SWARNANEWS.CO.ID, PALEMBANG | Lokasi wisata ikon nama “Pagaralam” di Gunung Dempo, termasuk dalam habitat dan jelajah harimau, sehingga pemerintah setempat perlu membuat batas baru area wisata yang aman untuk pengunjung.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Lahat Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel, Martialis Puspito, di Palembang, Jumat (6/12/2019) mengimbau Pemerintah Kota Pagaralam, menata ulang kawasan wisata di Gunung Dempo yang masuk area hutan lindung karena berisiko tinggi terhadap konflik satwa liar.
“Misalnnya konflik harimau dengan wisatawan, 16 November 2019, di Tugu Rimau (1.820 mdpl). Lokasi itu memang jadi perlintasan harimau, jadi harimau tidak bisa disalahkan sepenuhnya,” ujar dia.
Dia mengatakan harimau di Gunung Dempo berasal dari kantong Bukit Dingin seluas 63.000 hektare yang terbentang dari Kabupaten Lahat, Kota Pagaralam, hingga Kabupaten Empat Lawang.
Hutan lindung di Gunung Dempo memiliki luas 28.740 hektare yang berbatasan langsung dengan lahan masyarakat, perkebunan pemerintah, dan berbagai desa di Kabupaten Lahat serta Provinsi Bengkulu.
Ia mengingatkan pemerintah dan masyarakat setempat agar tidak terlalu masif membuka wilayah yang masuk atau bersinggungan langsung dengan habitat harimau untuk pertanian maupun wisata.
Semua pihak, kata dia, diminta proaktif mengelola kawasan agar tidak terjadi konflik manusia dengan satwa liar. “Konflik-konflik yang terjadi bukan disebabkan harimau atau satwanya, tetapi kadang pengelolaan lanskap terlalu berisiko dengan lemahnya pencegahan konflik, maka kami mengimbau agar tugu tulisan Pagaralam diturunkan ke area di luar jelajah harimau,” kata Martialis.
Hingga saat ini, Pemerintah Kota Pagaralam masih membatasi akses ke beberapa lokasi wisata yang dianggap rawan pascaserangan harimau pada 16 November, termasuk Tugu Rimau dan akses pendakian juga ditutup untuk meminimalisir risiko konflik berulang. (*)
Teks: antara
Editor: maya