Jual Sumsel Melalui Seminar

SWARNANEWS.CO.ID, PALEMBANG | Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, H Alex Noerdin mengajak dan menghimpun aktivis, perusahaan serta
instansi pemerintah berkompeten di bidangnya untuk melakukan pengelolaan lingkungan hidup dan berkelanjutan di Sumatera Selatan.

Hal ini dilakukan guna peduli tentang Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla), Lanskap berkelanjutan serta habitat harimaum hal ini disampaikan usai menggelar South Sumatera High level Dialogue teladan pengelolaan lingkungan hidup dan berkelanjutan yang diselenggarakan Yayasan Kelola Lanskap Berkelanjutan Lintas Politika, di Ballroom Hotel Aryaduta Palembang, Jumat (20/12/2019).

Menurut Alex, ini baru langkah kecil, jika tidak dimulai kapan lagi akan menghidupkannya, karena Sumsel bisa melakukan itu untuk menghidupkan lingkungan hidup yang berkelanjutan. Tapi itu tak akan bisa hanya mengandalkan dana bantuan dari APBD dan APBN, namun harus mengandalkan dana bantuan luar.

“Caranya, seperti jual Sumsel manfaatkan seminar dan pertemuan dengan COP serta Madrid. Karena baru-baru ini Bupati Muba satu-satunya sebagai pembicara tentang lingkungan di PBB, dan itu banyak manfaatnya yang diperoleh Kabupaten Musi Banyuasin,” katanya.

“Saya mengajak pemerintah Sumsel untuk sama-sama memanfaatkan itu, karena seperti yang pernah saya lakukan ketika masih menjabat Gubernur Sumsel,” tambahnya.

Menyikapi turunnya Harimau Sumatera di pemukiman warga khususnya wilayah kota Pagaralam yang memakan korban jiwa. Menurut Alex solusinya harus dikembalikan ke habitat asalnya. Karena harimau itu sebenarnya Puyang bagi kita di Sumsel.

“Harimau tidak akan konflik dengan manusia apabila habitatnya terjaga dan tidak terusik. Jika sudah merasa nyaman tidak mungkin akan turun gunung karena kita ini tidak menjaga lingkungan, akhirnya habitatnya turun. Untuk itu kita jangan saling menyalahkan tapi mari bersama-sama di kembalikan puyang ke habitat asalnya,” ucap Mantan Gubernur Sumsel dua periode ini.

Menururtnya, habitat harimau Sumatera tidak begitu banyak lagi jumlahnya tinggal beberapa ekor habitat aslinya. Kemungkinan hutannya sudah di rambah oleh orang atau perusahaan yang tak bertanggungjawab. Sehingga tidak ada lagi untuk mereka mencari makan harimau Sumatera itu.

“Upayanya, cari ahli-ahli satwa liar dan konservasi, cek habitat hutan nya rusak atau tidak, siapa yang merambah lingkungan. Jika dijaga maka harimau tersebut akan kembali di habitat asalnya,” jelasnya.

Disamping itu, pada kodratnya harimau itu bukan musuh manusia, karena manusia itu bukan makanannya. Tapi karena terpaksa akibat perut lapar akhirnya dimakan juga.

“Sudah pasti jika harimau itu turun otomatis habitatnya rusak dan tak nyaman sehingga tidak dapat mencari makan,” ungkapnya.

Teks : Iwan
Editor : Asih

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *