Kisah Suparmi, Teruskan Profesi Sebagai Marbot Warisan Almarhum Suami

SWARNANEWS.CO.ID, OKUT | Pasca ditinggal sang suami menghadap Sang Khalik satu tahun yang lalu, Suparmi (35), ibu muda dengan empat anak ini rela menjadi marbot masjid.

Saat dijumpai disela-sela aktivitasnya membersihkan masjid, Suparmi menceritakan kehidupannya sebagai marbot masjid kepada awak media.

Tak jauh dari kompleks perkantoran Pemkab OKU Timur, tepatnya di Jalan Lintas Sumatera, depan Terminal Kotabaru Selatan Martapura, OKU Timur. Berdiri sebuah masjid yang diberi nama masjid Asmaul Husna.

Suparmi menjelaskan, masjid tersebut mulai dibangun pada tahun 2011 silam. Sejak awal dibangun itulah, Almarhum Suaminya Sutrisno (60), diminta menjadi pengurus atau marbot di masjid tersebut.

“Dulu, suami saya mau pulang kembali ke kampungnya di Jawa. Namun karena diminta untuk mengurus masjid ini akhirnya Almarhum membatalkan niat pulang kampung dan menetap di sini sembari menjadi marbot,” kata Suparmi membuka kisahnya, Rabu (13/4/2022).

Selain menjadi marbot, Almarhum Sutrisno juga ‘nyambi’ sebagai kuli bangunan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.

“Beliau orangnya tanggung jawab sama tugasnya selaku marbot. Walaupun sedang bekerja sebagai tukang, tapi saat menjelang waktu sholat, beliau pulang untuk adzan dan kadang-kadang sekaligus imam sholat,” terang Suparmi

Namun, tahun lalu takdir berkata lain. Paru-paru basah merenggut nyawa sang suami. Tepatnya pada bulan Agustus tahun 2021, Sutrisno menghembuskan nafas terakhirnya. Sejak saat itulah, Suparmi diminta pihak pengurus masjid untuk meneruskan perjuangan sang suami menjadi marbot. Dirinya pun bersedia menggantikan tugas sang suami sambil mengurus tiga dari empat anaknya. Anak pertamanya saat ini ikut bersama neneknya di kampung halaman sang suami di Pulau Jawa.

“Ya beginilah sekarang, saya yang gantikan tugas beliau. Mulai dari bersih-bersih, nyiapin air buat wudhu dan sekaligus menjaga masjid ini. Karena kami juga tinggal tepat disebelah masjid ini. Cuma azan dan imam saja yang tidak saya lakukan. Tapi kadang anak saya yang laki-laki yang azan,” tuturnya.

Bersama tiga anaknya, di dalam bangunan tepat di samping masjid berukuran 5×7 meter inilah, dirinya berjuang bersama anak-anaknya.

“Tetap bersyukur saja mas, inilah yang bisa saya lakukan saat ini. Yang penting anak-anak punya tempat berteduh dan bisa sekolah saja saya sudah senang. Selain jadi marbot saya juga sambil jualan gorengan kecil-kecilan didepan rumah ini,” pungkasnya. (*)

Teks: fedyan
Editor: maya