang, Djibouti akhirnya memperoleh kemerdekaannya dari Prancis pada 27 Juni 1977.
Teks: Rep
Editor: Sarono PS