Swarnanews.co.id-Jakarta, 15/11/2019 | Uni Eropa (EU) meluncurkan komponen masyarakat sipil dari program Pemanfaatan Lahan Gambut dan Mitigasi Asap Berkelanjutan di ASEAN (SUPA) senilai 24 juta euro untuk mendukung upaya Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dalam memberantas pencemaran asap lintas batas dan kebakaran lahan gambut.
Program keseluruhan dibiayai dengan kontribusi 20 juta euro dari EU dan 4 juta euro dari pemerintah Jerman, demikian disampaikan dalam keterangan tertulis EU, Jumat.
Inisiatif baru ini mendukung tujuan Strategi Pengelolaan Lahan Gambut ASEAN (APMS) melalui tindakan kolektif dan peningkatan kerja sama, yang bertujuan meningkatkan manajemen lahan gambut berkelanjutan, mengurangi dampak buruk perubahan iklim, mengelola risiko kebakaran hutan, dan mengurangi asap lintas batas.
Program ini juga berkontribusi untuk mempertahankan mata pencaharian lokal dan meningkatkan manajemen lingkungan global.
Duta Besar EU untuk ASEAN Igor Driesmans berharap bahwa kawasan ASEAN akan menjadi lebih tangguh dan proaktif dalam pengelolaan lahan gambut berkelanjutan melalui program baru ini.
Program ini sangat penting dalam mengatasi akar penyebab kebakaran lahan gambut, terutama setelah kebakaran lahan gambut dan hutan baru-baru ini di wilayah ASEAN pada 2019, dengan total 857.755 hektare terbakar, jumlah yang lebih tinggi dari 529.266 hektare yang terbakar pada 2018 dan seterusnya.
Duta Besar Driesmans juga menunjukkan bahwa Program SUPA menandai tonggak penting bagi UE dan ASEAN, karena ini adalah inisiatif kerjasama regional pertama di bawah Program Indikatif Multi-tahunan UE-ASEAN (MIP) di bidang perubahan iklim.
Selain itu, ia menyoroti bahwa program berkontribusi pada komitmen UE untuk mengatasi masalah lingkungan global.
Ini termasuk pengurangan emisi karbon dari lahan gambut yang kaya karbon, dan konservasi keanekaragaman hayati yang unik dari ekosistem lahan gambut—rumah bagi flora dan fauna yang sangat terancam punah.
Dukungan EU untuk pengelolaan lahan gambut berkelanjutan ASEAN terdiri dari dua komponen utama yang saling menguatkan, yakni, pendekatan pemerintah, yang diterapkan oleh Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit dan pendekatan aktor non-negara, dilaksanakan oleh World Resources Institute Indonesia (WRI) bekerjasama dengan Tropical Rainforest Conservation & Research Centre Malaysia (TRCRC) dan IDH Sustainable Trade Initiative.
Kedua komponen akan bekerja secara kolaboratif untuk membantu ASEAN dalam mengatasi akar penyebab kebakaran hutan.
Meskipun banyak yang telah dicapai sejak 2015, untuk secara efektif mengimplementasikan Perjanjian Lintas Batas ASEAN, upaya untuk memerangi kebakaran lahan gambut dan mengekang dampak negatif dari perubahan iklim harus dipertahankan.
Sekretaris Jenderal ASEAN Dato Lim Jock Hoi menyoroti bahwa semangat kerja sama ASEAN dalam menangani masalah-masalah regional dan lintas batas tetap kuat dan sedang ditambah dengan tema ASEAN tahun ini yaitu “Memajukan Kemitraan Berkelanjutan”.
Kerja sama ASEAN dan mekanismenya akan terus melengkapi dan menambah nilai bagi prioritas negara-negara Anggota ASEAN di banyak bidang, dan secara simultan berkontribusi pada implementasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Lebih lanjut, Sekjen ASEAN menyebut bahwa bersama dengan Dialog Tingkat Tinggi ASEAN-EU tentang Lingkungan dan Perubahan Iklim yang diadakan awal November di Bangkok, dan proyek Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Pengelolaan Area yang Dilindungi di ASEAN (BCAMP), program SUPA adalah peluang lain yang disediakan oleh kerangka kerja sama ASEAN-EU yang akan bertindak sebagai dasar pengetahuan untuk membantu negara-negara anggota dan lembaga-lembaga terkait mencapai peningkatan kapasitas dan koordinasi regional dalam pengelolaan hutan dan lahan gambut yang berkelanjutan.
Teks/Editor : Antara/Asih