Swarnanews.co.id-Padang, 05/12 /2019- Guru besar Universitas Andalas (Unand) Padang Prof Nuraini mengemukakan lumpur dan bungkil sawit dapat menjadi pakan alternatif bagi ternak unggas dan berdasarkan penelitian yang dilakukan memiliki kandungan gizi dan protein yang cukup baik.
“Limbah pertanian seperti lumpur dan bungkil sawit dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif bagi ternak unggas di tengah masih mahalnya bahan pakan berkualitas yang mengandung gizi tinggi,” kata dia di Padang, Sumatera Barat, Kamis.
Ia menyampaikan hal itu pada orasi ilmiah pengukuhan sebagai guru besar tetap dalam bidang Ilmu Teknologi Pakan pada Fakultas Peternakan Unand dengan judul “Optimasi Nutrisi Pakan Asal Limbah Agro Industri dengan Fungsi Lignoselulolitik dan Hipokolesteronomik Untuk Unggas.”
Menurut dia, diperlukan pakan yang murah karena pakan konvensional masih diimpor seperti jagung dan bungkil kedelai, dan pemakaiannya masih bersaing dengan kebutuhan manusia.
Ia mengatakan beberapa pakan alternatif yang bisa digunakan seperti lumpur dan bungkil sawit bisa diperoleh dengan harga yang lebih murah.
Prof Nuraini menyebutkan Indonesia merupakan produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia dengan total produksi 22,5 juta ton per tahun.
Berdasarkan data yang dihimpun pada 2015 areal perkebunan sawit di Indonesia mencapai 11,2 juta hektare dan 2016 naik menjadi 11,9 juta hektare.
Semakin berkembangnya perkebunan kelapa sawit, kata dia, tentu akan menghasilkan limbah yang tinggi mencapai 45-46 persen dari pengolahan kepala sawit yang dihasilkan.
Menurutnya, setiap satu ton pembuatan minyak sawit menghasilkan sekitar 2-3 ton lumpur dan bungkil sawit. Lumpur sawit mempunyai kandungan gizi protein kasar 11,30 persen, serat kasar 25,67 persen, lignin 22,15 persen, selulosa 22,45 persen dan energi metabolisme 1.549 kilo kalori per kilogram.
Ia menemukan selama ini lumpur sawit yang dihasilkan industri pengolahan sawit belum dimanfaatkan secara ekonomis.
Sementara bungkil sawit mengandung protein kasar 16,60 persen, lemak 6,45 persen sehingga juga bisa dijadikan pakan ternak, ujarnya.
Untuk menyiasati kendala tingginya serat kasar dan rendahnya protein kasar dapat dilakukan fermentasi menggunakan kapang lignoselulotik.
Teks/Editor :antara/Asih