Jembatan Musi VI Antara  Harapan dan Penantian

November Dipastikan  Kembali Dikerjakan
Geliat Ekonomi Kreatif Menjanjikan

 

Pembangunan jembatan Musi VI  yang kini sudah tersambung di bagian bentang tengah sejak setahun lalu, masih mengundang sejuta tanya sekaligus harapa. Betapa tidak, pengerjaan proyek besar ini terhenti dan terkatung-katung sejak awal 2019 lalu.  Tak saja isu masih dilakukan lelang ulang, namun sisa pembayaran pembebasan lahan pun ternyata belum juga usai. Padahal, sisi lain, masyarakat berharap banyak dengan terselesaikanya Musi VI mampu mendorong geliat ekonomi kreatif kawasan 32 Ilir  dan kawasan Ulu jembatan Musi VI   sekitarnya hingga 50 persenan. Inilah tonggak harapan dibangunnya Musi VI dipetakan mampu menaikkan income PAD Palembang sebagai aset wisata baru sekaligus roda baru pertumbuhan ekonomi kreatif di Kota Pempek ini.

SWARNANEWS.CO.ID, PALEMBANG | Pantauan  Swarnanews. Co. Id di area kawasan ini, setidaknya ada 21 pengusaha songket kawakan yang dimotori oleh Zainal Songket, si Raja Songket yang juga aktif melestarikan budaya Palembang hingga ke level mancanegara. Ada juga Cek Ipah dan kroni usahanya kian membooming. Ditambah lagi potensi ekonomi kreatif pengrajin panganan tradisional di kawasan ini terkenal enak dan super murah, kini masih digandrungi pasar. Juga potensi industri pinggiran bahan bangunan, kerajinan tangan lain, juga sederetan pabrik karet yang terbentang tak jauh dari kawasan ini.

Sementara di sisi Ulu jembatan  ini, merupakan pusat potensial pembuatan makanan khas Palembang, kemplang, pempek, bahkan  rokok kretek lama pun masih bercokol di kawasan Ulu jembatan  ini.

Jika dihitung kasat mata, nilai ekonomi potensial membentang diantara Ulu dan Ilir jembatan  Musi 6 akan mampu mengerek pendapatan  masyarakat sekitar hingga 50 persenan, lantaran  arus barang keluar lebih cepat dipasarkan setelah Jembatan Musi VI selesai.

“Wah, bisa lebih cepat 40 menitan dek, kalau bawa kemplang dari Ulu ke sini, muter jembatan Ampera macetnya nak matilah, kami tunggu nian  Musi 6 ini jadi. Tapi malah idak selesai -selsai, ” ujar Sisi (27) pemilik dagangan Kemplang sekaligus Sasah  Cell yang tak jauh dari bawah Jembatan Musi VI saat dijumpai (7/10/2019).

Ia coba menghitung, jika harga bisa hemat waktu hingga 40 menit lebih cepat, bensin pun bisa diirit. Biasanya isi Rp. 20 ribu untuk motor bisa dua kali per lima hari, saya yakin bisa sampai 8 hari baru isi bensin dua kali. “Lumayan  hemat 50 persen lebih dari sisi bensin. Kan lumayan untuk nambah modal kalau bisa irit mbak, kalu jembatan ini selesai, ” imbuhnya.

Selain kemplang, ia harus mengangkut pempek buatan  saudaranya di Ulu untuk dijual di kawasan 32 Ilir setiap hari di lingkungan  Universitas Sjahyakirti Palembang.

Hal senada bahkan dilontarkan oleh Tukang Ojek Syamsir (53), mengaku tak sabar lagi menunggu jembatan selesai.

“Ojekan bakal banyak mbak, biasanya naik perahu, bisa jadi naik ojek lebih murah ke seberang Ulu. Ada yang menuju pasar Jakabaring, bahkan banyak pedagang yang lewat sini,” ungkapnya.

Ia berharap perekonomian rakyat kecil makin bergairah, jika jembatan Musi VI selesai. Akses transportasi akan lebih hemat dan cepat antara Ulu dan Ilir, dimana potensi ekonomi kreatif di Ulu dan Ilir jembatan ini sangat besar.

Sejak awal 2019, dirinya mengaku tak pernah melihat ada pekerja di sekitar lokasi. Bahkan beberapa alat berat telah dipindahkan ke dalam lokasi proyek.

Menurut yang ia ketahui, pembebasan lahan di Ilir sudah selesai. Namun ia dengar masih belum tuntas pembebasan lahan di Ulu.

Dirinya  dan tetangga lain, mengaku juga sempat melihat beberapa kali lampu led diuji coba saat malam hari dan memunculkan tulisan ‘Jembatan Musi VI’.

Jadi Aset Pertumbuhan Wisata Baru

Sementara itu, menurut Wali Kota Palembang, Harnojoyo, PAD Kota Palembang sekitar 94 persen disumbangkan dari pajak restoran, pajak hotel, tempat rekreasi dan sejenisnya.

Sedangkan sisanya sebesar 6 persen, disumbangkan dari Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), bagi hasil dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel serta Pemerintah Pusat dan lainnya.

Untuk itu, pihaknya berusaha memaksimalkan sektor lain yang potensial, seperti tradisi dan kebudayaan, kuliner dan kerajinan yang mencirikan kota Palembang.

Sektor kearifan lokal inilah yang dibidik Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang untuk bisa meningkatkan pendapatan kota Palembang dan mendongkrak kesejahteraan masyarakatnya.

Dari sektor pariwisata, ada banyak tujuannya, mulai dari wisata air, wisata belanja dan wisata kuliner, termasuk Musi VI butuh dikemas seapik mungkin agar menarik untuk dilewati dan dikunjungi.

Salah satu sektor pariwisata kearifan lokal adalah kerajinan kain tenun dan kain jumputan khas Palembang berapa di area Jembatan Musi VI.

Pemkot Palembang berharap bisa memberikan ruang kepada para pengrajin kain tenun  dan usaha songket untuk lebih mudah memasarkan produknya dan menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah tidak harus berpatokan dari hasil SDA(Sumber Daya Alam) layaknya kabupaten/Kota lain memiliki batubara, kopi, karet, dan potensi alam lainya. Palembang punya sumber daya lain aset wisata, budaya, perdagangan, perhotelan, dan lainya yang  bisa dikembangkan dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) masyarakat lokal.

Dari data secara nasional ada sekitar 57,9 Juta unit UMKM dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 107,7 Juta orang. Dimana, UMKM strategis dinilai Bank Indonesia dapat menyelamatkan dari keterpurukan perekonomian di daerah.

“Kita mendukung wilayah Sumsel, jadi tidak hanya menunggu dari hasil karet, tapi bisa dari usaha ekonomi kreatif yang ada di kota. Sehingga akan ada perekonomian yang tumbuh secara maksimal,” ungkapnya.

Pembebasan Lahan Sudah Dianggarkan  Kembali

Pjs ketua DPRD Sumsel, Anita Noeringhati

Sementara itu Jembatan Musi VI yang dianggarkan ditahun jamak, ternyata belum selesai karena terkendala di pembebasan lahan dipastikan sudah dianggarkan kembali tahun ini.

“Sebenarnya di tahun 2018 kemarin, sudah dapat di nikmati, ternyata belum selesai karena terkendala di pembebasan lahan,” kata Pejabat Sementara (Pjs) ketua DPRD Sumsel Anita Noeringhati, ditemui di ruangannya, Jumat (4/10/2019)

Tahun 2019, proyek pembangunan Musi VI kembali di anggarkan pada rapat perubahan sebesar 11,5 miliar rupiah. Dana tersebut dipergunakan untuk penyelesaian penutupan lantai jembatan. Nantinya, tahun 2020 bakal tinggal menyelesaikan pendukung Jembatan Musi VI

“Tahun 2020, Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR) harus mengusulkan kembali anggaran untuk pembebasan lahan yang disetujui tahun 2018 kemarin.

Memang ada beberapa yang belum terbebas lahan itu, karena masih bermasalah dalam penyelesaian jembatan Musi VI,” jelasnya

Walau demikian,  DPRD Sumsel telah menganggarkan lebih dari 200 miliar di tahun 2018, namun anggaran tersebut  dikembalikan kas negara dan telah di pertanggung jawabkan pada APBD 2019.

“Anggaran 2019, tidak terpakai di Musi VI dan dialihkan untuk penyelesaian pembangunan jembatan-jembatan di kabupaten lainnya di Sumsel,” paparnya

“Pembebasan lahan itu terkendala karena belum ada kesepakatan dari warga,  sekarang sudah banyak di bebaskan. Mudah-mudahan tahun 2019 bisa selesai,” tambahnya

Untuk pembebasan lahan Musi VI,  tidak begitu ada masalah, bermasalah itu pembebasan lahan jembatan Musi IV. DPRD Sumsel telah menganggarkan sampai bulan Oktober namun belum  terealisasi.

“Saya pernah duduk di ketua komisi IV dan sekarang ketua DPRD, ini menjadi pekerjaan rumah (PR). Karena anggaran sudah disahkan tahun lalu kenapa belum diselesaikan, jika ingin menata dan meniti kenapa harus sampai akhir tahun,”  ucapnya

“Saya tunggu sampai akhir tahun, ini bukan ancaman tetapi sebagai bentuk komitmen kerjasama antara DPRD dengan Pemprov Sumsel di bidang anggaran,” tegasnya

Fungsi DPRD itu mengenai anggaran yang direncanakan dan disetujui secara bersamaan. DPRD menyetujui dari Pemprov kenapa belum dilaksanakan

Ditempat terpisah, warga Seberang Ulu 1 mengeluhkan karena sampai sekarang belum ada tindaklanjut ganti rugi pembebasan lahan Musi VI. Diharapkan secepatnya diselesaikan

“Dari tahun kemarin warga selalu dijanji-janjikan, memang sebagian sudah dibayar ganti rugi pembebasan lahan. Tapi, tolong perhatikan yang tinggal sisa ini,” kata warga Kelurahan 1 Ulu laut

Kepala Dinas PU Bina Marga dan Tata Ruang Sumsel Darma Budhi

Sementara itu, warga Seberang ilir juga mengeluh nasib mereka tak kunjung datang, proses pembebasan dan ganti rugi sudah lama dilakukan namun tinggal pembayaran.

“Kami tinggal menunggu bae pak, jika sudah selesai pembayaran secepatnya akan pindah. Takutnya, tahun ini belum selesai juga, rumah la sudah di panjari tahu-tahunya urung pembayaran,” harap Putra warga 32 Ilir.

November Dikerjakan Lagi juga Dilengkapi Fasilitas Pendukung

Bahkan Gubernur Sumsel Herman Deru, sempat menegaskan, akses menuju jembatan Musi Enam ini akan ditingkatkan seperti disediakannya fasilitas umum. Sehingga  jembatan ini dapat menjadi objek wisata baru menarik masyarakat.

Sementara itu, Kepala Dinas PU Bina Marga dan Tata Ruang Sumsel Darma Budhi menjelaskan, pihaknya sangat berterimakasih kepada masyarakat yang selalu mengingatkan progres pembangunan jembatan Musi VI ini.

Pembangunan Jembatan Musi VI ia pastikan akan dimulai lagi pembangunannya bulan depan.

‘”InsyaAllah akan kami mulai pada awal November, saat ini sedang  persiapan proses lelang. Pembangunan meliputi pengecoran dua bentang di Seberang Ilir. Disamping itu saat ini kami juga sedang menghitung ulang biaya lahan yg belum dibebaskan. Pembangunan secara keseluruhan akan kami Laksanakan pada TA 2020. Sebab ada lelang baru, dan masa pemeliharaan kontrak lama juga akan berakhir pada bulan Desember 2019. Anggaran APBD-P sebesar Rp. 11,5 M, perkiraan masa kontrak 50 hari, “jelas Budi.

Perlu diketahui, dana yang dibutuhkan untuk penyelesaian pembangunan Jembatan Musi VI senilai Rp 87 miliar. Sejauh ini, progres pengerjaan pun telah mencapai 84 persen.

Dharma mengungkapkan, pembangunan jembatan Musi VI dimulai pada tahun 2015 menggunakan dana APBD Provinsi Sumsel. Pada tahap pertama, pembangunan Jembatan Musi VI dilaksanakan tahun kontrak 2015, dengan jenis kontrak tahun jamak dan masa pelaksanaan 756 hari kerja dengan nilai kontrak Rp 344,3 miliar.

Selanjutnya di tahap kedua tahun 2017-2018 dengan nilai proyek Rp 219 miliar. Jembatan itu memiliki lebar 11,5 meter dan lebar 1.225 meter yang terbentang dari Ilir ke Ulu.

Teks : Asih/Iwan
Editor : Asih

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

22 komentar