Arifin C Noer: Berapapun Uangnya Ibu Tien tak Bakal Bisa Bayar Aku!

Swarnanews.co. id |Sosok sutradara teater dan film legendaris Airfin C Noer kini menjadi bahan pembicaraan terkait pemutaran kembali karyanya, film ‘Pengkhianatan G30S PKI. Di antara polemik itu ada sebagian pihak mengatakan film itu merupakan propaganda rejim Orde Baru, film tak bermutu, hingga dianggap film sampah.

Seorang sahabat Arifin C Noer yang juga merupakan pelukis dan mantan produser film, Hidayat LPD, mengaku jengkel atas tudingan kepada film dan sosok sutradara yang membuatnya. Sebab, sepanjang pergaulannya dengan Arifin dia melihat langsung bahwa mendiang sutradara yang merupakan anak pedagang sate di Cirebon adalah sosok yang berintegritas.

‘’Saya tahu persis Arifin tak bisa dibeli, apalagi diintervensi. Billa dia menyanggupi membuat film tersebut ya karena dia menyakininya atas peristiwa pembunuhan sadis itu. Bagi dia, karena saya dan Arifin pernah berhadap-hadapan secara langsung dengan PKI, dalam hal ini Lekra, jelas peristwa G30S PKI merupakan hal yang menarik untuk dibuat film. Jadi saya dan Arfin saksi hidup persaingan idelogi itu,’’ tegas Hidayat, di Jakarta, 21/9).

Hidayat mengatakan, Arifin sejak belia ketika kuliah di Yogyakarta adalah anggota Teater Muslim pimpinan sastrawan dan sutradara teater Mohammad Diponegoro. Dalam pementasannya tema pertunjukannya selalu kontra dengan tema teater milik Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra, organasi seniman underbow-nya PKI) yang mementaskan lakon ‘Patine Gusti Allah, Gusti Allah Mantu, dan lainnya.

Teater Muslim memilih memantaskan karya bertema Islami seperti memanggungkan lakon ‘Iblis’ karya Mohammad Diponegoro. Teater Muslim digolongkan kelompok seniman yang memperjuangkan hak asasi manusia universal, bertentangan dengan teater yang menjadi seniman underbrow-nya Lekra yang memperjuangkan ide kerakyatan.

“Nah Arifin termasuk saya, dari dulu sudah berhadap-hadapan dengan kelompok seniman Lekra itu,” kata Hidayat,

Dan terkait dengan slentingan kabar dalam pemuatann film G30S PKI ketika membuat film tersebut, Hidayat menegaskan, Arifin kalau itu memang mengatakan banyak pejabat negara yang ingin menitipkan pesan sekaligus dana untuk Arifin. Tapi oleh Arifin tidak digubris.

‘’Saya ingat kalimat jawaban Arifin, ketika saya tanya soal banyaknya pesanan dari pejabat Orde Baru kala itu. Katanya, untuk apa saya gubris!  Jadi Arifin tak mau meladeni keinginan itu,’’ katanya.

Sumber Republika

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *