Di Balik Evaluasi Ada Tabir Tersembunyi?

Oleh : Suprihatin

Mahasiswa Pasca Sarjana Jurusan Teknologi Pendidikan Universitas Sriwijaya

SWARNANEWS.CO.ID, PALEMBANG – Suatu proses kegiatan biasanya akan dilakukan evaluasi untuk melihat bagaimana pencapaian, kualitas serta efektivitas terhadap kegiatan yang dilakukan.

Begitu juga dengan pendidikan, para pendidik akan menyiapkan soal-soal evaluasi sebelum diujikan kepada siswa. Evaluasi merupakan tahap penting dalam sistem pendidikan untuk mengukur pencapaian siswa, kualitas pengajaran, dan efektivitas program pembelajaran. Evaluasi ini biasanya berupa ujian, tugas, atau penilaian portofolio yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh siswa memahami materi yang diajarkan. Namun, meskipun tujuannya mulia, evaluasi pendidikan sering kali tidak lepas dari praktik kecurangan.

Siswa sering merasa tertekan untuk mencapai nilai yang baik sehingga tergoda untuk melakukan kecurangan, seperti mencontek atau bekerja sama secara tidak sah selama ujian. Tekanan ini bisa datang dari berbagai sumber, termasuk ekspektasi orang tua, persaingan dengan teman sebaya, atau standar tinggi yang ditetapkan oleh sekolah.

Dalam konteks ini, evaluasi pendidikan yang seharusnya menjadi alat untuk mengukur kemampuan dan pemahaman siswa justru kehilangan esensi ketika siswa lebih fokus pada hasil daripada proses pembelajaran.

Selain siswa, kecurangan dalam evaluasi pendidikan juga bisa terjadi di tingkat guru.

Beberapa guru mungkin merasa terdorong untuk membantu siswa dalam ujian atau bahkan memanipulasi nilai mereka agar sekolah terlihat lebih baik. Hal ini bisa terjadi karena guru juga berada di bawah tekanan untuk menunjukkan bahwa metode pengajaran mereka efektif dan bahwa siswa di bawah bimbingan mereka berhasil.

Pada akhirnya, hal ini tidak hanya merugikan integritas evaluasi, tetapi juga menciptakan ilusi bahwa sistem pengajaran berjalan dengan baik, padahal tidak sepenuhnya demikian.

Dampak kecurangan dalam evaluasi sangat merugikan, baik bagi individu maupun institusi. Individu yang tidak terlibat dalam kecurangan merasa dirugikan karena prestasi mereka tidak diakui secara adil.

Dalam pendidikan, siswa yang jujur tidak mendapat pengakuan yang layak, sementara mereka yang curang mendapat keuntungan. Di dunia kerja, karyawan yang bekerja keras dan jujur mungkin tidak mendapat penghargaan yang pantas karena hasil evaluasi yang tidak objektif.

Di sektor publik, masyarakat kehilangan kepercayaan pada pemerintah ketika kecurangan dalam evaluasi terungkap.

Salah satu penyebab utama kecurangan dalam evaluasi pendidikan adalah sistem yang terlalu berorientasi pada hasil dan nilai.

Ketika fokus pendidikan bergeser hanya pada angka dan nilai akhir, proses pembelajaran menjadi terabaikan. Sistem ini menekan siswa untuk mencapai hasil tertentu tanpa mempertimbangkan proses dan pemahaman mendalam yang sebenarnya lebih penting.

Dalam situasi seperti ini, siswa cenderung menganggap bahwa yang terpenting adalah hasil akhir, bukan bagaimana mereka mencapainya. Solusi untuk mengatasi kecurangan dalam evaluasi pendidikan harus dimulai dengan mengubah pendekatan evaluasi itu sendiri. Evaluasi tidak boleh hanya terfokus pada tes seperti pengerjaan soal yang berpotensi mendorong siswa untuk mencari jalan pintas.

Evaluasi alternatif, seperti penilaian proyek, observasi, dan portofolio, dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kemampuan siswa.

Selain itu, evaluasi berkelanjutan yang tidak hanya dilakukan di akhir semester tetapi sepanjang proses belajar juga dapat mengurangi tekanan bagi siswa.

Selain perubahan dalam pendekatan dan pengawasan, penting juga untuk menciptakan budaya pendidikan yang menghargai proses belajar, bukan hanya hasil akhir. Ketika siswa didorong untuk menghargai proses belajar sebagai bagian penting dari pertumbuhan mereka, tekanan untuk mendapatkan nilai sempurna akan berkurang.

Sekolah harus menekankan pentingnya pemahaman, keterampilan berpikir kritis, dan kolaborasi, bukan hanya penguasaan materi untuk ujian. Transparansi dalam proses evaluasi juga harus ditingkatkan untuk mencegah kecurangan.

Misalnya, ujian dan penilaian harus dilakukan dengan mekanisme pengawasan yang lebih baik. Penggunaan teknologi seperti pengawasan online atau software yang membantu agar kecurangan dapat dikendalikan juga  dapat membantu mengurangi kecurangan selama ujian atau dalam tugas-tugas tertulis.

Selain itu, evaluasi yang diadakan secara mendadak dapat  menjadi salah satu cara untuk memastikan bahwa siswa tidak memiliki kesempatan untuk mempersiapkan kecurangan. Selain mekanisme pengawasan yang lebih baik, penting juga untuk menanamkan rasa tanggung jawab di kalangan semua pihak yang terlibat dalam evaluasi.

Evaluasi yang bersifat jujur dan transparan merupakan dasar dari kemajuan serta perkembangan ke arah yang lebih baik.

Ini berlaku dalam dunia pendidikan, bisnis, maupun institusi-institusi lainnya. Maka dari itu penguatan etika, pengawasan yang ketat, serta pemberlakuan sanksi yang tegas harus menjadi prioritas untuk menjaga integritas evaluasi di semua sektor https://cchrnr.org/. (*)