Karhutla ‘Bikin Sakit’  Ekonomi Sumsel

SWARNANEWS.CO.ID, PALEMBANG | Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan pada kuartal ketiga tahun 2019 ini boleh dikatakan sedang sakit. Ekonomi provinsi ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan triwulan kedua lalu. Perlambatan ini terjadi khususnya pada sektor ekspor, akibat pengaruh Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) yang menyerang Sumsel beberapa bulan belakangan.

Ekonomi Sumsel pada kuartal ketiga 2019, tercatat mengalami pertumbuhan 5,67 persen. Melambat jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya di angka 5,80 persen. Namun jika dibandingkan dengan rata rata nasional, pertumbuhan ekonomi Sumsel masih lebih bagus sebab nasional hanya tercatat tumbuh di kisaran 5 persen.

Dari data yang dipaparkan BPS Sumsel, setidaknya ada beberapa sektor yang mengalami perlambatan seperti pertanian, industri pengolahan dan ekspor. Kondisi industri pengolahan yang mengalami perlambatan karena banyak faktor. Meski, tidak semua industri pengolahan melambat.

Industri Tekstil dan Pakaian Jadi tumbuh 15,25%, sementara Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya tumbuh 52,01%. Tingginya produktivitas Industri Kayu, Barang dari Kayu karena tingginya permintaan produk kayu dan olahan dari luar negeri (ekspor), meningkat 30,65% dibandingkan triwulan ketiga 2018.

Sementara Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional tumbuh7,45% sejalan dengan kenaikan ekspor produkindustri farmasi dan bahan kimia organik. Industri Mesin dan Perlengkapan meningkat karena adanya peningkatan permintaan (ekspor) mesin dan peralatan listrik yang signifikan dibandingkan Tw 3. “Meski semua lini tumbuh, namun persentasenya tidak sebagus kuartal sebelumnya, makanya secara year to date di kuartal ketiga ini industri pengolahan mengalami perlambatan,” kata Kepala BPS Sumsel Endang Tri Wahyuningsih.

Di sektor pertanian, produksi padi meningkat karena mengalami panen namun mengalami perlambatan dibandingkan triwulan III-2018 akibat musim kemarau yang terjadi. “Fenomena El Nino yang bersamaan dengan musim kemarau, berdampak pada kemarau yang menjadi lebih kering dibanding tahun 2018,” jelasnya.

Di sektor karet, penyakit gugur daun karet yang disebabkan oleh cendawan (jamur) menyebabkan penurunan produksi karet.

Sementara untuk Produksi kayu bulat mengalami peningkatan sebesar 15,29 persen dibanding triwulan II-2019. Meningkatnya permintaan hasil olahan kayu keluar negeri, mendorong peningkatan produktivitas kayu bulat. Hal ini ditandai dengan peningkatan ekspor olahan kayu sebesar 31,88 persen.

Sementara perdagangan luar negeri, juga mengalami penurunan sangat signifikan. Ekspor sumsel turun akibat kebakaran hutan yang berkepanjangan. Perdagangan Luar Negeri, terutama ekspor di Sumatera Selatan pada tiga bulan terakhir terus mengalami penurunan, dan pada September 2019 nilai ekspor di Sumatera Selatan turun hingga16,87 persen atau lebih tinggi dari penurunan ekspor nasional yang di angka 1,29%. Dengan ekspor masih didominasi dari sektor nonmigas sebesar 90 persen.

Penurunan ekspor disebabkan menurunnya beberapa komoditas non migas yang memiliki share terbesar seperti Karet dan Barang dari Karet (share 34,52 %) menurun sebesar 14,89%, Bubur Kayu (share 31,22 %) menurun sebesar 12,75 %, dan Bahan Bakar Mineral(share 15,21 %) menurun sebesar 41,83 %. Serta menurunnya komoditas migas (share 8,94 %) menurun sebesar 19 %.

“Dampak Karhutla, Nilai Ekspor Sumsel Menurun. Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di sebagian wilayah Sumsel berdampak pada penurunan nilai ekspor di Sumsel, tercatat pada bulan Septembernilai ekspor Sumsel sebesar USD278,09 juta atau menurundibandingkan Agustus yang mencapai USD334,54 juta,” kata Endang.

Sementara sektor yang masih bergerak positif ada pada bidang pertambangan dan perdagangan. Serta realisasi belanja modal pemerintah juga memberikan progres bagus bagi laju pertumbuhan ekonomi Sumsel.

“Realisasi belanja modal Pemerintah Sumatera Selatan mengalami peningkatan sebesar 0,67 persen. Menurut Gubernur Sumsel progress perbaikan berbagai jalan provinsi yang tersebar di 17 Kabupaten/Kota mencapai lebih dari 70% sampai September 2019,” katanya.

Pembangunan beberapa infrastuktur yang berlangsung di Sumatera Selatan, seperti pembangunan jalan tol Kayu Agung – Lampung, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Mulut Tambang dan Transmisi Sumatera 500 kV. (*)

 

Teks: ilham

Editor: maya

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *