Berbagi Pengetahuan Antar Petani Melalui Sekolah Lapang Petani Gambut (SLPG)

SWARNANEWS.CO.ID | Pekanbaru – Badan Restorasi Gambut dan Mangrove Republik Indonesia (BRGM RI) menyelenggarakan Sekolah Lapang Petani Gambut (SLPG) di Desa Perkebunan Siarang Arang, Kecamatan Pujud, Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau, dari tanggal 24 -27 Mei 2022. Sekolah Lapang Petani Gambut merupakan program unggulan di kedeputian III BRGM RI yang mampu menumbuhkan inisiatif-inisiatif lokal terkait restorasi gambut melalui teknik pengelolaan lahan tanpa bakar dan pertanian alami.

Di Rokan Hilir, Sekolah Lapang Petani Gambut dibuka oleh Kepala Kelompok Kerja Edukasi dan Sosialisasi BRGM, Dr. Ir. Suwignya Utama, MBA, serta dihadiri oleh perwakilan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Rokan Hilir, Camat Pujud dan Kepala Desa Perkebunan Siarang-Arang.

Dalam sambutan pembukaan, Kepala Kelompok Kerja Edukasi dan Sosialisasi BRGM, Dr. Ir. Suwignya Utama, MBA menuturkan, Sekolah Lapang Petani Gambut diharapkan menjadi media berbagi pengetahuan antar petani dan menemukan praktik-praktik lokal dalam kegiatan pemulihan dan pengelolaan gambut yang ramah lingkungan.

Sejak tahun 2017, dari desa ke desa BRGM telah berupaya mengajak dan mengajarkan petani-petani di lahan gambut untuk mengelola lahan tanpa bakar serta menerapkan pertanian alami. “Melalui Sekolah Lapang Petani Gambut para petani yang telah mengikuti sekolah lapang dapat berbagi ilmu dan pengalamannya ke petani-petani lain atau ke tetangga di desanya” Ujar Suwignya.

Berbeda dari tahun sebelumnya, yang menarik dari sekolah lapang tahun ini materi pelajaran disampaikan dan difasilitasi oleh para Kader Mahir dan Kader Terampil yang berasal dari petani alumni SLPG yang sudah ditetapkan sebagai kader petani gambut BRGM RI.

Rudiyanto, petani kader mahir SLPG asal Desa Penampi, Bengkalis menyampaikan ilmunya yang didapat dari Sekolah Lapang Petani Gambut terkait pembuatan pupuk organik cair, bagaimana cara membuka lahan pertanian tanpa bakar dan kiat-kiat menyuburkan lahan gambut melalui pertanian alami. Sementara itu, Bapak Ismail petani asal desa Pedekik, Kabupaten Bengkalis berbagi pengetahuan dan pengalaman di SLPG Riau kali ini tentang mengatasi kendala-kendala budidaya pertanian di lahan gambut yang memiliki tingkat kemasaman tinggi, miskin mikroorganisme dan unsur hara tanah. Ia mengenalkan cara pembuatan MOL (Microorganisme Local), meracik F1 Embio, dan bio-pestisida dari bahan (sumberdaya lokal) yang mudah didapat di sekitar desa.

Setelan mendapat informasi dan pengalaman dari tenaga pengajar SLPG yang notabene adalah kader petani gambut di atas, para peserta merasa mendapat pencerahan yang nyata terkait pengelolaan lahan gambut. “Pelajaran yang diberikan Pak Rudiyanto dan Pak Ismail dapat saya terima dengan mudah, karena sesama petani jadi bahasa yang disampaikan ke kami lebih bisa dimengerti dan dicerna dengan baik” Ujar Miswadi mewakili peserta SLPG Riau Tahun 2022.

Pelajaran yang bisa dipetik dari kegiatan Sekolah Lapang Petani Gambut (SLPG) 2022 ini adalah bagaimana menempatkan petani (kader) sebagai subyek dalam proses pelatihan cukup penting. Berbagi pengetahuan dari petani ke petani melalui sekolah lapang jauh lebih efektif dalam penyebarluasan gagasan restorasi gambut. Sekolah Lapang Petani Gambuti diharapkan bisa bertransformasi menjadi gerakan dari petani ke petani dalam mengkampanyekan pengelolaan lahan tanpa bakar dan pertanian yang ramah lingkungan.

Teks: Rel

Editor: Sarono PS