Swarnanews.co.id |Pelaksanaan haji tahun ini berlangsung lancar. Negara pengirim haji saling belajar mengatur jemaah di Tanah Suci. Seperti apa perbandingan pelayanan jemaah haji Indonesia, Malaysia, dan Bangladesh?
Perwakilan Malaysia dan Bangladesh berkunjung ke Kantor Urusan Haji (KUH) Daerah Kerja (Daker) Mekah bergiliran. Malaysia datang pada Rabu (20/9), sedangkan Bangladesh pada Jumat (22/9). Dari kedua negara ini, petugas haji Indonesia mendapat asupan informasi dan tata kelola haji.
Perwakilan Malaysia dipimpin Ketua Rombongan (semacam Amirul Hajj) Tabung Haji Malaysia Datuk Syed Saleh Syed Abdur Rahman. Mereka diterima Direktur Layanan Haji Luar Negeri Kemenag Sri Ilham Lubis, staf Teknis 3 KUH, Kadaker Mekah Nasrullah Jasam serta para Kasi Layanan di Daker Mekah.
Kuota haji Malaysia tahun ini 30.200 jemaah. Profil jemaah Malaysia mirip dengan jemaah Indonesia, baik dari sisi usia, pendidikan, maupun profesi. Masa tinggal jemaah Malaysia di Saudi selama 45-55 hari.
Malaysia tak menempatkan petugas pendamping kelompok terbang (kloter). Petugas baru ada di
bandara tujuan (Jeddah dan Madinah).
Bangladesh agak berbeda dibanding Malaysia. Kuota mereka 129 ribu jemaah, nomor empat terbanyak setelah Indonesia, Pakistan, dan India. Jemaah Bangladesh tinggal di hotel berjarak hingga 7 kilometer dari Masjidil Haram Mekah dan di luar markaziyah selama di Madinah. Masa tinggal mereka berkisar 43-45 hari.
Meski kuota Bangladesh lebih sedikit dibanding Indonesia, hotel yang ditempati jemaah lebih banyak. Bangladesh menyewa 195 hotel, sedangkan Indonesia hanya 155 hotel. Artinya, kapasitas hotel yang ditempati jemaah Bangladesh lebih kecil dibanding Indonesia.
Bagaimana dengan Indonesia? Tahun ini Indonesia mendapatkan kuota 211 ribu. Ada tambahan 10 ribu dari Kerajaan Saudi, sehingga total mencapai 221 ribu jemaah. Tak seperti Malaysia yang menempatkan seluruh jemaah di ring satu dari Masjidil Haram, hanya 20 ribu jemaah Indonesia yang berada di kawasan tersebut. Masa tinggal jemaah 40 hari.
“Sebagian besar jemaah kita berada di hotel yang berjarak di atas 1,5 kilometer, terjauh 4,5 kilometer. Untuk itulah ada layanan transportasi bus salawat,” terang Kadaker Mekah, Nasrullah Jasam, kepada Media Center Haji, Sabtu (23/9/2017).
Malaysia bagus dalam hal manasik haji. Nasrullah mengatakan Negeri Jiran itu mengadakan 17 kali pertemuan untuk manasik dasar, dan dua hari manasik intensif (praktik). Ada juga manasik yang khusus menggambarkan suasana puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Praktik tinggal di tenda berdesak-desakan misalnya.
“Setelah manasik, jemaah diwajibkan ikut ujian. Jemaah yang dinilai belum lulus akan diberi manasik lagi,” tandas Nasrullah. Indonesia belum menerapkan cara tersebut. Manasik dilakukan
tapi bukan jadi ‘syarat’ berangkat ke Tanah Suci
Bagaimana dengan biaya haji? Biaya yang harus dibayar oleh jemaah haji Indonesia rata-rata sebesar Rp 34 juta (Rp 5,3 juta di antaranya dikembalikan ke jemaah sebagai living cost di Saudi). Sebetulnya total biaya haji kurang lebih Rp 60 juta, tapi karena ada Dana Optimalisasi Haji, jemaah hanya perlu membayar Rp 34 juta. Sementara di Malaysia, biaya haji yang dibayarkan jemaah berkisar RM 10 ribu atau setara Rp 32 juta dan Bangladesh sebesar BDT (Bangladesh Taka) 381.508 atau setara Rp 62 juta.
Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kemenag, Sri Ilham Lubis, mengatakan sebagai negara dengan kuota jemaah haji terbanyak di dunia, Indonesia dihadapkan pada tantangan penyediaan layanan akomodasi, transportasi, dan katering. Untuk itu, persiapan penyelenggaraan haji dilakukan sejak awal.
“Penutupan operasional haji tahun ini, sekaligus menandai dimulainya persiapan penyelenggaraan haji tahun depan,” tutur Sri Ilham.
Operasional haji Indonesia tahun ini berakhir pada Jumat, 6 Oktober. Fase pemulangan jemaah gelombang pertama via Bandara King Abdul Aziz Jeddah berakhir pada Kamis, 21 September, sedangkan fase pemulangan jemaah gelombang kedua saat ini tengah berlangsung via Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz Madinah.
Editor : Sarono P Sasmito
Sumber: Detik.com