SWARNANEWS.CO.ID, PALEMBANG | Dua bulan terakhir, beberapa wilayah di Indonesia diselimuti kabut asap. Pencemaran udara yang timbul akibat Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) ini, sudah sampai level membahayakan kesehatan. Paparan kabut asap bagi tubuh kita, memberikan dampak besar. Salah satunya menyerang saluran nafas sehingga menimbulkan penyakit ISPA (infeksi Saluran Perpafasan Akut).
Dr Zen Ahmad SpPD K-P, dari Divisi Pulmonologi RSUP Dr Moh Hoesin Palembang, Kamis (19/09/2019) memberi penjelasan, kalau kabut asap yang ditimbulkan akibat Karhutla, akan menghasilkan produk berupa gas yang mengandung partikel dengan ukuran berbeda, dari partikel berukuran besar hingga berukuran kecil.
Ukuran partikel yang terkandung dalam asap tersebut, sangat kecil, ada yang kurang dari 10 mikro meter. “Kalau rambut kita itu ketebalannya sekitar 60 mikro meter, nah kalau partikel dalam asap ini bisa sampai kurang dari 10 mikro meter. Jadi sangat kecil sekali,” sahut Dokter Zen. Partikel inilah yang dapat masuk hingga ke paru-paru melalui saluran pernafasan, sehingga akan menimbulkan batuk-batuk, sulit bernafas, dan lain-lain.
“Jika ada benda asing masuk ke dalam tubuh maka akan timbul iritasi. Timbul inklamasi pada saluran nafas. Jadi jalan masuknya oksigen semakin mengecil. Sehingga wajar kalau nafas kita menjadi sesak atau tidak lapang. Lalu timbul batuk, batuk kering batuk berdahak. Kalau paparan asapnya sedikit dan kondisi tubuh juga sedang sehat, mungkin tidak akan ada masalah. Tapi, jika paparan kabut asap dalam jumlah banyak, dan sering, sementara daya tahan tubuh lemah, dampaknya akan lebih cepat,” jelas dokter senior itu panjang lebar.
Ditambah lagi, jika orang tersebut sudah ada penyakit paru sebelumnya, seperti asma, maka asmanya akan bertambah parah. Atau ada gangguan jantung, maka dadanya akan sesak, nyeri, alami gangguan irama jantung, dan lain-lain. “Tergantung penyakit yang mendasarinya,” katanya lagi. Bukan hanya mengenai saluran pernafasan, partikel asap ini juga menimbulkan iritasi pada kulit jika terkena kulit, dan perih pada mata.
Dampaknya akan lebih cepat pada anak-anak yang masih kecil, orang-orang berusia lanjut hingga orang dengan kebutuhan oksigen naik, seperti ibu-ibu hamil. “Mereka inilah yang beresiko terkena dampak asap. Bisa saja ketika ada benda asing masuk tubuh, timbul iritasi sehingga terjadi proses peradangan,” tambah Dokter Zen.
Namun yang jelas, ada beberapa faktor yang dapat membuat seseorang menderita penyakit ISPA akibat terpapar kabut asap ini. Seperti, berapa lama terpapar asap, kebakaran lahan tersebut membawa partikel berukuran besar atau kecil, serta bagaimana kekuatan daya tahan tubuhnya saat itu.
Asap terbawa angin, makanya menyebar sampai ke lingkungan kita. Usahakan jika memang harus terpapar asap, jangan terus menerus. Jika memungkinkan jauhilah sumber kebakaran, semakin jauh akan semakin kecil resikonya bagi kesehatan. Tapi kalau terpaksa berada di wilayah dengan kualitas udara penuh asap, jangan terlalu sering melakukan aktivitas di luar. Bila terpaksa keluar rumah, gunakan masker untuk memblok partikel masuk ke dalam tubuh.
Kalau lebih gawat lagi kualitas udaranya, usahakan jangan sampai udara kotor itu masuk dalam rumah. Misalnya dengan memanfaatkan teknologi seperti memakai AC atau air purifier dalam ruangan. Jadi udara kotor dari luar ruangan diolah untuk memperoleh udara bersih. “Dinas pendidikan ada baiknya meliburkan anak-anak sekolah jika memang kualitas udara semakin buruk,” sambungnya.
Disinggung mengenai penggunan kain dakron sebagai masker, sebagaimana yang dihimbau Kemenkes RI, Dokter Zen berujar, apapun jenis maskernya yang penting dapat mencegah partikel masuk ke dalam saluran nafas. Ini tergantung kepadatan masker. Kalau kain dakron itu, kepadatannya tinggi otomatis akan langsung memblok partikel yang berukuran sangat kecil. “Yang juga bagus itu menggunakan masker N95 yang banyak dijual di pasar. Atau bisa meminta langsung dari Dinnas Kesehatan,” sebutnya.
Kabut asap membahayakan karena dapat menimbulkan pneumonia terutama pada anak-anak. Dokter Zen berujar, penyakit ini muncul akibat kandungan karbon monoksida (CO) yang terdapat dalam asap kebakaran. Ketika CO masuk ke dalam tubuh, akan berkompetisi dengan Oksigen (O2) dalam darah (Hb atau Hemoglobin). Darah akan lebih menyukai mengikat CO ketimbang O2. Ikatan Hb 10 kali lebih kuat ke CO dibandingkan O2.
“Sementara jumlah Hemoglobin anak-anak lebih sedikit dibandingkan orang dewasa, ditambah lagi oksigennya yang berkurang akibat ada karbon monoksida dalam darah. Makanya jadi lebih fatal. Begitupun hal yang sama terjadi dengan orang lanjut usia. Malah ini dapat sebabkan kematian,” jelas dokter berperawakan Arab ini.
Apabila anak sudah terlanjur alami batuk, sesak nafas yang lebih dari biasanya, segeralah bawa ke dokter. “Biasanya gejala akan timbul jika jumlah partikel yang masuk dalam tubuh tidak seimbang dengan kekuatan daya tahan tubuhnya. Tapi, lebih baik lagi lakukan pencegahan sebelum itu terjadi,” jelas Dokter Zen.
Selain menjaga dan meminimalisir agar tidak terpapar langsung kabut asap, Dokter Zen juga menyarankan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Terapkan pola hidup sehat, istirahat yang cukup tidur yang cukup, tidak melakukan aktivitas berlebihan, dan konsumsi makanan sehat. “Serta jangan merokok, menghisap asap rokok itu sama saja dengan kita menghisap asap dari kebakaran hutan tersebut,” katanya sembari tersenyum. (*)
Teks/editor: maya