Manusia sering kali menemukan titik balik
SWARNANEWS.CO.ID,|Manusia sering kali menemukan titik balik. Dari yang sebelumnya jahat berubah menjadi baik. Atau, memiliki keinginan untuk menjadi baik. Tidak ingin lagi melakukan hal buruk yang merugikan orang lain atau dirinya sendiri. Ada cahaya hidayah Allah yang tiba-tiba menyinari pikiran dan hati sehingga ia menyadari apa yang telah diperbuat selama ini
Ia ingin kembali dari alam keburukan kepada alam kebaikan, dari alam keterpurukan kepada alam kebangkitan, dari alam pesimistis kepada alam optimistis, dari lemah semangat kepada kuat semangat. Inilah tobat, kembali kepada Allah, meniti jalan hidayah.
Alkisah, ada seorang lelaki dari kalangan umat terdahulu telah membunuh 99 orang, kemudian ia menanyakan tentang orang yang paling alim di muka bumi. Lalu, ia ditunjukkan kepada orang yang dimaksud. Ia pun mendatanginya dan selanjutnya berkata bahwa sesungguhnya ia telah membunuh 100 orang, apakah jika ia bertobat masih dapat diterima? Orang alim itu menjawab, “Tidak bisa, membunuh itu dosa besar.”
Kemudian, orang alim itu dia bunuh dan dengan demikian sempurnalah jumlah orang yang dia bunuh menjadi 100 orang. Setelah itu, ia bertanya lagi tentang orang yang paling alim di muka bumi. Kemudian, ditunjukkanlah ia kepada seorang yang dimaksud. Kepada orang alim kedua, ia mengatakan bahwa dirinya telah membunuh 100 orang, apakah jika bertobat masih diterima? Orang alim kedua itu menjawab, “Ya, masih dapat. Siapa yang dapat mencegahnya bertobat?
Pergilah engkau ke daerah sebuah daerah yang di situ ada banyak orang yang bersama-sama menyembah Allah. Setelah engkau sampai di situ, ikutlah menyembah Allah bersama mereka, dan janganlah engkau kembali ke daerah asalmu, sebab daerahmu adalah tempat (lingkungan) yang buruk.”
Orang itu pun pergi ke tempat yang ditunjukkan oleh orang alim itu. Di tengah perjalanan, tiba-tiba ajal menjemputnya. Kemudian, dua malaikat berdebat, yakni malaikat rahmat dan malaikat azab, merasa paling berhak dengan orang jahat itu. Malaikat rahmat berkata, “Orang ini telah datang untuk bertobat, kembali kepada Allah dengan hati yang tulus.” Sementara malaikat azab berkata, “Orang ini sama sekali belum pernah melakukan kebaikan.”
Selanjutnya, datang satu lagi malaikat yang melerai mereka. Ia menyarankan, “Ukurlah oleh kalian berdua jarak tempat asalnya dengan tempat yang ia tuju. Lalu lihat, mana tempat yang lebih dekat. Jika lebih dekat adalah tempat yang sedang ia tuju, ia adalah milik malaikat rahmat. Jika yang lebih dekat adalah tempat asalnya, ia adalah milik malaikat azab.” Kedua malaikat itu pun mengukur dan ternyata tempat orang tersebut lebih dekat dengan tempat yang dia tuju untuk bertobat. Oleh sebab itu, ia pun dibawa malaikat rahmat. (HR al-Bukhari dan Muslim).
Orang itu benar-benar ingin kembali kepada Allah. Komitmennya untuk bertobat sudah sangat kuat dan bulat, ingin berubah menjadi orang baik dan menemukan tempat yang baik dan meninggalkan perbuatan jahatnya sebagai pembunuh. Ia ingin melepaskan itu dan menjadi pribadi baru. Allah sangat mencintai orang yang ingin kembali kepada-Nya, berhijrah karena-Nya. Seperti dikatakan Nabi, “Siapa saja yang niat hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Allah selalu membuka pintu-Nya untuk siapa pun yang kembali kepada-Nya dengan tulus. Manusia tidak pernah lepas dari keliru dan salah. Namun, itu tidak menutup pintu untuk kembali kepada Allah, Tuhannya. Kembali kepada Allah, meniti di jalan hidayah, berarti kembali kepada kebaikan sejati dan meninggalkan keburukan sepenuh hati dan sungguhsungguh. Imam Hasan al-Bashri pernah mengatakan,
“Kembalilah kamu kepada Tuhanmu dan kepada pemuliaan- Nya dalam keadaan ridha dengan apa yang Allah sediakan untukmu, dan Allah pun ridha terhadap dirimu.” Wallahu a’lam.
Teks: Fajar Kurnianto
Editor: Sarono PS