SWARNANEWS.CO.ID, PALEMBANG – Bulan Ramadhan 1445 H sudah berakhir, yang ditutup dengan Hari Raya Idul Fitri. Umat Islam dituntut untuk tetap menjadi kaum mukminin yang istiqomah di jalan Allah SWT.
Demikian dikatakan Dr Ir Ahmad Rizal SH MH FCBArb, FHArb, saat menjadi Khatib Masjid Darul Iman, Jalan Jaya 16 Ulu Palembang, Jumat 26 April 2024.
“Kita baru saja menyesaikan tugas kita menunaikan ibadah puasa selama bulan Ramadhan.
Dan baru saja merayakan Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Kemenangan Umat Muslim kaum mukminin, karena telah berhasil melaksanakan Ibadah Puasa beserta ibadah-ibadah lainnya selama Bulan Ramadan,” ujar Da’i yang juga seorang Arbiter Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI).
Ahmad Rizal membeberkan mengenai makna Idul Fitri. Menurutnya, Idul Fitri melahirkan kembali umat muslim dalam keadaan yang bersih seperti pakaian yang putih bersih yang telah dicuci.
Ia pun berharap sebagai Umat Muslim, mudah-mudahan kita tetap istiqomah di bulan bulan berikutnya, yakni, dengan menjaga kefitrian tersebut.
Kemudian, saat Idul Fitri kita mengadakan halal bi halal mengunjungi sanak keluarga dan sahabat untuk bermaaf maafan.

Tidaklah hina bagi seseorang untuk meminta maaf, tetapi tidak juga membanggakan seseorang untuk memaafkan.
“Tetapi yang mulia itu adalah saling maaf-memaafkan,” tukas mantan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumsel periode 2005-2015.
“Jika kita menarik ke belakang dalam Bulan Ramadhan, tentu kita akan ingat dengan Surat Albaqarah ayat 182: Hai orang-orang yang beriman, berpuasalah kamu seperti orang-orang sebelum kamu. Supaya kamu menjadi Taqwa,” ujar Ahmad Rizal.
Dijelaskannya, jika kita telah sungguh-sungguh menjalankan ibadah puasa, tentu kita akan masuk dalam orang-orang, Yaa ayuhallazi Naamanu (Hai Orang-Orang yang beriman).
“Karena seruan ini, memang untuk orang-orang yang beriman. Panggilan ini bukan Yaa Ayuhannas (Hai Manusia). Atau Ya ibadi (Wahai Hambaku), bukan. Tetapi untuk orang-orang Beriman,” ujar lulusan Program Doktor Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Bandung.
Ahmad Rizal menyebut, kalau saat ini orang muslim banyak.
Ia mencontohkan saat Sholat Idul Fitri, seluruh masjid dan mushola penuh membeludak oleh jemaah.
“Bahkan di masjid Agung, jemaah sampai tumpah ruah ke jalan raya hingga jembatan Ampera,” katanya lagi.
Itu menunjukkan jumlah kaum muslimin. Tetapi apakah itu menunjukkan jumlah kaum Mukminin? Tidak.
“Kita lihat pas Jumat, walaupun masjid penuh tetapi jemaah tidak tumpah sampai ke jalan jalan. Jadi masih banyak yang tidak taat,” sambung Ahmad Rizal lagi.
Apa artinya orang beriman? Yang taat dan patuh menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah. Itu baru masuk golongan kaum mukminin.
“Kita merasakan pas bulan puasa kemarin, menahan lapar dari Subuh sampai jelang Maghrib. Karena supaya kita merasakan bagaimana saudara-saudara kita yang kurang beruntung, yang sering menahan rasa lapar dan kekurangan ekonomi.”
“Dengan kita menahan lapar kita berempati kepada saudara-saudara kita yang kurang beruntung tersebut. Sehingga membuat kita mampu mengeluarkan infak dan sedekah kita. Sangat beda dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya,” seru mantan Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas).
Dengan berpuasa, mendorong umat Muslim untuk memperbanyak berinfaq.
“Bedanya zakat, infaq, sedekah. Zakat itu menenangkan hati, kenapa? Dalam zakat ada hak orang lain yang kita keluarkan.”
“Tapi kalau infaq, sedekah, itu membahagiakan diri kita, karena membagikan milik kita pada saudara-saudara kita, walaupun kita dalam keadaan terbatas,” sahutnya lagi. (*)