SWARNANEWS.CO.ID, PALEMBANG | Pembukaan Seminar Nasional Peringatan Hari Air dunia 2019, dengan tema ‘Leaving no one behind’ dalam rangka pengelolaan sumber daya air berkelanjutan, dihadiri perwakilan perguruan tinggi 16 provinsi di Indonesia.
Rektor Unsri, Prof Dr Anis Saggaf mengatakan, sebagai lembaga perguruan tinggi kini telah banyak riset yang dilakukan, tujuannya utamanya yakni untuk memberikan solusi pemikiran bagi keperluan manusia.
“Kita lakukan pemikiran secara bersama-sama untuk menjaga alam semesta. Salah satunya dilakukan di bidang air, tanah, kontruksi, komunikasi dan lainnya,” kata Rektor Unsri saat membuka acara Seminar Nasional Peringatan Hari Air Dunia, di gedung Serbaguna Program Pascasarjana, Kamis (21/3/2019).
Dijelaskannya, kegiatan yang dilakukan ini yakni di bidang air. Sesuai bertambahnya jumlah penduduk bumi khususnya Indonesia walaupun banyak air sekarang menjadi gejolak permasalahan.
“Air yang diberikan Tuhan itu sebagai karunia, karena sebagian besar sudah bersih oleh tumbuh-tumbuhan. Dalam proses perjalanan air di gunakan untuk kebutuhan manusia dan penggunaannya pun tidak terkendali. Karena air bukan saja buat minum namun sekarang sudah dimanfaatkan untuk usaha, industri dan pertanian. Kadang-kadang penggunaan itu tidak memperhatikan faktor lingkungan dan penyebab air itu rusak,” terangnya.
Selain itu, gunanya kegiatan ini sebagai memberikan pemikiran yang dikumpulkan dari perguruan tinggi, tidak hanya dilakukan oleh Unsri namun hampir dari seluruh perguruan tinggi yakni 16 provinsi yang berkontribusi mengumpulkan hasil-hasil risetnya.
“Hal ini perlu dipublikasi, seperti membuang bahan yang berbahaya jangan di sungai. Hal ini bisa menyebabkan polusi yang bisa merugikan sehingga dapat mengancam kesehatan manusia bahkan bisa mematikan,” paparnya.
Kedepan, air akan menjadi rebutan, karena bisa meningkat dan lingkungan air bersih menjadi berkurang, pertanian perlu memerlukan resapan air yang banyak. Hal itu dinamakan manajemen air artinya dapat dipergunakan untuk kebutuhan sebagai tujuan kegiatan hari ini.
“Kegiatan ini tidak bisa dilakukan satu kali namun harus dilakukan secara terus menerus. Setelah ada benang merah maka Menristek Dikti telah mengarahkan untuk bisa diterapkan,” pungkasnya.
Sementara itu, Dirjen Pengendalian daerah aliran sungai dan Hutan Lindung (PDASHL), Prof Dr Ida Bagus Putera Pratama memaparkan, Petaka lain menjadi penyebab rusaknya sarana dan prasarana. Faktor Terjamin karena alam.
“Indonesia di karunia Tuhan faktor atau kondisi, sehingga dapat mudah terjadi bencana-bencara hidrologis yang berkaitan dengan air, iklim dan cuaca,” paparnya.
Menurutnya, hal penting yang perlu diutarakan, yakni terputusnya pengelolaan air di hulu dan hilir. Faktanya, memang melihat air yang terputus sektor hulu yang menghasilkan air di lingkungan hidup dan kehutanan dengan sektor hilir menggunakan air ESDM, PUPR, pertanian dan lainnya.
“Semestinya, menjadi satu karena mengelola air itu tidak hanya mengelola batang batang air seperti danau dan sungai tetapi daerah aliran sungai yang mengendapan air sama,” sebutnya.
Kita mengabaikan bentang alam dari segi pembangunan dan tata ruang. Praktek menerapkan kaidah-kaidah dalam pengendapan air. Cara pengelolaan air ini secara sinergis hubungan hulu hilir antara penghasil dan pengguna harus menjadi satu,” pungkasnya.
Teks : Herwanto
Editor : Sarono PS