SWARNANEWS.CO.ID, PALI | Limbah biji dari pohon karet ternyata dapat diolah menjadi makanan kuliner keripik tempe. Hal ini inilah yang dilakukan Kelompok Pemuda Desa Muara Ikan Kecamatan Penukal Utara Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), yang dikenal dengan nama Tulus Foundation.

Menurut salah seorang pengrajin limbah biji karet atau pembuat tempe biji karet, kerajinan ini telah berlangsung semenjak dua tahun terakhir, atas kreatifitas Pemuda Desa setempat. Setelah melihat limbah biji karet yang dibuang begitu saja, mereka pun tergerak untuk mengolahnya menjadi tempe. Sekaligus untuk mengisi waktu kosong sehari-hari.
Apalagi selama ini masyarakat mengenal kedelai sebagai bahan dasar pembuat tempe. Ternyata bisa jiga dibuat dari biji karet.

Biji karet yang terkenal bila salah cara penggunaan dan pengelolaan dapat menyebabkan kematian, karena mengandung sianida, ditangan Tulus Foundation menjadi bermanfaat dan bernilai jual.
Adu Upik, SE, pembina Tulus Faoundation menuturkan asal muasal inovasi yang dilakukannya. Yakni, ketika bercengkrama bersama guru yang ada di Desa Muara Ikan. Saat itu diskusi mereka membahas harga karet yang selalu anjlok. Nah, berdasarkan informasi dari guru tersebut, biji karet jika diolah dengan benar akan dapat mendatangkan nilai jual dan menghasilkan uang.
Selama ini biji karet di desa hanya dibiarkan tanpa ada yang mengolah menjadi produk olahan pangan, Tulus Foundation membuat hipotesis (dugaan) bahwa bakteri Rhizopus Sp untuk fermentasi pembuatan tempe, juga bisa untuk memfermentasikan biji karet.
“Kami mengumpulkan biji karet dari kebun-kebun masyarakat di desa dan mendapatkan 10 kg dalam sehari secara cuma cuma. Lalu biji karet dibuang kulit luarnya, di bersihkan lapisan kulitnya, kemudian dicuci dengan air bersih dan direndam di air selama 48 jam dengan air kapur yang airnya diganti setiap 4 jam,” ujar Adu Upik pada Jumat (3/6/2022).
Proses berikutnya kemudian direbus selama 1,5 jam sehingga menyisakan daging biji karet dan dipotong berbentuk dadu.
“Tinggal dikeringkan dengan cara diangin-angin dan jangan kena sinar matahari. Proses selanjutnya diberi ragi tempe yang bisa dibeli di pasar,” tambannya.
Proses terakhir dibungkus dengan daun pisang atau plastik. Namun, bungkus plastik harus dilubangi kecil kecil untuk memberikan udara agar proses peragian berlangsung sempurna.
Setelah itu diolah menjadi tempe kriuk tanpa minyak dengan berbagai rasa. Masih kata Adu Upik yang meyakini kalau biji karet bisa menjadi alternatif pengganti kedelai untuk membuat tempe apabila harga kedelai sedang naik tinggi.
“Kami meneliti selama enam bulan, dari Januari hingga Juni. Hasil penelitian kami membutuhkan hasil, sehingga kami bawa ke lomba inovasi daerah tahun 2022 kategori umum. Dan Alhamdulillah, kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir mendapatkan juara ketiga,” pungkasnya. (*)
Teks: sangkut
Editor: maya