Mengurai Benang Kusut Kemacetan Lalulintas Kota Palembang

SWARNANEWS | Tak ada yang memungkiri, pembangunan Kota Palembang berjalan dengan pesat. Baik pembangunan infrastruktur jalan, perhotelan, hingga adanya jalur LRT yang beriringan dengan ruas jalan di Kota Palembang. Meski demikian ternyata pesatnya pembangunan belum  diikuti dengan pengaturan yang maksimal sehingga berdampak merugikan masyarakat. Ekses pembangunan LRT misalnya menimbulkan kemacetan di mana-mana di seputar Kota Palembang.

Berdasarkan pemantauan Swarnanews di lapangan ditemukan titik-titik kemacetan ini seperti di Bundaran Air Mancur ke 7 Ulu begitupun sebaliknya, Simpang IP ke RS Charitas, Bukit Kecil dan Bukit Besar, Pasar KM.5 ke Polda, Kebun Sayur ke Simpang Patal, Simpang Patal sampai ke Golf.

Di titik lokasi tersebut pengguna kendaraan benar-benar dibuat susah karena kemacetan selalu berlangsung dengan parah. Swarnanews memang melihat adanya  rekayasa jalan di dua kawasan terlebih dahulu yakni di kawasan Bukit Besar (Unsri) dan Simpang IP. Pasalnya kedua titik tersebut sering terjadi penumpukan kendaraan.

Beberapa pengguna kendaraan yang ditemui Swarnanews di bawah jembatan Ampera mengeluhkan makin parahnya kemacetan di titik lokasi ini.

Sunarto (52) salah seorang pengguna kendaraan yang sering melintas di lokasi itu mengaku sering dibuat jengkel ketika sore hari sekitar pukul 16.00 WIB kemacetan makin parah. Pihak Dishub katanya memang membuat rekayasa lalu lintas dengan menyekat antara kendaraan pribadi dan angkot.

“Namun angkot banyak yang menyerobot jalur kendaraan pribadi sehingga kemacetan tidak bisa dihindari,” keluh pria yang sering melintasi lokasi ini karena mau keluar kota.

Menyikapi kondisi yang dikeluhkan masyarakat ini Kasatlantas Polresta Palembang, Yudha Widiatama Nugraha menerangkan, enam titik tersebut memang memiliki  kepadatan cukup parah.

Dia mengatakan misalnya penyebab  kemacetan di Simpang IP ini karena adanya pertemuan arus ada beberapa U-Turn.  “U-Turn yang ada dari PIM dan Jalan Mawar, solusinya kemungkinan akan kita pasang waterbareer yang panjang dari PIM dan Gang Mawar berputar di Cinde. Sedangkan untuk yang di Unsri akan diberlakukan oneway. Tapi tentunya ini akan kita lakukan bertahap hingga selesai semuanya,” tuturnya.

Di sisi lain  Pemerintah Kota (Pemkot) Kota Palembang melalui Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Palembang, Kurniawan, menggelar rapat bersama Satlantas Polresta Kota Palembang bersama membahas upaya mengurai kemacetan di Kota Palembang, beberapa waktu lalu. Sejumlah tahapan dilakukan sebelum memutuskan titik mana yang akan dijadikan U Turn di kota Palembang. Termasuk nantinya U Turn yang berada dibawah rel Light Rapid Transit (LRT) setelah beroperasi.

Pihaknya akan lebih dulu melakukan penilaian terhadap potensi kemacetan dan gangguan lalu lintas lain. “Utamanya, pembahasan mengenai U turn ini lebih kepada keselamatan pengendara dan potensi kemacetan,”ujarnya.

Menurut Kurniawan pertemuan ini berawal dari pengajuan dari warga yang mengirim surat kepada Walikota Palembang. Lalu dilakukan pembahasan di forum komunikasi lalu lintas yang terdiri dari unsur terkait. “Baru kemudian diuji dan dibuat rekayasa atau pembuatan U turn yang dimaksud,”katanya

Selain pokok bahasan mengenai pembukan U Turn di Jl Yusuf Singadekane. Dilakukan juga pembahasan mengenai empat titik lain. Yakni, Usulan pemanjangan Median Jl Kol Atmo sampai kedepan Lr Abdul Roni, Perubahan Arus Lalin disimpang 5 Jl Zurbi Bustam, Perubahan arus lalin di Jl Inspektur Marzuki (simpang 4 Arhanud) dan Pemasangan Median Jl di Simpang 4 Sekojo.

“Pada prinsipnya semua disetujui, tinggal diaplikasikan. Kami akan membantu dengan menurunkan personil sesuai dengan kebutuhan,” katanya.

Berdasarkan pantauan Swarnanews hal lain yang memicu kemacetan lalu-lintas di Palembang adalah kebiasaan buruk bus kota maupun angkutan kota (angkot) ugal-ugalan seperti, berhenti sembarangan dan menarik penumpang di pinggir jalan, menjadi salah satu pemicu kemacetan. Bahkan terjadinya kecelakaan lalu lintas (lalin) di Metropolis. Hal itu dikeluhkan pengguna kendaraan.

Salah seorang warga yang biasa melintasi Jalan Jenderal Sudirman, Hidayati Fadhilah  (23) mengatakan, kelakuan buruk sopir angkot dan bus kota itu, karena lemahnya pengawasan. Seharusnya, pihak Polisi maupun Pemerintah cepat tanggap mengatasi permasalahan seperti itu.

“Jalan Sudirman, khususnya depan Pasar Cinde sering macet. Karena banyak bus kota yang ngetem atau mangkal,”ungkap mahasiswi semester akhir, di salah satu Universitas Swasta di Palembang ini, saat dibincangi, Senin (9/10).

Menurut Fadhilah , apabila keadaan demikian terus dibiarkan tanpa pengawasan ketat, bisa dipastikan Palembang semakin macet. Bahkan seperti ibu kota Jakarta.

“Tindak tegas mereka (sopir). Misalnya dengan denda uang yang besar. Sehingga ada efek jera bagi para sopir yang nakal, apalagi sebentar lagi mau Asian Games, katanya, bus kota mau dihilangkan, tapi sampai sekarang masih tetap ada,”ujarnya.

Hal serupa diungkapkan pengendara lainnya, Roby (27 mengatakan, jalan protokol yang ada di Palembang sudah menjadi langganan macet. Contohnya, Jalan Merdeka, disana banyak angkot yang biasa memperlambat laju kendaraannya, tepatnya di di simpang lampu merah. Parahnya lagi, sopir ngetem di persimpangan tersebut sampai 10 menit. Yang mengakibatkan pengendara di belakangnya tidak bisa melaju.

“Polisi atau Dinas Perhubungan (Dishub) harus cepat menyelesaikan masalah ini, jangan di diamkan saja, para sopir yang mengganggu lalu lintas,”harapnya.

Sementara itu, Sopir angkot jurusan Kertapati-Ampera, Amat mengatakan, pihaknya terpaksa melakukan hal itu. Karena, untuk mendapatkan penumpang.

“Kalau tidak seperti itu, kami tidak dapat penumpang, kami sadar kalau itu membahayakan pengendara dibelakang,”katanya.

Menurutnya, jika disedikan tempat pemberhentian angkot atau bus kota seperti halnya halte Transmusi, pasti hal itu tidak terjadi.

“Sampai kapanpun hal itu tetap terjadi jika tidak ada solusi. Kami juga harus kejar setoran kepada pemilik angkot. Jangan hanya dikritik, tapi berikan solusinya,”pungkasnya.

Teks dan foto: Fauzan

Editor: Sarono PS