Kediaman Orang Tua Reynhard Di Depok Terlihat Sepi

WNI Pelaku Pemerkosaan Terbesar Dunia

 

SWARNANEWS.CO.ID, DEPOK | Rumah kediaman orang tua terpidana seumur hidup Reynhard Sinaga, Saibun Sinaga di Jalan Dahlia Kelurahan Depok Kecamatan Panmas Kota Depok Jawa Barat terlihat sepi.

“Benar itu rumah Pak Saibun sudah empat tahun lalu mereka tinggal di sini,” kata Ketua RT3/11 Abraham Jonathans ketika ditemui di Depok, Selasa (7/1/2020).

Di rumah yang seluas 3 hektare ini juga dibangun Gedung Pertemuan yang disewakan untuk umum. Rumah yang didominasi warna abu-abu ini ditumbuhi oleh berbagai tanaman dan juga pohon rambutan yang sedang berbuah.

Abraham mengaku beberapa kali berjumpa dengan Saibun terakhir waktu pemilihan presiden di TPS. “Ya ngobrol-ngobrol saja waktu itu,” katanya.

Abraham juga mengatakan belum pernah bertemu dengan Reynhard selama keluarga Saibun pindah ke sini. “Cuma Pak Saibun pernah cerita ada anaknya yang kuliah di Inggris, itu saja,” ujarnya.

Selain di Jalan Dahlia Depok lama, rumah Saibun juga ada di Jalan Dahlia 1 Beji Timur Depok.

Reynhard Sinaga, dihukum seumur hidup oleh Pengadilan Manchester atas tindak perkosaan dan serangan seksual terhadap 48 korban pria dalam 159 kasus. Tindak kejahatan ini dilakukan selama rentang waktu sekitar dua setengah tahun. Hakim mengatakan ia harus menjalani 30 tahun hukuman penjara sebelum boleh mengajukan pengampunan.

Menurut BBC London, persidangan berlangsung dalam empat tahap, mulai Juni 2018 dan tiga tahap pada 2019, namun Pengadilan Manchester baru mengizinkan pemberitaan setelah hukuman dijatuhkan untuk sidang tahap tiga dan empat Senin (6/1/2020).

Reynhard Sinaga

Reynhard Sinaga, datang ke Inggris dengan visa mahasiswa pada 2007 dan memperoleh dua gelar magister di Manchester dan tengah mengambil gelar doktor dari Universitas Leeds saat ditangkap pada 2017.

Kedutaan Besar Indonesia (KBRI) di London menghormati keputusan Pengadilan Inggris di Manchester, atas seorang warga Indonesia, Reynhard Sinaga (36) yang dijatuhi hukuman seumur hidup setelah dinyatakan bersalah melakukan perkosaan dan serangan seksual terhadap 48 pria Inggris.

Minister Counsellor KBRI London, Thomas Ardian Siregar kepada Antara London Senin mengatakan sejak KBRI London diberitahu oleh pihak kepolisian Juni 2017 lalu, kita terus mengikuti kasusnya dan memastikan Reynhard Sinaga mendapat perlindungan hukum sesuai dengan hukum yang berlaku di UK.

Menurut Thomas Ardian Siregar, sejak saat itu juga KBRI melakukan kontak dengan pihak keluarga dan pihak pengacaranya. “Perlu dipahami bahwa KBRI tidak bisa mengintervensi keputusan pengadilan,” ujarnya.

Tak main-main, Reynhard diyakini bertanggung jawab atas perkosaan terhadap ratusan pria. Dia dinyatakan bersalah atas pemerkosaan serta pelecehan seksual terhadap 48 pria di Manchester.

Hanya saja, berdasar penyelidikan kepolisian, Reynhard Sinaga, 36, ternyata sudah melecehkan setidaknya 195 pria selama 2,5 tahun terakhir. Modusnya, setelah membujuk korban datang ke flatnya lalu membiusnya. Korban kemudian ‘diserang’ setelah pingsan.

Wakil Kepala Penuntut Ian Rushton menyebut Sinaga memecahkan ‘rekor’. Dia pemerkosa paling ‘produktif’ dalam sejarah hukum Inggris. Dia terbukti telah melakukan 159 pelanggaran, termasuk 136 perkosaan, yang difilmkannya lewat dua ponsel. Polisi belum mengidentifikasi 70 korbannya.

Pada Senin, (6/1/2020), Sinaga dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dengan jangka waktu minimal 30 tahun. Hukuman tersebut dijatuhkan dalam empat persidangan secara terpisah dan dilakukan sejak Juni 2018 hingga Desember 2019.

Versi Reynhard, dia mengklaim para korbannya menikmati fantasi seksualnya selama melakukan hubungan intim. Tentu saja hal itu menjijikkan dan tak pantas karena merupakan pelecehan seksual.

Beberapa bukti film diputar dalam persidangan. Seorang saksi pria mengatakan bahwa Sinaga mengklaim apa yang diperbuatnya seperti dalam film ‘Fifty Shades of grey-type stuff’. Sinaga merekam perkosaan tersebut dengan ponsel miliknya.

 

Siapa Reynhard Sinaga

 

Sinaga pindah ke Inggris pada 2007 pada usia 24 tahun. Korbannya sebagian besar adalah milenial dan generasi Z. Misalnya saja para sarjana usia belasan atau awal 20-an.

Pengadilan mendengar Sinaga memiliki formula untuk menjaring korbannya di luar kelab malam yang berjarak beberapa menit dari flatnya di Princess Street, Manchester. Dia biasanya mencari korban pada tengah malam dan menunggu di luar kelab malam. Biasanya Factory atau Fifth, dan memangsa sebagian besar pemuda heteroseksual.

Semua korban dalam keadaan mabuk ketika didekatinya lantaran Sinaga menawarkan minuman keras yang mengandung obat bius. Wajah polos dengan kacamata berbingkai hitam, seolah tampak tidak berbahaya. Sejumlah teman mengoloknya di media sosial bahwa pelaku mulai menyimpang sejak 2015 dan bergaul di dunia gay.

Setelah penangkapan Sinaga, polisi menemukan film pada dua iPhone yang memperlihatkan dia memperkosa sejumlah pemuda yang tampak tertidur. Ketika polisi Greater Manchester memeriksa perangkat digital Sinaga, mereka menemukan materi 3,29TB yang sangat grafis, setara dengan 250 DVD atau 300.000 foto dan menggambarkan serangan seksual yang berlangsung dalam satu kasus selama delapan jam.

Setiap kali korban sadar, Sinaga terlihat mendorong mereka kembali ke lantai untuk melanjutkan pelecehan. Hanya sedikit yang tahu bahwa mereka telah diperkosa. Sebanyak 195 korban semuanya tidak sadar ketika Sinaga melakukan pelecehan seksual terhadap mereka. Hanya saja, penyelidik tidak pernah menemukan obat yang dia gunakan untuk melumpuhkan korbannya. (*)

 

Teks: antara
Editor: maya

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *