SWARNANEWS.CO.ID, PALEMBANG | Acara Ziarah Kubro di Kota Palembang ini merupakan tradisi tahunan menjelang Bulan Ramadhan dan simbol penghormatan kepada para ulama serta pejuang Indonesia. Terlihat ribuan warga sejak subuh sudah berkumpul di pemakaman Masjid Al Habib Ahmad Bin Syech Shahab (Gubah Duku), kemudian arak-arakan dengan membawa bendera-bendera beraksara arab.
“Ziarah kubro akan digelar selama tiga hari, pada hari pertama ini sudah diikuti ribuan orang, kemungkinan pada hari puncak akan dihadiri massa lebih banyak lagi”, kata humas Haul dan Ziarah Kubro Ulama dan Auliya’ Palembang Darussalam tahun 2019, Habib Mahdi Muhammad Shahab.
Menurut dia, Ziarah Kubro yang sudah setiap tahun digelar tersebut turut diikuti peziarah dan ulama dari luar negeri seperti Malaysia, Madinah, Mekkah, Palestina, Thailand, Brunai Darussalam dan Yaman. Hadirnya peziarah dari mancanegara karena Ziarah Kubro masuk kalender pariwisata Kemenpar RI, sehingga setiap tahun jumlah peziarah mancanegara terus bertambah.
Rangkaian Ziara Kubro hari pertama meliputi ziarah ke pemakaman Al Habib Ahmad bin Syech Shahab di Masjid Darul Muttaqien, kemudian ziarah makam Habib Aqil bin Yahya dan pemakaman Al Habib Ahmad bin Syech Shahab. “Rangkaian hari pertama akan di tutup dengan makan siang bersama di Markas FPI Sumsel Jalan M. Isa Gubah Palembang, lalu Shalat Jumat bersama,” ujar Habib Mahdi.
Sementara itu, Komandan Kodim (Dandim) 0418/Palembang Letkol Inf Honi Havana, M.MDS. yang diwakili Pasandi Kodim Letda Inf Edy Gunawan menyampaikan, “Sungguh merupakan kehormatan, dapat diundang hadir dalam acara Haul Akbar ini, sebab dengan begitu kami dapat bersilaturrhami dengan para ulama dengan harapan akan mendapatkan rahmat dari Allah SWT”, ungkapnya.
Salah satu ajaran para ulama yang sampai saat ini tetap lestari dan masih berlangsung, karena tradisi baik adalah mencoba mengenang dan mengingat jasanya dengan menggelar haul. Haul adalah kegiatan bernuansa agama yang digelar saat hari wafatnya ulama dimaksud dengan tujuan untuk mengenang jasa selama hidup. “Inilah bedanya Ulama dengan Nabi. Ulama dikenal saat wafatnya, Nabi Muhammad pada hari lahirnya”, terang Letda Edy.
Teks : Herwanto
Editor : Sarono PS