Indonesia Butuh Ahli Gambut dengan Lokal Knowledge

SWARNANEWS.CO.ID, Palembang | Metode pemetaan lahan gambut yang dibuat ilmuwan dari Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan, Dr. Ir. Muh. Bambang Prayitno, M.Agr. Sc, diadopsi oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) untuk memetakan lahan gambut di Indonesia. “Teknologi kami dianggap BIG dapat menjawab problem pemetaan gambut selama ini,” kata Bambang.

Metode yang dibuat Bambang merupakan hasil kolaborasinya dengan ilmuwan lain asal Jerman, Belanda, dan Indonesia yaitu dari Remote Sensing Solutions GmbH (RSS), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).  “Metode kami relatif paling akurat, terjangkau, dan tepat waktu untuk memetakan lahan gambut,” kata Bambang.

Anggota tim lainnya adalah Florian Siegert, Uwe Ballhorn, Peter Navratil, Hans Joosten, Bambang Setiadi, Felicitas von Poncet, Suroso, dan Solichin Manuri. “Kolaborasi membuat ilmu kami saling melengkapi,” kata Bambang yang sejak belasan tahun meneliti gambut dan neraca karbon. Metode tim tersebut awal tahun lalu memenangkan peat prize contest.

Menurut Direktur Institut Agroekologi Indonesia (INAgri), Syahroni, SP, lahirnya ilmuwan Sumatera Selatan yang berhasil membuat metode pemetaan lahan gambut patut diapresiasi. “Sumsel memiliki lahan gambut yang luas. Sudah sewajarnya ahli gambut dari Sumsel,” kata Syahroni.

Syahroni berharap kiprah Bambang tak hanya berhenti membantu BIG. “Indonesia butuh kiprah yang lebih luas. Badan Restorasi Gambut sedang mencari pakar gambut dari provinsi yang memiliki wilayah gambut,” kata Syahroni.

Menurut Syahroni, ahli gambut idealnya memiliki local knowkedge agar hasil rekomendasi yang diberikan dapat diterima kultur sosial setempat. Seringkali rekomendasi dari ahli luar tidak aplikatif di lapangan.  “Tentu pemahaman local knowledge-nya berbeda. Ahli gambut dari provinsi yang memiliki lahan gambut pasti lebih paham,” kata Syahroni.

editor : Sarono ps

sumber : palembangpro.com