Gapki Siap Dukung Total Implementasi B30

SWARNANEWS.CO.ID, PALEMBANG | Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) ikut terlibat terkait kebijakan pemerintah pusat dalam implementasi program Biodiesel 30 persen (B30) yang sudah berjalan.

Hal tersebut diutarakan Ketua Gapki Cabang Sumsel terpilih, Alex Sugiarto usai
dilantik Pengurus Gapki Cabang Sumsel, periode 2019-2024, oleh Gapki pusat Joko Supriyono, di Hotel Harper, Rabu (12/2).

Menurutnya, B30 salah satu solusi upaya menepis isu negatif yang sering di perbincangkan orang luar. Tahun 2020, B30 bisa ditargetkan dan tahun 2021-2022 sudah beralih B40, sehingga terus meningkat.

“Kenapa harus pusing dengan permintaan luar, sedangkan Indonesia masih banyak kebutuhan. Kebijakan pemerintah inilah yang mendorong, walaupun harga sawit pengaruh akibat Corona virus. Tetapi, tidak begitu jatuh karena itu hanya eporia dalam arti kemungkinan ada pihak tertentu yang sengaja momennya untuk menjatuhkan harga sawit,” ungkapnya.

Sebenarnya, tidak ada sentimen negatif terhadap sawit saat ini dari sisi harga. Dampak situasi sekarang secara mayoritas buah trek panen sawit produksinya memang turun, seperti dua tahun sebelumnya banyak perusahaan atau petani tidak memupuk sehingga tanaman tidak berbuah.

Kemudian, untuk diluar seperti Malaysia tanaman sudah masuk replanting atau produksi nya sudah turun. Sisi lain, ada kebijakan B30, artinya penyerapan didalam negeri luar biasa.

“Virus Corona hanya eporia, memang sawit sempat turun dipertengahan Januari mencapai seribu rupiah perkilogram dari Rp 9.400 menjadi Rp 8.400, tapi setelah itu harga kembali naik. Walaupun, dua hari kemarin sempat mengalami gejolak sawit, dengan membawa isu-isu yang di mulai dari India mengurangi import,” terangnya

Dijelaskan, tujuan ekspor minyak sawit CPO Sumsel melalui tiga jalur via berbeda yakni Belawan, Dumai dan Lampung. Karena Sumsel belum ada pelabuhan langsung keluar negeri.

” Gapki berharap dan mendukung seandainya Pelabuhan Tanjung Siapi-api direalisasikan menjadi pelabuhan internasional, artinya benar-benar real hasil dari Sumsel bisa di ekspor langsung,” harapnya.

“Dengan adanya Pemerintah, Pertamina dan beberapa negara lain seperti Uni Eropa yang keluar sawit dari Indonesia, masa depannya positif secara pandang. Jika dilihat dari sisi harga, nabati sawit jauh lebih murah empat kali lipat per ton di bandingkan nabati lainnya, baik dari lahan sampai produksi,” tandasnya.

Teks : Iwan
Editor : Asih

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *