SWARNANEWS.CO.ID PALEMBANG Siapa yang tidak kenal penyakit kanker usus atau kanker kolorektal. Penyakit ini terjadi akibat pertumbuhan abnormal pada sel-sel pada kolon atau rektum yang berubah menjadi sel kanker. Jika dulu kanker usus banyak menyerang usia 50 tahun ke atas, kini mulai mengenai anak-anak di bawah 12 tahun. Pola makan yang salah menjadi salah satu pemicu munculnya penyakit mematikan ketiga di Indonesia tersebut.
Menurut dr M Hafidh Komar SPB – KBD, Dokter Spesialis Bedah Digestif dari RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang, sebagian besar kanker kolorektal berawal dari suatu polip, pertumbuhan yang jinak atau tidak bersifat kanker pada lapisan mukosa kolon atau rectum, yang kemudian berkembang menjadi pertumbuhan abnormal (bersifat kanker).
Polip atau daging tumbuh yang timbul di usus besar ini ukurannya kecil, diameternya kurang dari 1 cm. Hanya saja, polip ini perangainya ada yang jinak dan ada pula yang ganas. “Jika polip berperangai ganas tumbuh besar, dia akan menjadi kanker. Dan apabila tumbuhnya sudah menutupi saluran usus besar, penderita sulit untuk buang air besar ataupun kentut,” ujar Dokter Hafidh.
Kanker usus perlu diwaspadai, karena menjadi penyebab kematian terbanyak ketiga di Indonesia. Penderita kanker usus hendaknya melakukan deteksi dini. Sebab, jika ditemukan masih pada stadium awal, pengobatan dapat dilakukan sampai tuntas. Namun, jika sudah parah baru datang ke dokter, penangananya akan lebih sulit. “Tapi mayoritas yang terjadi sekarang kalau sudah parah baru datang ke dokter,” serunya.
Dokter akan melakukan screening atau deteksi dini, terutama jika pasien dengan resiko, sbb:
– Berusia lebih dari 50 tahun ke atas
– Pasien dengan riwayat polip (pernah menderita polip di usus besar, berpotensi akan terkena lagi)
– Faktor keturunan, ayah atau ibu atau kedua-duanya pernah menderita kanker kolorektal.
– Pasien dengan riwayat radang usus (inflammatory bowel disease) atau inflamasi pada usus, seperti Kolitis.
“Akibat terjadinya peradangan usus, bagian dalam mucosa sel akan berubah perangai, dari jinak menjadi ganas. Ini terjadi karena inflamasi yang terjadi terus menerus,” kata Dokter Hafidh.
Proses screening paling sederhana yang dilakukan dokter yakni, dengan endoskopi atau kolonoskopi, yakni memasukkan alat kamera melalui lubang anus sampai ke dalam usus besar. Alat dimasukkan bisa sampai 1 meter sesuai dengan panjang usus besar. Biasanya pasien sebelum dilakukan kolonoskopi, dibius terlebih dulu.
Adapun tanda-tanda kanker kolorektal yang umum yakni BAB berdarah lendir sampai berhari-hari, atau pasien kesulitan BAB. “Itu kalau sudah parah, kalau dia tidak bisa BAB lagi, maka dokter akan membuatkan saluran baru untuk keluarnya BAB di dinding perut (kolostomi). Biasanya yang seperti ini kankernya sudah stadium 4.” lanjutnya.
Penyebaran kanker kolorektal yang terbanyak ke hati. Kalau dengan kondisi itu, baru datang ke dokter, bearti sudah terlambat. “Bagusnya kita lakukan CT Scan. Seharusnya semua pasien kanker dilakukan CT Scan untuk mengetahui stadium kankernya. Apakah ada penyebaran. Apakah sudah ke kelenjar getah bening atau sudah keluar dari usus.”
Tahapan stadium kanker kolorektal, terdiri dari empat
– Stadium pertama, kanker hanya sebatas mucosa usus besar
– Stadium dua, kanker sudah hamper menembus lapisan otot dari dinding usus
– Stadium tiga, kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening
– Stadium empat, kanker sudah menyebar ke seluruh organ tubuh, paling sering mengenai hati, tulang hingga otak.
Jika masih tahap stadium awal, pasien akan dikolonoskopi untuk selanjutnya dilakukan pengangkatan polip. Sementara jika telah sampai stadium kedua, maka pasien harus dioperasi.
Penyebabnya, kanker usus mayoritas akibat pola makan yang salah, seperti konsumsi kurang serat, sering makan daging merah. Sementara mengonsumsi daging putih kayak ikan, justru menjadi faktor protektif. Lalu, kurang vitamin D, merokok, kurang aktivitas, obesitas merupakan faktor resiko terjadinya kanker kolorektal
“Sekarang penderita kanker kolekteral sudah alami pergeseran. Jika dulu paling sering terkena usia di atas 50 tahun, sekarang anak-anak usia 11 tahun sudah ada yang kena, stadium empat lagi, sudah parah,” kata Dokter Hafidh. Dia juga mengaku, dalam sehari dirinya bisa mengoperasi 2 penderita kanker usus di RSMH tersebut. Ini menunjukkan kalau kasus penderita kanker usus di Sumatera Selatan ini termasuk tinggi.
Jika sudah terkena kanker usus, berapa usia harapan hidupnya? Untuk stadium empat, angka harapan hidup dalam lima tahun, kurang dari 10 persen. Jadi misalnya dalam 100 orang penderita kanker usus, maka yang bertahan hidup dalam lima tahun hanya 10 orang.
Sementara penderita kanker stadium tiga, usia harapan hidup dalam lima tahun, 50-70 persen. Stadium dua, usia harapan hidupnya sekitar 70-80 persen, dan stadium satu, usia harapan hidupnya sampai 90 persen.
Pada kasus kanker kolorektal stadium satu atau awal, polip yang ada sudah diangkat, namun harus tetap dimonitor dengan melakukan kolonoskopi ulang untuk menilai apakah ada kemungkinan timbul lagi atau adanya timbulnya polip baru.
Bagaimana jika kanker sudah menyebar? Jika telah berhasil diangkat semua kankernya yang ada di kolon dan penyebaranmaka potensi untuk sembuhnya besar. “Tapi ini syukur-syukur semua kanker berhasil diangkat, kalau ternyata sudah menyebar kemana-mana, tidak bisa lagi,” lanjutnya.
Sementara untuk proses kemoterapi, tujuannya untuk mematikan sel kanker yang tersisa dan mencegah timbul kembali. Jika penderita sudah stadium empat, kemo dilakukan jangan sampai kanker semakin besar dan parah. Jadi sifatnya hanya pengobatan paliatif. (*)
Teks/Editor: Maya/Asih