Ambulans

Swarnanews.co.id |Belum hilang air matanya, ibu tersebut harus pontang panting dan mondar mandir mengurus mobil ambulans/jenazah di Rumah Sakit Umum Daerah RSUD) Abdul Moeloek Lampung. Suaminya baru saja meninggal mendadak di ICU rumah sakit milik pemerintah tersebut.

Di bagian mobil ambulans/jenazah RSUD Abdul Moeloek, ia harus dipaksa bernego dengan oknum petugas setempat, agar jenazah suaminya segera dibawa ke rumah di Kemiling. Padahal, ia masih kalut. Sedangkan petugas di bagian ICU sudah tidak tahu lagi urusan mobil jenazah tersebut.

“Sudah dapat bu mobilnya?” kata seorang petugas ICU kepada ibu beranak tiga tersebut.Petugas tersebut menyerahkan urusan mobil ambulans/jenazah kepada ibu yang sedang atau baru berduka tersebut. Tak ada rasa kemanusiawian lagi terhadap keluarga pasien yang berbelasungkawa.

Kondisi masih berduka dan bingung, akhirnya ia menyetujui menyewa mobil ambulans milik rumah sakit tersebut senilai Rp 250 ribu sekali jalan, dari RSUD Abdul Moeloek hingga Kemiling berjarak sekitar 6-8 kilometer. Biaya tersebut belum termasuk tips sopirnya. Kalau ukuran naik angkot Tanjungkarang – Kemiling sekali jalan Rp 4.000 per penumpang.

Kejadian tersebut sekitar tiga tahun lalu, saat mendampingi tetangga rumah membawa suaminya yang mendadak jatuh sakit ke RSUD Abdul Moeloek. Pada Rabu (20/9/2017), seorang ibu Delvasari, namanya, harus menggendong sendiri jenazah anak bayinya setelah operasi di RSUD Abdul Moeloek Lampung pulang ke rumah naik angkot.

Beredar di media sosial, dikabarkan ia tak sanggup lagi menggunakan mobil ambulans milik RSUD Abdul Moeloek. Tarif mobil ambulans yang selangit (informasinya Rp 2 juta) yang ditawarkan, jelas membuat ibu tersebut dahinya berkerut. Padahal, baru saja ia kehilangan anak bayinya, setelah dioperasi di rumah sakit tersebut.

Herannya, petugas medis RSUD Abdul Moeloek, setelah bayinya dinyatakan meninggal, tak berkenan lagi menyelesaikan urusan jenazahnya hingga bisa sampai di rumah duka. Tanpa pikir panjang, ibu Delvasari menggendong jenazah bayinya yang dibungkus kain sarung naik angkot sendirian.

Urusan menyewa mobil ambulans/jenazah milik RSUD Abdul Moeloek Lampung ternyata sama dengan kejadian tiga tahun silam saat mendampingi tetangga yang suaminya meninggal tersebut. Soal “cis” rupanya masih marak di bagian Mobil Ambulans RSUD Abdul Moeloek. Padahal, sudah berganti gubernur dan direktur rumah sakit.

Foto ibu menggendong jenazah bayinya beredar luas di media sosial. Para warganet mengecam pihak RSUD Abdul Moeloek Lampung yang tidak manusiawi. Bak pantun bersahut, pihak RSUD Abdul Moeloek dan Pemprov Lampung langsung ambil langkah seribu, sehari setelahnya. Tindakan cepat tersebut, belum dipastikan: apakah RSUD Abdul Moeloek saat ini sedang giat-giatnya menjadi rumah sakit andalan, atau faktor lain menjelang tahun politik lokal: wallahu ‘a’lam.

Mereka mengunjungi ibu bayi tersebut di rumah duka di Kecamatan Abung Timur, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung. Kedatangan utusan gubernur itu, sekalian memberikan bantuan dan berziarah ke rumah sakit. Coba kalau tak heboh di media sosial, barangkali ibu tersebut hanya memendam perasaan sendiri. Tapi, percayalah masih banyak pasien atau keluarga pasien yang mengalami hal serupa ibu tersebut namun tak terekspos saja.

Pelayanan medis baik oleh pemerintah maupun swasta selayaknya lebih diutamakan. Bekerja di pelayanan publik memang membutuhkan kesabaran ekstra, apalagi rumah sakit milik pemerintah yang peminatnya beragam dan membeludak. Tak mengenal orang berpunya atau orang miskin, pejabat atau bawahan. Urusan biaya yang menjadi ujung cikal bakal persoalan di rumah sakit, semestinya dapat diselesaikan kemudian. Masih banyak jalan menuju kebaikan. Tabik.

Mursalin Yasland