Oleh:
dr. Listinawati, Sp.PA, Spesialis Patologi Patologi Anatomi Rumah Sakit Ernaldi Bahar Prov Sumsel
SWARNANEWS.CO.ID, PALEMBANG – Apabila hasil biopsi memperlihatkan bahwa pasien memiliki kanker serviks dan ada indikasi kanker telah menyebar, pasien akan dianjurkan untuk melakukan beberapa pemeriksaan lebih lanjut.
Pemeriksaan biasanya meliputi:
· Tes darah
Dilakukan untuk mengetahui kondisi organ hati, ginjal, dan sumsum tulang
· Pemeriksaan organ panggul
Dokter akan memeriksa vagina, rahim, kandung kemih, dan rektum apakah terdapat kanker
· CT scan
Pemindaian dilakukan untuk melihat kondisi tubuh bagian dalam dengan komputer untuk mendapatkan gambar tiga dimensi. Ini dilakukan untuk melihat kanker yang ada dan apakah sudah terjadi penyebaran
· MRI scan
Pemeriksaan ini memakai medan magnet kuat dan gelombang radio untuk mendapatkan gambar detail tubuh bagian dalam. Hal ini dilakukan untuk melihat penyebaran kanker yang mungkin sudah terjadi
· X-ray dada
Pemeriksaan untuk melihat apakah kanker sudah menyebar ke paru-paru
· PET scan
Pemindaian khusus di mana pasien disuntikkan cairan radioaktif untuk melihat jaringan kanker dengan lebih jelas. Jika dikombinasikan dengan CT scan, bisa memperlihatkan penyebaran kanker serta respons pasien pada pengobatan yang sedang dilakukan
Setelah semua pemeriksaan selesai dilakukan, stadium kanker dapat ditentukan. Stadium digunakan sebagai penanda seberapa jauh kanker telah menyebar. Semakin tinggi stadium, semakin luas penyebaran kankernya.
Berikut adalah stadium kanker serviks:
· Stadium 0: stadium prakanker. Tidak ada sel kanker dalam serviks, tapi ada perubahan biologis yang berpotensi memicu kanker di kemudian hari. Tahap ini disebut sebagai cervical intraepithelial neoplasia (CIN) atau carcinoma in situ (CIS)
· Stadium 1: kanker masih berada di dalam serviks dan belum ada penyebaran
· Stadium 2: kanker sudah menyebar ke luar serviks dan di jaringan sekitarnya. Tapi belum mencapai dinding panggul atau bagian bawah vagina
· Stadium 3: kanker sudah menyebar ke ke bagian bawah vagina dan/atau dinding panggul
· Stadium 4: kanker sudah menyebar ke usus, kandung kemih, atau organ lain, seperti paru-paru
Pemilihan metode pengobatan kanker serviks bergantung pada beberapa faktor, misalnya:
· Stadium kanker
· Jenis kanker
· Usia pasien
· Kondisi medis lain yang mungkin sedang dihadapi
Pengobatan kanker serviks berdasarkan stadium dibagi menjadi dua. Pertama, operasi pengangkatan sebagian atau seluruh organ rahim, radioterapi, atau kombinasi keduanya.
Kedua, penanganan kanker serviks stadium akhir, yaitu radioterapi dan/atau kemoterapi. Terkadang, operasi juga perlu dilakukan.
1. Pengangkatan Sel-Sel Prakanker
Penanganan sel prakanker dibutuhkan apabila hasil pap smear memperlihatkan adanya perubahan biologis yang berpotensi menjadi kanker di kemudian hari.
Beberapa prosedur pengkangkatan sel prakanker antara lain:
· Terapi laser: pemakaian laser untuk membakar sel-sel abnormal
· Biopsi kerucut: yaitu pengangkatan wilayah tempat jaringan yang abnormal melalui prosedur operasi
· Large loop excision of transformation zone (LLETZ): sel-sel abnormal dipotong memakai kawat tipis dan arus listrik
2. Operasi Pengangkatan Kanker Serviks
Ada tiga prosedur operasi pengangkatan kanker serviks, yakni:
· Radical Trachelectomy
Prosedur ini bertujuan mengangkat serviks, jaringan sekitarnya, dan bagian atas dari vagina, tanpa mengangkat rahim.
· Histerektomi
Prosedur ini adalah operasi pengangkatan rahim. Biasanya dilakukan untuk kanker serviks stadium awal. Ada dua jenis operasi histerektomi. Yang pertama histerektomi sederhana. Yaitu, prosedur pengangkatan leher rahim dan rahim.
Pada beberapa kasus, ovarium dan tuba falopi bisa juga turut diangkat. Prosedur ini bisa dilakukan untuk kanker serviks stadium awal. Yang kedua, histerektomi radikal. Yakni, proses pengangkatan leher rahim, rahim, jaringan di sekitarnya, nodus limfa, ovarium, dan tuba falopi.
Efek samping jangka pendek dari operasi histerektomi antara lain perdarahan, infeksi, risiko cedera pada kandung kemih, ureter, dan rectum, serta penggumpalan darah.
Adapun komplikasi jangka panjangnya bisa meliputi pembengkakan pada lengan dan kaki karena penumpukan cairan. Komplikasi lainnya adalah produksi cairan vagina akan berkurang dan menyebabkan hubungan seksual bisa terasa tidak nyaman.
· Pelvic Exenteration
Prosedur operasi besar yang dilakukan untuk mengangkat leher rahim, jaringan sekitarnya serta bagian atas vagina. Namun, rahim tidak ikut diangkat.
3. Penanganan dengan Radioterapi
Pada kanker serviks stadium akhir, radioterapi akan dikombinasikan dengan kemoterapi untuk mengendalikan pendarahan dan rasa nyeri.
Prosedur radioterapi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
· Eksternal: Mesin radioterapi akan menembakkan gelombang energi tinggi ke bagian panggul pasien untuk menghancurkan sel kanker.
· Internal: Implan radioaktif akan dimasukkan di dalam vagina dan leher rahim pasien.
Radioterapi tidak hanya menghancurkan sel-sel kanker, tetapi sering kali juga menghancurkan jaringan yang sehat.
Efek samping prosedur ini antara lain:
· Perdarahan dari vagina dan rektum
· Diare
· Mual
· Merusak kandung kemih sehingga pasien kehilangan kontrol buang air besar dan kecil
· Merusak ovarium, berakibat pada menopause
· Perih pada kulit panggul
4. Pengobatan dengan Kemoterapi
Kemoterapi dilakukan untuk memperlambat penyebaran dan mengurangi gejala yang muncul. Metode ini memakai obat-obatan yang berfungsi untuk menghancurkan sel-sel kanker.
Kemoterapi bisa dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau kombinasi obat-obatan. Pengobatan kemoterapi diberikan melalui infus pada pasien rawat jalan. Pasien diperbolehkan pulang setelah menerima pengobatan sesuai dosis.
Pengobatan ini memberi dampak pada seluruh tubuh. Jadi, tak hanya menghancurkan sel kanker yang tumbuh dengan cepat, sel-sel sehat juga turut terpengaruh.
Pasien yang menjalani pengobatan dengan kemoterapi harus melakukan tes darah rutin. Hal ini dilakukan untuk memeriksa kesehatan ginjal, karena beberapa obat-obatan kemoterapi bisa merusak ginjal.
Efek samping yang paling sering terjadi setelah kemoterapi, antara lain:
· Mengalami sariawan
· Hilang nafsu makan
· Merasakan kelelahan
· Mual dan muntah
· Rambut rontok
Pencegahan Kanker Serviks
Ada beberapa cara yang dapat mencegah dan mengurangi risiko terkena kanker serviks, yakni: menggunakan Kondom
Penggunaan kondom saat berhubungan seks dapat melindungi Anda dari HPV. Selain itu, cegah kanker serviks dengan membatasi jumlah pasangan seksual yang Anda miliki.
Vaksin untuk mencegah infeksi HPV yang berisiko kanker sudah tersedia. Vaksinasi HPV yang saat ini tersedia adalah vaksin bivalen untuk HPV 16 dan 18; vaksin kuadrivalen untuk HPV 6, 11, 16 dan 18; atau vaksin nonavalen untuk 9 jenis HPV yaitu 4 jenis ditambah 31,33, 45, 52,dan 58.
Deteksi Dini dengan Pap Smear Berkala Screening serviks atau pap smear juga dianjurkan karena dapat mendeteksi dini kelainan pada perubahan sel di dalam serviks. Saat melakukan pap smear, sampel sel diambil dari leher rahim dan diperiksa di bawah mikroskop.
Risiko terkena kanker serviks dapat ditekan dengan menjalani pengobatan ketika sel-sel masih dalam tahap prakanker. Namun, perlu dimengerti bahwa screening serviks bukanlah tes untuk mendiagnosis kanker serviks, melainkan untuk mendeteksi sel yang abnormal.
Perubahan sel tidak selalu berujung pada kanker. Sel yang abnormal masih bisa kembali
normal dengan sendirinya. Pada kasus tertentu, sel yang bersifat abnormal perlu diangkat karena berpotensi menjadi kanker.
Untuk wanita usia 21-29 tahun dianjurkan menjalani pap smear setiap 3 tahun.
Adapun pada wanita usia 30-64 tahun, kombinasi pap smear dan tes HPV DNA dapat dilakukan tiap 5 tahun, atau bisa juga dengan menjalani masing-masing tes secara terpisah setiap 3 tahun.
Pada wanita usia 65 tahun ke atas, mintalah saran dokter mengenai perlunya menjalani pemeriksaan pap smear.
Wanita yang aktif secara seksual dan berusia di atas 21 tahun serta memiliki risiko besar penyakit menular seksual, disarankan untuk melakukan tes untuk penyakit-penyakit, seperti klamidia, gonorrhea, dan sifilis setiap tahunnya.
Bila diperlukan, lakukanlah tes HIV setiap tahunnya. Tanyakan kepada dokter yang menangani Anda mengenai vaksin HPV. Mendapatkan vaksin HPV dapat membantu Anda mencegah infeksi HPV yang juga dapat mengurangi risiko Anda terkena kanker serviks dan penyakit kanker lain yang berhubungan dengan HPV.
Tidak Merokok dan Batasi Minum Alkohol
Jangan merokok, baik rokok konvensional ataupun rokok elektrik, dan batasi minum alkohol.
Merokok dan minum alkohol dapat meningkatkan risiko Anda terkena kanker serviks berkali- kali lipat. Merokok juga dapat menyebabkan Anda terkena kanker jenis lain, seperti kanker sel skuamosa.
Tingkatkan daya tubuh Anda dengan mengonsumsi makanan yang penuh nutrisi, istirahat yang cukup, dan berolahraga dengan intensitas sedang agar tubuh Anda juga menjadi lebih bugar.
Komplikasi yang Terjadi
Sama halnya dengan jenis kanker lain, kanker serviks juga dapat menyebar atau metastasis ke organ lain yang menyebabkan gangguan pada fungsi organ.
Ketika Anda mengalami gejala seperti keluar darah setelah berhubungan seksual di luar siklus menstruasi atau setelah menopause, sangat disarankan segera memeriksakan diri ke dokter.
Selain itu, ketika Anda melakukan skrining rutin seperti IVA atau pap smear dan ditemukan suatu keanehan, sangat disarankan untuk segera konsultasi lebih lanjut dengan dokter.
Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) atau biopsi aspirasi jarum halus merupakan sebuah prosedur diagnostik yang digunakan pada pasien dengan massa, seperti pada nodul tiroid dan massa payudara.
Prosedur ini mengambil sampel jaringan tubuh menggunakan jarum halus berukuran 22-27 G, yang digunakan untuk mengaspirasi jaringan atau cairan tubuh. Kemudian, sampel yang diambil akan dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi untuk dilakukan pemeriksaan sitologi.
Pada sebagian besar kasus, terutama pada massa yang terpalpasi, prosedur dapat dilakukan pada ruang poliklinik tanpa memerlukan kamar radiologi atau operasi. Pada kasus massa yang tidak terpalpasi, prosedur FNAB dapat dibantu secara visual oleh modalitas pencitraan seperti ultrasonografi (USG).
Untuk prosedur menggunakan USG ini dokter spesialis patologi Anatomi dibantu oleh dokter penyakit dalam atau dokter radiologi.
Dalam praktik klinis, prosedur ini banyak digunakan karena aman, cepat, memiliki tingkat akurasi yang tinggi, dan komplikasi yang minimal. FNAB dapat membedakan lesi kistik dan inflamatorik dari sebuah neoplasma. FNAB juga dapat menilai apakah sebuah neoplasma tergolong jinak atau maligna, seperti pada kanker payudara dan kanker tiroid. (*)