SWARNANEWS.CO.ID, PALEMBANG | Bayi kembar siam Aysha yang dirawat intensif di RS Moh Hoesin paska operasi pemisahan beberapa waktu lalu, Rabu (04/09/2019), tidak dapat bertahan. Aysha dinyatakan meninggal dunia pukul 10.55 Wib. Aysha mengikuti jejak saudaranya Alisya yang terlebih dulu berpulang ke Rahmatullah, beberapa hari sebelumnya.
Dalam rilis yang diterima Swarnanews.co.id, Rabu malam (04/09/2019), sebelumnya bayi kembar siam berjenis kelamin perempuan, berusia 2 hari dirujuk dari RSUD tanggal 14 Agustus 2019. Bayi merupakan anak pertama yang dilahirkan secara operasi caesar dengan usia kehamilan 35 minggu karena eklamsi. Saat lahir tampak perut dan dada bayi saling menempel.
Lahir tidak langsung menangis. Bayi pertama menangis kuat setelah di resusitas Bidan bayi kedua tampak biru. Berat total bayi saat lahir 2340 gram.
Pada kasus ini tidak mungkin untuk menyelamatkan keduanya atau mengorbankan keduanya, jadi harus memilih menyelamatkan salah satu bayi. Tim dokter RSMH memutuskan untuk menyelamatkan bayi yang sehat dengan melakukan operasi pemisahan, dengan risiko bayi parasit akan meninggal karena bayi yang parasit tidak memiliki saluran napas (tenggorokan) dan tidak terbentuk paru-paru.
TIM bedah RSMH telah berhasil melakukan sendiri operasi pemisahan bayi kembar siam Orin pada tanggal 27 agustus 2019 dengan pengampu tim dokter kembar siam RS Dr. Soetomo Surabaya. Selanjutnya paska operasi pemisahan bayi dirawat di ruang neonatal intensive care unit (NICU) dengan menggunakan alat bantu napas yang langsung terpasang hingga ketenggorokan dan antibiotik untuk mengatasi infeksi yang mungkin terjadi karena tindakan operasi pemisahan.
Dua hari pertama
Kondisi pasien stabil dengan terpasang akses infus pada pembuluh darah besar untuk pemberian nutrisi, obat-obatan dan pemantauan tanda vital, pasien juga terpasang selang kencing. Tampak rem besan cairan pada luka operasi dan mengalami satu kali periode demam.
Hari ketiga
bayi tidak menggunakan alat bantu napas yang langsung terpasang hingga ke tenggorokan lagi dan digantikan dengan alat bantu napas melalui hidung (NIV) selama 3 hari. Dilakukan pemeriksaan darah evaluasi dengan kesan kurang darah merah, kadar protein darah yang rendah dan penanda infeksi yang meningkat. Darah merah, protein dan antibiotik tambahan diberikan pada bayi.
Hari kelima
Paska operasi bayi kembali sesak, perut semakin membesar dan tidak buang air besar. Bayi kembali diberikan alat bantu napas yang langsung terpasang hingga ketenggorokan. Evaluasi darah kembali dilakukan dan masih didapatkan kadar darah merah dan trombosit yang rendah, penurunan fungsi ginjal berat dan penanda infeksi yang tetap tinggi. Hal ini dimungkinkan karena bayi kurang bulan memiliki daya tahan tubuh yang lebih rendah sehingga tidak memberikan respon baik terhadap pemberian antibiotik dan infeksi semakin meluas. Bayi diberikan infus anti body (IVIG) untuk membantu mengatasi infeksi.
Pada hari kedelapan
Perawatan tampak perdarahan dari saluran pencernaan sehingga bayi diberikan transfusi faktor pembekuan darah. Keadaan bayi semakin memburuk akibat kegagalan berbagai organ tubuh yang disebabkan oleh infeksi berat (sepsis).
Pada hari kesembilan
Paska operasi keadaan pasien semakin memburuk, denyut jantung dibawah batas normal sehingga diberikan obat penguat jantung namun tidak ada respon. Pasien dinyatakan meninggal pukul 10.55 WIB. (*)
Teks: rilis
Editor: maya